Kamis, 23 Juni 2022

Nilai kegratisan

 



Seorang sahabat yg tinggal di Australia bercerita ttg pengalamannya, “Suatu sore, sesudah menikmati secangkir capucino di Gloria Jeans CafĂ© yg capucino-nya paling enak (menurut saya), kami mampir ke toko roti. Membeli sebatang roti kismis dan minta kepada si mbak penjaga toko roti, utk dipotongkan, shg nanti di rumah gampang, tinggal comot dan makan.

Selesai dipotong dan dibungkus rapi, lalu diserahkan kpd saya. Langsung saya berikan uang lembaran 10 dollar. Tapi ditolak dgn senyum manis, sambil berucap, “It’s free nothing to pay.” “Are you sure?” kata saya.
Gadis remaja yg tugas jualan disana, menjelaskan, bhw kalau sdh ditutup, roti tdk boleh lagi dijual. Boleh diberikan kpd siapa yg mau atau diantarkan ke Second Hand shop utk org yg membutuhkan.
Agak tercengang juga saya dengar penjelasannya. Terbayang, kalau di Indonesia, wah bisa bangkrut bisnis ini, karena org bakalan menunggu toko tutup supaya dapat yang gratis.
Belum selesai ngobrol dengan si mbak, tiba-tiba ada suami istri, yang juga mau belanja roti. Rupanya mereka tanpa saya sadari sudah mendengar percakapan kami. Kelihatan si pria adalah orang Australia, sedangkan istrinya adalah tipe orang Asia. Si wanita juga minta roti di mbak, tapi dicegah oleh suaminya, sambil berkata,
“No darling, please. We have enough money to buy. Why do we have to pick up a free one? Let’s another people who need it more than us take it“
Wah… wah, merasa tersindir wajah saya panas… Egoisme saya melonjak ke permukaan, merasa tersindir dgn perkataannya. Dalam hati saya bergumam, “Hmm saya ini dulu pengusaha tau”.
Tapi, syukur cepat sadar diri, gak sampai terucapkan. Karena orang yang bicara suami ke istrinya, masa iya saya tiba-tiba nyelak ditengah tengah?
Hampir saja saya berbuat kesalahan. Karena toh mereka tidak omongin saya, Kalau saya merasa tersindir, itu salah saya sendiri.
Hingga menjelang tidur, kata-kata si Suami kepada istrinya msh terngiang-ngiang rasanya,
“We have enough money to buy … why do we have to pick up a free one.”
Setelah saya renungkan, saya merasakan bahwa kata2 ini benar. Kalau semua orang yang punya duit, ikut antri dan dapatkan roti gratis, yang biasanya diantarkan ke Second Hand Shop utk di-bagi-bagi kan secara gratis, berarti orang yang sungguh2 membutuhkan tidak bakalan kebagian lagi roti gratis.
Walaupun saya sesungguhnya mau membayar, namun si mbak yang nggak mau terima uang saya. Pelajaran hidup ini tidak mungkin akan saya lupakan.
Kalau kita sanggup beli, jangan ambil yang gratis. Biarlah org lain yang lebih membutuhkan mendapatkannya.
Sungguh sebuah kepedulian akan sesama yang diterapkan dgn kesungguhan hati.
Kini saya baru tahu, kenapa kalau di club ada kopi gratis, tapi jarang ada yg ambil, mereka lbh suka membeli. Bukan karena gengsi2an, tetapi terlebih karena rasa peduli mrk pada orang lain, yang mungkin lebih membutuhkan.
Pelajaran yang sungguh2 memberikan inspirasi bagi diri saya.
Tuhan sudah memberikan berkah yang cukup untuk kita, tidak perlu lagi kita mengambil bagian berkah yang diperuntukkan bagi orang lain.
Ketika kita mendengar ada program pemerintah utk membantu org miskin, apa yang ada dalam benak kita?
Apa kita akan ikut bersiasat agar mendapat bagian? Ataukah kita merekayasa data agar kerabat dan saudara kitat dapat bagian juga?
Atau kita sok jadi pahlawan denan mengajukan diri sebagai pendamping program, tapi dalam pikiran kita tersimpan niat busuk untuk memperkaya diri sendiri?
Sahabat, kemiskinan bukan untuk dipolitisir dan dieksploitasi. Orang miskin dan kemiskinan adalah ladang amal. Keberadaan orang miskin adalah cara Tuhan untuk menguji sejauh mana kepedulian dan keimanan kita. “Jangan mengaku beriman jika tetangga kanan kirinya msaih ada yg kelaparan”.
Sementara kemiskinan adalah mental yg mesti dirubah dan diberantas. Mental minta2, mental gratisan, mental pemalas, mental potong kompas, termasuk mental jualan data orang miskin, semua itu adalah Mental Pengemis yg membuat bangsa ini rendah dan terhina, itulah kemiskinan kultural.
“Sudah saatnya kita bangkit dan sadar, tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Menjaga harga diri lebih baik dari pada menjatuhkan kehormatan hanya demi sesuap nasi.”
“Maka nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan?”
Sehat, Bahagia, Damai, Makmur, Panjang Umur untuk Anda semua.

