Sabtu, 23 Maret 2024

Suku Tolaki

 

Suku Tolaki adalah etnis terbesar yang berada di provinsi Sulawesi Tenggara. Suku Tolaki merupakan etnis yang berdiam di jazirah tenggara pulau Sulawesi. Suku Tolaki merupakan suku asli daerah Kota Kendari dan Kabupaten Kolaka.
Suku Tolaki tersebar di 7 kabupaten/kota di provinsi Sulawesi Tenggara yang meliputi Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Utara dan Kolaka Timur.
Masyarakat Tolaki sejak zaman prasejarah telah memiliki jejak peradaban, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peninggalan arkeologi di beberapa gua atau kumapo di Konawe bagian utara maupun beberapa gua yang ada di daerah ini. Lokasi situs gua-gua di daerah ini umumnya terletak di Konawe bagian Utara seperti Asera, Lasolo, Wiwirano, Langgikima, Lamonae, diantaranya gua Tanggalasi, gua Tengkorak I, gua Tengkorak II, gua Anawai Ngguluri, gua Wawosabano, gua Tenggere dan gua Kelelawar serta masih banyak situs gua prasejarah yang belum teridentifikasi.
Dari hasil penelitian tim Balai Arkeologi Makassar dari tinggalan materi uji artefak di Wiwirano berupa sampel dengan menggunakan metode uji karbon 14 di laboratorium Arkeologi Miami University Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa daripada artefak di Wiwirano Konawe Utara berumur sekitar 7000 tahun yang lalu atau dengan evidensi ini maka peradaban Tolaki di Konawe telah berlangsung sejak 5000 tahun Sebelum Masehi. Di dalam gua-gua tersebut menyimpan banyak artefak baik tengkorak manusia, alat kerja seperti alat-alat berburu, benda pemujaan, guci, tempayan, gerabah, porselin baik itu buatan China, Thailand, VOC, Hindia Belanda, batu pemujaan, terdapat beberapa gambar atau adegan misalnya binatang, tapak tangan, gambar berburu, gambar sampan atau perahu, gambar manusia, gambar perahu atau sampan, patung, terakota, dan sebagainya. Secara linguistik bahasa Tolaki merupakan atau masuk kedalam rumpun bahasa Austronesia, secara Antropologi manusia Tolaki merupakan Ras Mongoloid, yang datang ditempat ini melalui jalur migrasi dari Asia Timur, masuk daerah Sulawesi, hingga masuk daratan Sulawesi Tenggara.
Sebelum kerajaan Konawe muncul, telah ada beberapa kerajaan kecil yaitu: Padangguni berkedudukan di Abuki pada saat itu yang menjadi rajanya adalah mokole Bunduwula. Kerajaan Besulutu di Besulutu dengan rajanya bernama Mombeeti, dan kerajaan Wawolesea di Toreo dengan rajanya Wasangga. Berdasarkan oral tradition atau tradisi lisan masyarakat Tolaki jauh sebelum kerajaan Konawe terbentuk.
Sumber:Manan, Fajria Novart (1986). Sistem Kepemimpinan Dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Sulawesi Tenggara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
 

Jumat, 22 Maret 2024

PENDEKAR WANITA TIONGKOK DARI DINASTI SONG DI ACEH

 


