Kamis, 19 November 2020

popularitas poster sirkus


Yang pernah belajar ilmu politik, atau setidaknya pernah membaca buku Edwin Diamond tentang upaya pemaksaan kultus yang dibangun melalui poster, pasti mengenal istilah "popularitas poster sirkus". Istilah ini dipakai berdasar pola reklame pada awal abad 20, dimana poster sirkus diarak keliling kota dengan beberapa pemain melakukan atraksi jumpalitan di atas truk sebagai daya tarik. Mereka berusaha membuat kehebohan publik demi pertunjukan yang biasanya bertahan sebulan. Setelah selesai, sirkus berpindah ke kota lain. Poster yang ditempel di tembok-tembok itu lalu dicopot karena telah kadaluwarsa. Diamond menggunakan istilah ini bagi politisi yang terlalu maksi dalam poster visual, tapi mini dalam penguasaan elektoral.

Poster-poster besar itu minggu-minggu lalu sangat jumawa: tidak membayar pajak dan mengancam siapapun yang berani menurunkannya. Publik yang tidak suka terhadap pemandangan ini pasti akan bertanya keberadaan negara. "Poster itu, merasa punya negara dalam negara - sang imam yang maha banner", kata seorang pembicara dalam sebuah Webinar.

Euforia di Bandara, Gadog dan Petamburan itu ternyata sengaja dibiarkan. Ini proses "mengayak" pasir yang perlu kesabaran - pada akhirnya pasir yang halus dan kerikil yang kasar semakin tampak transparan. Banner-banner itu sekarang mulai diturunkan tanpa perlawanan. Zaman berubah cepat. Sirkus telah bubar, dan mungkin bergeser ke kota lain, bisa karena lelah atau momentum yang sudah tidak lagi berpihak.

Sejarah kekuasaan kita memang tidak pernah nyaman dengan postulat caci-maki. Bangsa kita tidak pernah siap dengan ketidaksantunan. Ketika politisasi agama diperkenalkan dengan "brutalitas", yang mendekat kepadanya hanyalah kebodohan, dan yang menolaknya adalah ketentraman.

"Tapi popularitas itu punya logikanya sendiri: pagi anda dewa, siang jadi orang biasa, malam bisa saja terhina," kata sosiolog Kathleen Jamieson.

Paling enak memang jadi orang biasa, bebas tanpa kendala. Memaksa tinggi bisa ditabrak pesawat, terlalu tinggi oksigen menipis, agak rendah bisa disamber layangan. Lebih baik tetap di bumi, penjual kopi dan pangkalan ojek hanya ada di sini. 

#lawanintoleransi
#antiradikalisme
#kontraradikal
.
☕☕☕.
.
.
.
Islah Bahrawi

Rabu, 18 November 2020

KENAPA ANIES DIPANGGIL TAPI YANG DI SOLO "DIBIARIN"?

 


Katanya polisi pilih kasih, padahal ga juga. Malah di daerah laen, ada yg penyelenggara keramaiannya yg seorang pejabat pun kena pasal pidana dan udah jadi tersangka!

Sejauh yg gw pahami, Anies dipanggil polisi karena dugaan pelanggaran UU Kekarantinaan Kesehatan. Di dalam UU ini ada aturan soal PSBB termasuk sanksi pelanggarannya dan DKI memang masih menerapkan PSBB sampai detik ini. Jadi kalo Anies dipanggil untuk dimintain keterangan, ya itu wajar aja kan?

Tapi kenapa kok rame2 di Pilkada Solo ga gitu?

Di Solo kan memang ga ada PSBB, Walikota Rudi "emoh" alias ga mau niru cara DKI. Jd gimana caranya polisi mau nindak kalo ga ada dasar hukumnya? Ga bisa. Kecuali ada dasar peraturan yg menyatakan pidana bagi pelanggar protkes di Solo. Adakah? Monggo share infonya.

Sementara kalo soal rame2 Pilkada, Bawaslu sendiri juga ga bisa main pidanakan peserta karena apa? Krn emang ga ada aturan soal protkes di UU Pemilu. Gimana mau pidanain pelanggar.