BACA JUGA :

Sabtu, 11 Juni 2022

Resep Rendang Babi yang Gurih, Gak Kalah Nikmat Dibanding Daging Sapi



 1. Bahan-bahan yang diperlukan

Bahan-bahan:
500 gram daging babi
350 gram santan encer
150 gram santan kental
1/2 bungkus bumbu rendang
1/2 lembar daun kunyit
3 lembar daun jeruk
3 lembar daun salam
penyedap rasa secukupnya
garam secukupnya
Bahan bumbu halus:
50 gram cabai merah
6 siung bawang merah
4 siung bawang putih
3 cm lengkuas
2 cm jahe
2 cm kunyit
1 batang serai yang diambil bagian putihnya
2. Tumis bumbu halus
Masukkan semua bahan bumbu halus ke dalam blender, haluskan. Siapkan wajan yang telah diisi minyak, kemudian tumis bumbu halus sampai mengeluarkan aroma harum.
Tambahkan daun kunyit, salam, jeruk, dan bumbu rendang ke dalamnya. Aduk kembali.
3. Campurkan bumbu halus dengan daging babi
Tambahkan daging babi yang telah dipotong-potong ke dalam tumisan bumbu halus. Biarkan sampai daging sedikit berubah warna.
Tuang santan cair ke dalamnya, aduk sampai merata. Masak sampai daging babi berubah menjadi empuk.
4. Masak sampai bumbu meresap
Saat daging babi telah menjadi empuk, masukkan garam, penyedap rasa, beserta santan kental ke dalamnya. Aduk terus-menerus sampai bumbunya meresap pada daging. Angkat dan sajikan bersama nasi hangat!
Kreasi rendang babi yang gurih ini bisa kamu jadikan makan malam bersama keluarga, nih!
NB: Non Halal

BANGSA PUALING RELIGIUSSSS


Inilah kita masyarakat paling religius, ciri agamanya bukan di akhlak, kemajuan berpikir, atau perdamaian, tapi di simbol-simbol "rendahan" semacam makanan, aksara hingga produk konveksi. Jadi teringat 2018 lalu Komika Coki Pardede & Tretan Muslim menuai protes masal dan dituduh menista agama karena masak daging babi pake saos kurma. 

Ya beginilah gambaran warga "religius" negeri ini, dimana kurma pun menjadi simbol agama, menyenggolnya berarti menista agama. Mereka tidak tahu kalau jauh sebelum Rasulullah SAW lahir, di era Mesir Kuno pelepah kurma sudah digunakan sebagai tikar untuk menutup mumi Fir'aun. Dan kurma adalah makanan sehari-hari masyarakat Mesopotamia kuno sejak 6000 SM yang belum mengenal Islam bahkan masih menyembah dewa-dewa Pagan. Tidak usah jauh-jauh, Abu Lahab dan Abu Jahal mungkin jauh lebih sering makan kurma dari kamu-kamu yang sedikit-sedikit makan kurma agar terlihat "nyunnah".