TIDAK tahu persis apakah Putrou Neng selincah pendekar wanita bibi Lung atau pendekar wanita berjulukan angsa putih di serial kungfu 80an.
Tapi bagi seantero penduduk Aceh - terutama di kampung Blang Pulo, Aceh Utara. Pendekar wanita dengan sebutan Panglima Putrou Neng ini cukup terkenal.
Di samping mempunyai cerita yang bukan main dan lain dari yang lain. Nama aslinya: Nian Niko Kian Khi. Pendekar wanita asal Tiongkok ini bersama 2.000 orang pasukannya berlayar menuju selatan.
Berlabuhlah dia kemudian di pesisir timur Aceh. Berhasil menaklukkan beberapa daerah di tepi pantai, Kian Khi akhirnya menguasai kerajaan Lamuri di Aceh Besar dari tahun 1050 -1069 masehi.
Daerah kekuasaannya semakin besar, Kian Khi akhirnya menetap di Blang Pulo dan membuat basis pertahanannya di Blang Lancang.
Tempat terakhir ini kini terkenal sebagai proyek LNG. Itu Janda Muda Dikabarkan pula ketika Putrou Neng menginginkan daerah kekuasaan yang lebih luas lagi lalu menyerbu kerajaan Peureulak di Aceh Timur, kali ini ia terpaksa harus menundukkan kepalanya pada Panglima Syeh Abdullah Kan'an. Kemudian Syeh yang baik hati itu mengajak damai si pendekar wanita tersebut. Dari panglima Peureulak inilah kemudian Kian Khi diberi gelar Panglima Putrou Neng. Dia kemudian menetap di Blang Pulo. Hidup tenang dan lebih jinak. Karena dia rupawan, tidaklah heran jika begitu banyak putera Aceh tergila-gila padanya.
Sadar bahwa dia cantik, Putrou Neng mengajukan beberapa syarat berat. Bahwa siapa-siapa yang ingin memperisterinya, harus membawa mas kawin seguci besar. Syarat ini rupanya bukan jadi halangan bagi pemuda Aceh saat itu, terutama kaum bangsawannya. Kabarnya banyak yang berlomba untuk mempersuntingnya. Dari sekian banyak yang antri, yang beruntung adalah seorang pemuda tampan. Meurah Johan namanya, putera Raja Adi Gaunali dari kerajaan Lingga, Aceh Tengah. Tanggal dan pesta besar pun ditetapkan harinya.
Alkisah, Meurah Johan yang disangka bernasib untung, tertimpa nasib buntung. Ketika dia akan mengecap manisnya malam pengantin, kesialan telah melandanya. Keesokan hari. orang banyak gempar. Meurah Johan kedapatan kaku tubuhnya sudah, di atas pelaminan pengantin. Kematiannya cukup misterius dan mereka yang memandikan tubuh Meurah Johan mendapatkan bahwa kemaluan Meurah Johan jadi kebiru-biruan.
Mungkin karena saat itu belum ada cara bedah mayat, Meurah Johan dikuburkan secara besar-besaran, sama seperti sehari dia dikukuhkan jadi suami Pitrou Neng. Bisik-bisik tentang kematian Meurah Johan segera lenyap, ketika mata orang banyak dialihkan ke si janda muda, Putrou Neng. Begitu ada lamaran yang berkenan di hatinya, tentu dengan syarat yang harus dipenuhi, menikahlah Putrou Neng. Kasus seperti Meurah Johan segera terulang lagi: pengantin laki meninggal di tempat tidur pengantin dan itunya tetap berwarna kebiru-biruan. Anehnya, toh banyak pemuda yang tidak kapok.
Mungkin Putrou Neng cantik sekali, atau dia punya aji-aji untuk menaklukkan hati lelaki atau mungkin pula Aceh - waktu itu -- kekurangan orang cantik. Pokoknya, dikabarkan bahwa jumlah pemuda (kebanyakan anak Raja) sudah mencapai 99 orang. Singkit cerita, majulah pemuda yang ke-100 . Dia adalah seorang syeh asal Gujarat, India. Syeh Hudam, demikianlah namanya, berhasil mempersunting Putrou Neng. Artinya syeh bisa hidup terus dan tidak mengalami kematian seperti 99 suami semalam sang pendekar wanita.
Apa gerangan rahasia manjur dari Syeh Hudam? upanya dia telah menyelidiki kasus demi kasus pemuda yang menikahi Putrou Neng. Dengan kepala dingin (dan nafsu tetap di dada), Syeh Hudam pasang kupihg sambil tanam mata-mata untuk menyelidiki cerita rakyat yang tinggal di sekitar puri sang janda yang berbisik bahwa Putrou Neng di rambut alat vitalnya memelihara kalajengking. Pantaslah! Karuan saja, 99 orang pemuda yang kena sengat alat vitalnya jadi meninggal. Dan Syeh Hudam yang berkepala dingin dan bisa mengatur siasat mempunyai akal.
Ibu jarinya dia beri minyak anti bisa. Pendek cerita, sang kalajengking yang melekat di jempol Syeh Hudam mendapatkan ajalnya. Syeh dari Gujarat ini selamat dan hidup terus. Malam-malam yang aman dan nyaman ada di tangan Syeh Hudam. Kabarnya, kalajengking ini adalah binatang piaraan Putrou Neng, agar sewaktu-waktu dia kalah, kalau hendak diperkosa, lawannya akan meninggal di arena ranjang kenikmatan. Biarpun si lawan menang di medan peperangan.
Taktik lain untuk mengalahkan musuh-musuh Kian Khi. Anehnya, begitu kalajengkingnya meninggal, Putrou Neng jadi wanita yang sakit-sakitan. Usia yang sudah tua? Entahlah. Pendek kata, isteri Syeh Hudam akhirnya meninggal tanpa mendapatkan turunan. Kuburannya kini masih ada.
Di Blang Lancang, di desa Blang Pulo, di tepi jalan masuk proyek LNG kini. Orang daerah itu menatakan bahwa kuburan lain yang turut meramaikan nisan puteri Cina ialah suaminya yang berjumlah 99 orang. Kuburan Syeh Hudam sendiri hingga kini masih ada. Dia tidak dikuburkan di dekat Putrou Neng. Tapi di sebuah bukit di Blang Pulo.