Terus kenapa cuma Anies yg dipanggil?

Ga cuma Anies. Masih inget kasus dangdutan di Tegal oleh Waketu DPRD Tegal September lalu? Kapolsek Tegal itu juga dicopot, sama nasibnya kaya Kapolda Metro Jaya yg baru aja dicopot. Walikotanya juga dipanggil polisi dimintain keterangan, sama kaya Anies sekarang. Dan malah Waketu DPRD, selaku penyelenggara keramaian alias dangdutannya, sekarang udah jd tersangka. Gimana di DKI? Ditunggu aja hasilnya gimana.

Jadi kalo ada yang bilang pemanggilan Anies politis, menurut gw si ga juga. Buktinya daerah laen yg duluan, udah ada yang kena. Justru kalo ada daerah lain yg ada rame2 tp kadanya ga dipanggil, sementara ada dasar hukum pidananya, itulah yg harus kita kritisi.

Deal ya? 😁

[Aldie El Kaezzar]

Selasa, 10 November 2020

Negara Tanpa Wibawa


Jakarta pagi ini, massa dengan atribut ormas Front Pembela Islam dalam jumlah ribuan memenuhi akses dan ruang tunggu bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng, Banten, menyambut kepulangan Habib Riziq dari Arab Saudi yang dijadwalkan tiba di tanah air hari ini.

Akses keluar masuk kawasan bandar udara sepenuhnya tertutup bagi kendaraan bermotor, sehingga calon penumpang harus rela berjalan kaki 6 km atau berjejalan di kendaraan-kendaraan operasional bandara, atau harus merogoh kocek antara Rp. 100.000,- hingga Rp. 150.000,- untuk menumpang ojek dadakan. 

Puluhan penerbangan ditunda atau dibatalkan, ribuan penumpang terlantar, kerugian waktu dan finansial belum dapat diperkirakan, namun dipastikan sangat banyak. 

Aparat kepolisian yang harusnya mampu menjamin keamanan dan akses ke fasilitas vital negara seperti Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, terlihat tidak berdaya menghadapi ribuan massa yang berkerumun dan memarkirkan kendaraannya di tengah Jalan Tol Ir. Sedyatmo, yang menjadi akses utama yang menghubungkan bandara dengan Kota Jakarta.

Pemerintah sebagai penjamin ketertiban dan keamanan fasilitas publik, jelas menjadi pihak yang harus bertanggung jawab atas kekacauan yang terjadi pagi ini, dan pihak yang menimbulkan gangguan harus mendapat sanksi tegas.

A.H.

Senin, 09 November 2020

Orang yang pintar lebih memilih berkarier di luar negeri, kenapa?

Mari kita pahami Brain Drain, fenomena larinya sumber daya manusia dari negara kelahirannya ke negara baru.

Banyak kan orang yang berpendidikan tinggi memilih melepas kewarganegaraannya sebagai WNI (denounce citizenship). Artinya mereka melepas paspor Indonesia dan jadi Warga Negara Asing.

Apakah mereka ini pengkhianat?  Ga sama sekali! Justru pengkhianat bangsa adalah para elit dan mereka yang suka korupsi.

Karena prinsipnya itu kita semua bisa lahir di mana saja. Orang yang menginginkan perubahan di negara-negara Afrika lebih baik mereka jadi skilled migrant ke negara lain aja.

Negara-negara Afrika banyak banget korupsinya, mental inlandernya kental banget di situ. Orang yang pengen berubah diri, jalannya cuma jadi imigran atau jadi pegawai negeri sana.

Pembuat Kebijakan (Policy Maker) adalah orang-orang paling berbahaya di dunia ini. Tidak ada negara yang sempurna, tapi jika diberikan izin tinggal di luar negeri, apakah kamu mau?

Minggu, 08 November 2020

Investasi Naik Namun Penyerapan Tenaga Kerja Turun, Kok Bisa?

 Investasi Naik Namun Penyerapan Tenaga Kerja Turun, Kok Bisa?


Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus menyebutkan bahwa besarnya investasi industri jasa, baik dari asing maupun domestik, menjadi salah satu penyebab rendahnya penyerapan tenaga kerja atau penciptaan lapangan kerja.

Berdasarkan data BKPM, Heri mencatat bahwa porsi investasi di sektor jasa yang merupakan padat modal, tercatat tumbuh signifikan, yakni dari 39,3 persen pada 2015 menjadi 67,7 persen pada periode Januari--September 2020.

"Investasi memang meningkat, tapi penyerapan tenaga kerja menurun, karena lebih banyak masuk ke industri jasa, di mana rendah pada penyerapan tenaga kerja," kata Ahmad Heri dalam webinar yang diselenggarakan INDEF, Kamis.

Sementara itu, investasi pada industri pengolahan atau manufaktur yang merupakan padat karya dan menjadi sektor andalan untuk menyerap tenaga kerja lebih banyak, terlihat menciut, yakni dari 43,3 persen pada 2015 menjadi hanya 20,1 persen pada 2020.

Ada pun berdasarkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 30-33 persen terhadap PDB, Indonesia menempati peringkat terbesar di Asia Tenggara dari sisi PMTB.

Selain itu, tren investasi langsung, baik asing (FDI) maupun domestik (DDI) mengalami peningkatan, hanya saja tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja yang dihasilkan.

"Investasinya meningkat tapi semakin kurang berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Ini lah yang harus dijawab oleh Undang -Undang Cipta Kerja," kata dia.

Berdasarkan data BPS, perkembangan pengangguran meningkat sebesar 7,07 persen menjadi 9,77 juta orang pada 2020, dari tahun sebelumnya yang sebanyak 7,10 juta orang.

Jumlah proporsi pekerja sektor informal juga tercatat meningkat dari 55,88 persen tahun 2019, menjadi 60,47 persen tahun 2020 terhadap pekerja formal. Jika pandemi COVID-19 berkepanjangan, tenaga kerja informal akan semakin bertambah mengingat golongan tersebut lebih rentan terhadap gejolak ekonomi.

Akibat pandemi pula, tingkat setengah pengangguran juga meningkat signifikan dari 6,4 persen pada 2019 menjadi 10,19 persen pada 2020.

"Artinya pemerintah saat ini bukan hanya mengurangi pengangguran, tapi juga bagaimana mengurangi setengah manganggur ini tidak menganggur lagi, atau yang jam kerjanya berkurang, kembali normal," kata Ahmad Heri, dikutip Antara.

Video Panas Mirip Gisel Viral, Polisi Mau Nonton Dulu Baru Komentar

  Video Panas Mirip Gisel Viral, Polisi Mau Nonton Dulu Baru Komentar



Jika sudan nonton polisi akan bersikap.

SuaraBatam.id - Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya atau Polda Metro Jaya belum tahu video panas Gisel tersebar dan viral. Polisi pun belum bisa berkomentar, katanya mau nonton dulu.

Video panas mirip Gisel atau Gisella Anastasia tengah viral. Suara.com pun kemudian meminta konfirmasi mengenai kasus ini kepada Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus.

"Saya belum melihat," kata Yusri, saat dihubungi Suara.com, Sabtu (7/11/2020).

Yusri Yunus berjanji akan memberi komentar kepada awak media setelah melihat video itu.

 Video Panas Mirip Gisel Viral, Polisi Mau Nonton Dulu Baru Komentar
Baju yang dipakai Gisella Anastasi (kanan) disebut mirip dengan baju yang dikenakan perempuan mirip Gisel (kiri). [Instagram]

"Nanti saya komentar setelah melihat video itu," tuturnya.

Sebelumnya telah berdedar sebuah video berdurasi 19 detik di mana si perempuan mirip dengan artis Gisella Anastasia, sedang melakukan hubungan badan dengan seorang lelaki.

Dalam video, perempuan yang mirip Gisella Anastasia mengenakan outer hijau tanpa busana dalaman. Sehingga terlihat jelas bagian dada yang tak disensor.