Agnes Monica pada 2016 lalu juga dituduh "menista Islam" karena menggunakan kostum konser yang bertuliskan kata dalam huruf Arab "Al Muttahidah" yang artinya "Persatuan", kata yang sebenarnya tidak identik dengan agama tertentu bahkan tidak mencederai agama apapun. Tapi karena menggunakan aksara Arab dan menempel di tubuh seorang Agnes yang non-muslim dan umbar aurat maka itu otomatis menjadi "penistaan agama". 
Bahkan aksara pun disini memiliki agama..

Tidak usah tanya ke saya memangnya orang Kristen, Yahudi, Pagan bahkan Atheis di Timur Tengah sana pakai huruf apa? Mungkin mulai sekarang mereka harus membuat bahasa & aksara sendiri karena huruf Arab sudah beragama.

Ahh jangankan buah, aksara dan kostum, bahkan lemari es di negeri ini pun berlabel Halal MUI, tapi ya sudahlah saya tak tega membahasnya.

Jadi soal Babiambo masakan Padang dengan variasi daging Babi yang sekarang sedang diperkarakan dengan tuduhan "menista agama" padahal jelas tertulis "Non-Halal" di label restorannya, ya saya cuma mau bilang silakan saja lah.. namanya juga masyarakat paling religi. Buah, abjad sampai kain pun disini punya agama. Siapa suruh babi nyemplung ke bumbu rendang? Pasti babi yang tersesat.

Rabu, 01 Juni 2022

Ketika lulusan SD berhasil menipu Indonesia

 

Kisah penipuan kelas kakap yang menggemparkan masyarakat Indonesia bahkan dunia ini terjadi di era kekuasaan Soeharto, tepatnya di tahun 70-an. Meskipun tak tamat SD, ia nyatanya memiliki ide jenius yang mampu membodohi orang se-Indonesia, termasuk kaum elit pemerintahan dan ulama.