Jumat, 15 Maret 2024

Letusan Krakatau 1883

 



Litografi Gunung Krakatau meletus pada 1883. 

Sebenarnya Thread tentang ini sudah pernah dibuat dan ane tau repost, namun sudah karena terlalu lama dan kebetulan kemarin ada erupsi dari gunung anak Krakatau, tidak ada salahnya ane menulis kembali sebagai sebuah pengingat maupun edukasi kepada orang-orang zaman sekarang, agar senantiasa selalu waspada dan berdoa kepada sang pencipta.

Quote:


Peta Krakatau setelah 1883

PADA 27 Agustus 1883, Gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda meletus, menciptakan gelombang Tsunami setinggi 30 meter, melesat ke daratan dengan kecepatan tinggi, mengempaskan setiap bangunan dan benda yang berada di jalur lintasannya.

Pemerintah kolonial melaporkan pada bencana terdahsyat abad ke-19 itu sekitar 36 ribu orang lebih tewas dan menyebabkan bencana susulan lain seperti kegagalan panen serta kelaparan. Sementara itu jutaan kubik abu vulkanik yang memapar langit menyebabkan hari dirundung gelap berkepanjangan.

Johanna Beijerinck, istri kontrolir perkebunan Willem Beijerinck di Katimbang, pesisir pantai Lampung Selatan menjadi saksi dahsyatnya letusan Gunung Krakatau. Dalam catatan hariannya terungkap betapa mengerikannya letusan tersebut.

“Aku mendengar suara berisik batu apung yang menimpa atap rumah, di atasnya terdengar suara geledek dari gunung, serupa auman mengerikan, yang kecepatannya hampir menyamai kecepatan cahaya,” kenang Johanna dari catatan hariannya yang disebut Bethany D. Rinard Hinga, penulis buku Ring of Fire, sebagai rekaman kesaksian paling rinci mengenai letusan Krakatau yang pernah ada.