Sampai saat ini pihak Gisel belum bicara mengenai video tersebut. Beberapa kali dihubungi namun nomor tersebut tidak aktif.

Bagi Gisel kejadian seperti itu bukanlah pertama kalinya. Akhir 2019 lalu dia pernah diterpa isu video seks mirip dirinya. Video seks mirip Gisel juga viral di jagat maya.

Kala itu, Gisel menempuh jalur hukum setelah video adegan syur tersebar di media sosial. Gisel merasa dirugikan karena dituding mirip sebagai pemeran wanita di video syur itu.

link

Selasa, 03 November 2020

Memprediksi Sikap Perancis ke Depan


Perancis itu bukan kita, Indonesia. Kita negara agamis, 95%-99% masyarakat kita anggap agama itu penting. Klo di Perancis anggap agama sama sekali tidak ada holly-nya. 

Jadi, bagi masyarakat mereka agama adalah obyek belaka. Namanya obyek yah tetap aja obyek meskipun si obyek bisa jadi pelaku, tapi dia bukan subyek. 

Kadang malah agama cuma dijadikan penyerta pembicaraan belaka, kadang dijadikan obyek pesakitan. 
 
Buat masyarakat Perancis semua itu biasa aja. Mereka tidak sedang menghina agama tapi memang mereka ndak anggap agama perlu ditempatkan secara terhormat. 

Sejak Aufklärung dan/atau Renaissance, agama itu sudah tamat buat masyarakat Perancis. Sesungguhnya itu berlaku di Eropa, terutama Eropa Utara, tapi Perancis lebih ekstrim dari pada negara-negara Eropa Utara. 
 
Baik ku-share sedikit pengalamanku tentang di Eropa. 

Belasan tahun lalu saat masih mahasiswa praktikum di kota SaarbrĂźcken. Saat jalan-jalan di kota, aku diberi sebuah buku yang bagus dalam sebuah stand di trotoar. 
Saat kubuka ternyata itu Bible. 

Nah, saat sama ada orang Jerman dikasih buku yang sama. Begitu dia lihat itu Bibble, enteng aja di depan yang memberi itu Bibble dimasukin tempat sampah yang ada beberapa meter di depannya. 

Wah, klo aku ra sanggup seperti itu. Bibble yang ada padaku, kubawa pulang. Lalu ada kotak tempat donasi buku maka Bibble tersebut kumasukkan ke kotak Donasi. 
 
Beberapa waktu yang lalu di Hamburg, sekelompok orang Islam (kalau dari atributnya Salafy), imigran Arab kasih-kasih Quran di pinggir jalan. 

Aku sudah tahu itu Quran. Seorang Jerman, entah dia sudah tahu atau belum, bisa jadi dia tidak tahu karena memang ndak pernah lihat Quran. Wajar kadang orang ndak tahu Quran akibat ndak perduli, maka dia terima aja itu pemberian sambil jalan. Saat jalan dia buka itu Quran, sepintas, lalu itu Quran langsung dia buang ke tempat sampah dengan acuh. 
 
Si imigrant Salafy lihat lalu marah dan amat ngamuk. Dia sempat memaki karena kitab sucinya dibuang ke tempat sampah. 

Saat makian keluar, justru orang2 yang dengar “menyalahkan” (dalam bentuk ekspresi ndak senang) ke si muslim yang memaki. 

Bagi mindset orang Jerman selama membuang “sampah” pada tempatnya tidak salah. Tapi memaki orang di depan umum dengan bahasa makian itu bisa masalah. 

Bagiku yang tahu mindset Jerman dan tahu mindset Islam, segera itu Quran dari tempat sampah kuambil, kumasukin tasku, lalu kubawa pergi meninggalkan tempat insiden. Aku ndak mau terlihat terlibat dalam insiden perang mulut tsb, malu ah. 
 
Jadi disini ada 2 mindset yang amat bertentangan: yang Eropa sekularis, mereka ndak anggap agama penting sama sekali sehingga saat buang ke tempat sampah yah santai aja. Jelas itu berangkat dari mindset bahwa agama bukan sesuatu yang penting. Sementara yang Islam anggap agama segala-galanya dan bahkan satu-satunya yang terpenting. 
 