Cut Zahara Fona, wanita asal Aceh yang mengklaim bahwa dirinya mengandung janin ajaib karena bisa berbicara dan mengaji.
Masyarakat yang penasaran pun berbondong-bondong mendatangi Cut Zahara Fona untuk menyaksikan fenomena ajaib itu. Mereka rela antre demi bisa menempelkan kuping di perut si Ibu dan mendengar langsung janinnya berbicara ( berbayar tentunya).
Kabar aneh ini dengan cepat menyebar ke penjuru negeri hingga sampai ke telinga para tokoh agama dan elit pemerintahan.
Sejumlah ulama yang dimintai pendapat tentang keanehan tersebut memberikan pendapat yang cenderung membenarkan berita aneh tersebut. Ulama berpendapat, janin dalam perut bisa mengaji merupakan bukti kekuasaan Tuhan.
Kun fayakun, bila Tuhan menghendaki apa pun bisa terjadi. Begitu tanggapan para ulama.
Buya Hamka, pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI), juga memberi pendapat serupa. Padahal Buya sebenarnya meragukan ada janin dalam perut bisa mengaji. Buya Hamka sebenarnya tidak percaya. Dia hanya memberi reaksi saat ditanya wartawan dengan menyatakan kalau Tuhan menghendaki memang bisa terjadi.
Hebatnya, kasus janin bisa ngaji itu sampai dipercayai oleh Wakil Presiden Adam Malik. Adam Malik diyakinkan adiknya jika janin yang bisa mengaji itu memang benar adanya. Wakil Presiden era Soeharto ini lantas mengundang Cut Zahara Fona agar datang ke Istana.
Pertemuan Cut Zahara dengan Wakil Presiden Adam Malik dimuat dalam Surat Kabar Pos Kota juga Harian Merdeka ditahun 1970-an.
Janin yang bisa mengaji tidak hanya menggegerkan Indonesia, fenomena ini juga menarik perhatian Perdana Menteri Malaysia Tengku Abdul Rahman Putra waktu itu.
Serupa dengan Adam Malik, PM Malaysia itu juga percaya janin dalam perut bisa mengaji itu benar adanya. Semua bisa saja terjadi jika Tuhan menghendaki. Bukti yang paling nyata adalah Perawan Maria yang bisa melahirkan bayi Isa.
Begitu anggapan yang berkembang kala itu yang umumnya merujuk kasus Cut Zahara dengan mukjizat Perawan Maria.
Maka saat itu mayoritas masyarakat Indonesia percaya janin di perut Cut Zahara memang benar-benar bisa mengaji. Masyarakat juga tidak sadar dan tidak pernah mempertanyakan umur janin di perut Cut Zahara yang bisa lebih dari satu tahun.
Untunglah kemudian ada Kakanwil Kesehatan DKI Dr Herman Susilo yang bersuara berbeda. Dr Herman menyatakan, janin bisa mengaji merupakan hal yang tidak mungkin. Sebab bayi dalam kandungan tidak dapat membuka mulut atau bernafas normal sehingga tidak akan dapat mengeluarkan suara.
Karena melawan arus, Dr Herman diancam akan dibunuh oleh orang-orang fanatik yang mempercayai bayi dalam perut bisa mengaji. Menghindari ancaman itu dokter Herman lantas bersembunyi. Dokter Herman yang tinggal di Ciganjur ini meninggal dunia pada tahun 1998. Tapi belakangan terbukti dokter Herman Susilolah yang benar.
Bayi ajaib yang bisa membaca Al Quran ketika masih dalam rahim ibunya adalah bohong alias dusta belaka.
Kebohongan Cut Zahara berakhir di Banjarmasin saat Kapolda memerintahkan anak buahnya untuk melakukan penggeledahan.
Kapolres Banjarmasin pun berhasil meringkus Cut Zahara usai dirinya pura-pura datang dengan dalih ingin mendengarkan suara si janin bersama istrinya dan beberapa Polwan. Dengan taktik yang jitu, ia dan tim kemudian menyingkap kain Cut Zahara dan ditemukanlah tape recorder.
Setelah kedoknya terbuka, Cut Zahara pun dipenjara. Ia sempat kabur, tapi berhasil ditangkap kembali
Tak heran jika akhirnya Cut Zahara Fona dijuluki penipu kelas kakap yang berhasil masuk istana hingga Wapres Adam Malik pun menjadi korbannya.
Peneliti sejarah LIPI Asvi Warman Adam mengungkapkan, tahun 1970-an teknologi tape recorder masih menjadi barang baru di Indonesia. Kala itu tape recorder kecil yang biasa dipakai wartawan memang belum dikenal oleh masyarakat sehingga masyarakat tidak menaruh curiga pada aksi yang dilakukan Cut Zahara.
Selain itu, masyarakat pada waktu itu masih sangat "religius" (dalam artian berbeda, percaya pada hal-hal tak masuk akal) sehingga gampang percaya hal-hal yang aneh dan ajaib merupakan kehendak Tuhan untuk menunjukkan tanda-tanda kekuasaannya.
Dalang dari peristiwa diatas dua orang. Cut Zahara Fona dan Suaminya. Dua-duanya masuk penjara, hanya saja yang mendapat perhatian lebih adalah sosok si Cut Zahara. Tidak dijelaskan darimana Cut Zahara dan Suaminya mendapat tape recorder.
Judul yang diberikan lulusan SD tidak mengacu bahwa si Cut Zahara ini tidak pintar. Justru karena dia cerdik, dia mampu mengelabuhi para petinggi yang notabenenya berpendidikan tinggi.
Sumber ;
Sejarahwan UI Anhar Gonggong - Dirjen Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melalui detik.com
~ Anton Dwisono Hanung Nugrahanto ~