Tsunami akibat Krakatau 1883

Johana Beijerinck, suami dan anak-anaknya menempati sebuah rumah di bibir pantai Katimbang, yang terletak sekitar 25 mil atau kurang lebih 40 kilometer dari Gunung Krakatau. Dari sekira 3000 orang warga Katimbang, seribu di antaranya tewas akibat hujan abu panas, termasuk bayi 14 bulan anak pasangan Beijerinck. Empasan gelombang laut dari episentrum letusan juga bergerak ke arah pesisir pantai wilayah lainnya.

Dari kesaksian Ong Leng Yauw, warga Karangantu Banten, sebagaimana dikutip dari makalah Romi Zarman, “Letusan Krakatau 1883 dan Korban-korbannya di Desa Nelayan Karangantu Banten: Kesaksian Ong Leng Yauw” dalam jurnal Wacana Etnik No. 1, vol. 4, April 2013, letusan Krakatau mengakibatkan gulungan ombak setinggi pohon kelapa yang meluluhlantakan bangunan dan menelan ribuan korban jiwa di daerah Banten.



Ong yang saat itu berusia 14 tahun menuturkan sebelum tsunami terjadi, air laut surut sehingga banyak orang lari menuju pantai dengan rasa takjub memunguti ikan yang tergeletak menggelepar.
Quote:

ujar Ong mengenang kembali kejadian tersebut pada 1937, saat dia berusia 68 tahun.

Desa Karangantu terletak di pesisir utara Banten, kini termasuk wilayah Kota Serang. Karangantu adalah pelabuhan nelayan di muara sungai Cibanten yang masih berada di dalam areal kota lama Kesultanan Banten. Ong selamat dari terpaan gelombang tsunami karena tersangkut pada sebatang pohon. Saat tsunami surut, dia menemukan seluruh wilayah Karangantu rata dengan tanah, termasuk rumah orangtuanya.


Gambaran dahsyatnya letusan

Kenangan bencana Krakatau juga bisa tersua di dalam memoar PAA Djajadiningrat, mantan bupati Serang kelahiran 1875, yang salah satu keluarganya juga menjadi korban. Djajadiningrat menuturkan pamannya yang bertugas di Anyer kehilangan anak-istrinya akibat tersapu gelombang tsunami Krakatau. Dia bisa selamat dari amukan Krakatau dengan berlari menyelamatkan diri ke atas perbukitan di sekitar Anyer.

Simon Winchester dalam bukunya Krakatau: Ketika Dunia Meledak 27 Agustus 1883 menjelaskan letusan Krakatau bukanlah peristiwa alam biasa yang tak hanya mendatangkan akibat lebih jauh dari sekadar kehancuran fisik dan hilangnya jiwa manusia. Ia juga menimbulkan dampak sosial dan politik bahkan temuan teknologi komunikasi.

Pendapat Simon bukan yang satu-satunya. Sejarawan Sartono Kartodirdjo menyebutkan letusan Krakatau merupakan salah satu penyebab terjadinya pemberontakan petani Banten pada 1888. Bencana tersebut telah menyebabkan kegagalan panen dan maraknya wabah penyakit yang semakin mengakumulasi kemarahan rakyat pada otoritas kolonial.


perubahan peta Krakatau



Sumber

 

The White Slavery

 

The White Slavery
White Slavery


Selama ini kita selalu berpikir bahwa perbudakan hanya terjadi kepada bangsa afrika, yang terjadi antara abad ke- 16 hingga abad ke -19, namun praktek perbudakan lain yang sama-sama tercela kepada manusia juga terjadi sekitar waktu yang sama di Laut Tengah. Diperkirakan bahwa hingga 1,25 juta orang Eropa ditangkap oleh corsair Barbaria (sejenis privateer atau bajak laut asuhan pemerintah), dan nasib para budak eropa ini sama menyedihkannya dengan rekan-rekan mereka budak asal afrika, mereka dikenal sebagai budak kulit putih.






Mengenal Macam-Macam RAS di Dunia

 

Mengenal Macam-Macam RAS di Dunia

Ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk mengkategorikan manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe (tampang luar), asal usul geografis, tampang jasmani dan kesukuan yang terwarisi.

Selain itu pengertian ras terkadang mengacu pada pemilikan perangai, pemilikan kualitas perangai/sikap kelompok tertentu, menyatakatan kehadiran penduduk dari geografis tertentu. Bisa juga ras mengacu pada tanda-tanda aktivitas sebuah kelompok yang mempunyai gagasan, ide dan cara berpikir tertentu. Ras juga sering dikaitkan dengan masalah keturunan, keluarga,klan dan hubungan kekeluargaan sebuah kelompok

Tapi secara umum Ras adalah pengelompokan berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan cirri-ciri sosiokultural. Dengan kata lain, ras berati segolongan penduduk suatu daerah yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk daerah lain.

Pada umumnya ras dibagi menjadi 3, yaitu: mongoloid, kaukasian dan negroid. Namun ada juga sebuah ras yang tidak dapat diklasifikasikan, yaitu ras khusus. Jadi untuk keseluruhannya ras dibagi menjadi 4 golongan.

Menurut A.L. Krober, Ras dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Ras Mongoloid (Berkulit Kuning)


Adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika, Beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan dan Oseania.

Anggota ras Mongoloid biasa disebut “berkulit kuning”, namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.

Ciri-ciri:

– Rambut berwarna hitam, lurus

– Bercak mongol pada saat lahir

– Lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit.

Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.

Contohnya penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia.

Ras mongoloid meliputi:

Asiatic Mongoloid (Asia Utara, Asia Tengah, dan Asia Timur);
Malayan Mongoloid Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan penduduk asli Taiwan);
American Mongoloid (penduduk asli Amerika)


2. Ras Negroid (Berkulit Hitam)
http://www.pidipedia.com/wp-content/...as-negroid.jpg

Adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika di wilayah selatan gurun sahara. Keturunan mereka banyak mendiami Amerika Utara, Amerika Selatan dan juga Eropa serta Timur Tengah.

Ciri-ciri:

– Berkulit hitam

– Berambut keriting

– Bibir tebal

Anggota ras negroid biasa disebut “berkulit hitam”, akan tetapi anggota ras Khoisan dan ras Australoid, meski berkulit hitam dan berambut keriting tidaklah termasuk ras manusia ini.

Contohnya yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia.

Ras negroid meliputi:

African Negroid (Benua Afrika)
Negrito (Afrika Tengah, Semenanjung Malaya yang dikenal orang Semang, Filipina);
Melanesian (Papua dan Melanesia)


3. Ras Kaukasoid (Kulit Putih)
http://www.pidipedia.com/wp-content/...-kaukasoid.jpg

Adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan, dan India Utara. Keturunan mereka juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika Selatan dan Selandia Baru.

Anggota ras Kaukasoid biasa disebut “berkulit putih”, namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.

Ciri-ciri:

– Berkulit putih kemerahan

– Rambut bergelombang

Contohnya yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia.

Ras Kaukasoid meliputi:

Nordic (Eropa Utara, sekitar Laut Baltik);
Alpine (Eropa Tengah dan Eropa Timur);
Mediteranian (sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arab, dan Iran);
Indic (Pakistan, India, Bangladesh, dan Sri Lanka)


4. Ras-ras khusus
http://www.pidipedia.com/wp-content/...ras-khusus.jpg

Adalah ras manusia yang tidak dapat diklasifikasikan dalam keempat ras pokok, antara lain:

Bushman (Penduduk di daerah Gurun Kalahari, Afrika Selatan);
Veddoid (Penduduk di daerah pedalaman Sri Lanka );
Polynesian (Kepulauan Mikronesia dan Polynesia); serta
Ainu (Penduduk di daerah Pulau Karafuto dan Hokkaido, Jepang).

Pidipedia.com

Haji, Identitas warisan Pemerintah Kolonial

 

Haji, Identitas warisan Pemerintah Kolonial
Assalamualaikum WR WB






Masyarakat Indonesia adalah mayoritas pemeluk agama Islam maka tidak mengherankan jika banyak diantara kita yang memiliki gelar Haji dan sudah menunaikan Ibadah Haji. Di dalam Islam, menunaikan haji adalah sebuah kewajiban yang tertuang di dalam rukun Islam. Jika sudah berhaji maka bisa dikatakan ibadahnya sempurna. Fenomena ibadah ini akan diikuti dengan penambahan gelar H. untuk Pria dan Hj (Hajjah) untuk wanita. Sebuah fenomena unik karena di hal ini hanya berlaku di Indonesia. Secara otomatis mereka yang sudah pulang dari Tanah Suci akan menyandang gelar tersebut.

Hal ini ternyata dapat ditelusuri jejak sejarahnya di Indonesia. Tercatat jauh sebelum kedatangan Belanda, sudah banyak orang Indonesia yang pergi berhaji. Ludovico di Barthema, penjelajah dari Roma pertama yang mengunjungi Makkah pada tahun 1503, melihat jamaah haji dari kepulauan Nusantara yang dia sebut "India Timur Kecil". Di perkirakan mereka berasal dari Kesultanan Samudra Pasai, hal ini di buktikan dengan catatan berbahasa Portugis yang menyebutkan telah ada lima kapal besar Aceh yang berlabuh di Jeddah. selain untuk berhaji, mereka disana juga melakukan proses perdagangan dan juga mencari Ilmu agama. kebanyakan dari mereka adalah utusan Sultan. Sejak kedatangan Bangsa Belanda, animo masyarakat untuk pergi berhaji juga sangat besar. oleh karena itu, pemerintah Kolonial berinisiatif mendirikan badan khusus untuk urusan haji. Pada masa itu, berhaji merupakan sebuah perjuangan yang berat karena lamanya waktu tempuh, minimal mereka melakukan pelayaran selama 3 Bulan dengan melakukan transit beberapa kali. Selain itu biaya yang dikeluarkan juga tidak sedikit, Pada 1825 pemerintah Hindia Belanda menerbitkan ordonansi baru berupa keharusan bagi calon haji untuk memiliki pas jalan. 110 gulden adalah hal yang harus disiapkan, yang ketika itu nilainya sepadan dengan harga rumah yang cukup besar. Namun animo masyarakat justru semakin meningkat, buktinya pada 1878 (dengan kapal layar) jamaah haji Indonesia sekitar 5.331 oarng. Setahun kemudian (1880), menjadi 9.542 jamaah atau naik hampir dua kali lipat.





Di atas kapal, para calon jamaah haji ini banyak melakukan kegiatan antara lain melakukan pengajian dan juga diskusi tentang agama. diatas Kapal ini pikiran mereka terbuka dengan dialog-dialog yang di diskusikan. selain belajar agama, mereka juga banyak belajar tentang konsep kebebasan dan persamaan hak. Setibanya di Jeddah, pelabuhan Arab Saudi saat itu mereka yang berhaji selain melakukan ibadah wajib namun juga banyak belajar ilmu, bukan hanya ilmu tentang agama namun juga ilmu politik, hukum. mereka banyak belajar melalui masjid-masjid di Mekkah. pikiran mereka terbuka dan membawa gagasan Nasionalisme Islam. Sekembalinya mereka ke Tanah air mereka banyak menelurkan ilmunya kepada masyarakat sekitar dengan melakukan dakwah dan juga banyak dari mereka yang mendirikan layanan Pendidikan berupa Pondok Pesantren. Pikiran Kritis para haji membuka pikiran sempit masyarakat Hindia saat itu terutama di Jawa dan Sumatra. Mereka yang pergi berhaji dianggap melakukan pemurnian agama Islam.



Pemerintah Kolonial mulai menaruh curiga terhadap para haji yang kebanyakan memiliki pengikut dalam jumlah besar, mereka khawatir akan terjadi sebuah usaha pemberontakan. mereka menganggap para haji sebagai orang-orang fanatik dan pemberontakan. apalagi jumlah orang Hindia (Indonesia) di Mekkah sangat besar. Kekhawatiran tersebut terbukti dengan banyak terjadi pergolakan yang di pelopori oleh Para Haji, peristiwa Cianjur (1883), Cilegon (1888), dan Garut (1919) adalah sebagian kecil saja yang tercatat. hal tersebut berlanjut di Tambun (Bekasi) dan Tangerang pada 1924. Para Haji menganggap bahwa orang Belanda sebagai Iblis yang menyengsarakan orang mukmin. Tokoh-tokoh itu berpidato di hadapan massa sambil menyerukan perlawanan terhadap Belanda dengan ucapan Allahu Akbar.



Untuk menanggulangi masalah ini, Pemerintah Kolonial berupaya melakukan moratorium keberangkatan haji, di beberapa daerah arogansi penjajah bahkan ditunjukkan dengan adanya pelarangan haji secara terang-terangan. Namun, Pemerintah Kolonial mencabutnya karena besarnya pendapatan yang diperoleh Pemerintah Kolonial dari jasa pemberangkatan haji ini. Oleh karena itu kemudian pemerintah Kolonial melakukan pemberlakuan administratif berupa penambahan gelar di depan nama, yaitu H. (haji) dan Hj. (hajjah). Selain itu para Haji juga diharuskan menggunakan identitas baru dengan peci putih serta sorban setiap kali pergi untuk beraktifitas maupun kegiatan dakwah. Selain itu Pemerintah Kolonial melalui Kerajaan Belanda juga membuka Konsulat jendral di Jeddah dan berubah menjadi Kedutaan Besar dalam upaya untuk melakukan pengawasan. Dengan identitas baru mereka, para haji akan mudah dalam dilakukan pengawasan dengan ciri-ciri khusus serta nama mereka.



istilah Haji dan Hajjah ini memang unik dan hanya ada di Indonesia dan menariknya masih terus berlanjut sampai sekarang. menurut sebagian ulama mengatakan bahwasannya menggunakan gelar Haji dan Hajjah adalah riya, namun di masyarakat sudah menjadi kebiasaan yang lazim dengan menambahkan Haji dan Hajjah di depan nama mereka. JAS MERAH


SUMBER 1
SUMBER 2 

 

Silas Papare, Pahlawan Penyatu Tanah Papua ke NKRI

 



MATA INDONESIA, JAKARTA– Seharusnya para kelompok teroris Egianus Kogoya dan seluruh anggota Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengingat perjuangan Silas Papare. Mereka pun harus mengingat pesan Silas kepada seluruh putra-putri Papua, “Jangan sanjung aku, tetapi teruskanlah perjuanganku”.

Kenapa harus Silas Papare? Karena sepanjang hidupnya, putra asli Papua itu paling gencar melawan penjajah kolonial, untuk berjuang demi kebebasan tanah bumi Cenderawasih dari jajahan Belanda.


Buat yang belum mengenal siapa itu Silas Papare, MataIndonesia.id mengajak kalian untuk kenal lebih dekat pria kelahiran 18 Desember 1918 ini. Ia adalah pejuang yang rela berkali-kali masuk penjara demi menyatukan Irian Barat ke ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Sesuai harapan di balik nama IRIAN: “Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”, Silas ingin Irian bebas dari cengkeraman penjajahan Belanda. Wajar, karena saat Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Papua masih berada jajahan Belanda. 





Berkat jasanya tersebut, pria kelahiran Serui, Papua ini namanya diabadikan menjadi salah satu Kapal Perang Korvet kelas Parchim TNI AL dengan nomor lambung 386.


Tak hanya itu, sejumlah pemerintah daerah di Papua memiliki cara tersendiri untuk mengenang perjuangannya selama kemerdekaan. Contoh saja di Serui, pemerintah setempat mendirikan sebuah Monumen Silas Papare di dekat pantai dan pelabuhan laut Serui.


Sementara di Jayapura, namanya diabadikan sebagai nama Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Politik (STISIPOL) Silas Papare, yang berada di Jalan Diponegoro. Sedangkan di kota Nabire, nama Silas Papare dikenang dalam wujud nama jalan.


Berdasarkan rekam jejaknya, Silas Papare merupakan lulusan Sekolah Juru Rawat pada tahun 1935. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintah Belanda.


Semasa hidupnya, ia dikenal gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Papua. Kegigihannya itu membuat ia sering berurusan dengan aparat keamanan Belanda dalam memerangi kolonialisme Belanda.


Dan pada akhirnya ia dipenjarakan di Jayapura karena memengaruhi Batalyon Papua untuk memberontak. Semasa menjalani masa tahanan di Serui, Silas berkenalan dengan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi yang diasingkan oleh Belanda ke tempat tersebut.


Perkenalannya tersebut semakin menambah keyakinan ia bahwa Papua harus bebas dan bergabung dengan Republik Indonesia. Akhirnya, ia mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII).


Alhasil ia kembali ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Biak. Saat perjalanan ke Biak, Silas Papare dan isterinya, Regina Aibui berhasil melarikan diri dan menuju Yogyakarta.


Seiring waktu berjalan, pada bulan Oktober 1949 di Yogyakarta, ia mendirikan Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta,. Badan ini untuk membantu pemerintah Republik Indonesia untuk memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah RI.


Silas Papare yang ketika itu aktif dalam Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB) juga diminta oleh Soekarno menjadi salah seorang delegasi Indonesia dalam New York Agreement pada 15 Agustus 1962. Perjanjian itu menyebutkan bahwa Irian Barat resmi masuk wilayah RI pada 1 Mei 1963.


Setelah itu, akan dilakukan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1969. Perjuangan Silas Papare pada akhirnya terbayar sudah.


Karier terakhir Silas Papare adalah sebagai anggota DPRS menggantikan almarhum Dr Radjiman Widiodiningrat. Tahun 1956 Silas Papare diangkat menjadi anggota DPR wakil rakyat Irian Jaya. Pada tahun yang sama diangkat sebagai anggota Dewan Perancang Nasional Sementara Republik Indonesia dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).


Ia menjalani hidup sebagai wakil rakyat hingga pensiun tahun 1960. Silas pun kembali ke tanah kelahirannya di Serui, hingga akhir masa hayatnya pada 7 Maret 1973.



Kuda Caligula Dan Kegilaannya

 



Incitatus karya salvador Dali

Menurut sejarawan romawi kuno Suetonius, kaisar Romawi yang dikenal sebagai Caligula mencintai salah satu kudanya, Incitatus, sehingga ia memberi kuda itu sebuah kandang yang terbuat dari marmer, palungan dari gading, jubah dengan hiasan permata dan bahkan sebuah rumah. Penulis sejarah lainnya, Cassius Dio, juga menulis bahwa pelayan caligula memberi makan kuda itu dengan gandum hewan yang dicampur dengan serpihan emas. Terkenal karena kegilaan dan kebrutalannya, Caligula diduga melakukan incest dengan saudara perempuannya, mengadu para narapidana kepada binatang buas dan mengobrol dengan bulan , jadi memanjakan seekor kuda tercinta mungkin tampak menjadi hal yang biasa diantara semua kegilaannya, tapi apakah dia sungguh berencana mengangkat Incitatus menjadi konsul dan hanya gagal melakukannya karena pembunuhannya terjadi lebih dulu, seperti yang diyakini Suetonius?