Hanya bagiku sederhana saja: dimana bumi di pijak, disana langit dijunjung. 

Jika di Indonesia atau di Arab misalkan, yah orang Eropa Sekular Liberal itu harus beri hormat dan beri respect pada nilai local wisdom yang ada dimana dia berada. 

Tapi saat di Eropa maka orang agama yang menyesuaikan dengan value mereka yang anggap agama tidak penting. 

Jadi, misalkan mereka buang Bibble atau Quran ke tempat sampah yo ojo diamuk toh. Dimaklumi wae, lalu diambil aja kitab suci tsb untuk kita simpan dan pastikan jangan jatuh lagi ke tangan seperti mereka: iso sakit hati nantinya. 
 
Nah, masalahnya bagaimana jika umat Islam ndak terima dengan apa yang dilakukan oleh Perancis. 

Klo menurutku Perancis ra bakal merubah valuenya. Dia akan tetap seperti itu di negaranya. Bagi mereka itu negaranya maka mereka ndak akan merubahnya. Mereka ra perduli umat Islam marah-marah. Itu feeling-ku tentang Perancis. 
 
Terus bagaimana jika Umat Islam melakukan teror diulangi lagi seperti pemenggalan kemarin. 

Ini kejadian yang ke-3 kalinya  yaitu pertama saat serangan langsung ke Kantor Charlie Hebdo, lalu saat guru dipenggal, lalu kemarin saat gereja diserang dan ada yang dipenggal. 

Menurutku: Perancis akan membalasnya menekan imigran muslim yang dia anggap radikal. Amat mungkin mesjid-mesjid akan makin diawasi. Para pengkotbah agama akan diawasi, dll. Perancis ndak akan mengalah menurutku. 
 
Bagaimana dengan Eropa lain, jika serangan teror seperti pemenggalan TIDAK terulang lagi di Perancis, atau jika TIDAK ada serangan mematikan lagi maka Eropa yang lain akan diam saja terhadap apa yang dilakukan Perancis. Tapi jika ada serangan mematikan terjadi lagi, maka Eropa lain akan dibelakang Perancis menjadikan Islam sebagai « common enemy ». 
 
Nah, itu situasinya. Sekarang tinggal kita lihat bagaimana reaksi Umat Islam dalam sikapi ini. 

Apakah ke depankan (1) dialog persahabatan dengan Perancis dan Barat, 

atau kah (2) lawan Perancis dfengan Boykott misalkan sehingga Perancis mau rubah sikapnya, 

atau (3) ajak Perancis dan Barat adu diskursus dan dialektika tentang agama, 

atau (4) terror dibalas terror, 

atau (5) malah umat Islam diam saja dan anggap selama di Perancis itu akan jadi urusan Perancis. 
 
No (1), (2) dan (3) itu yang elegant untuk membentuk “kompromi social” baru. Meskipun aku ndak yakin Perancis yang begitu PeDe tunduk mau kompromi, atau malah Perancis yang mendominasi. 

No (4) kayaknya ini yang bakal terjadi. 

(5) Kayaknya ini yang menjadi akhir cerita. Pada akhirnya umat Islam dunia akan menerima sikap Perancis seperti agama Kristen juga menerima sikap Perancis.
 
Bagaimana jika no (4) terjadi? Jika ini terjadi, tampaknya Umat Islam akan menderita. 
 
Kita lihat fakta telanjang, terhadap Israel (yang kecil mungil liliput saja) saja umat Islam tidak berdaya. Negara-negara Islam Arab sekarang mulai memilih untuk duduk bersama dengan Israel. 

Kita di Indonesia bisa ndak paham kenapa kok mau2nya negara-negara Arab yang kita bela saat bermusuhan dengan Israel, justru mereka duluan yang memutuskan berteman dengan Israel. Hanya persoalan seperti ini memang tidak mudah diterima secara hati. Ini ada itung-itungan rasionalnya. 
 
Jika umat Islam konflik dengan Perancis, maka harus diingat saat ini umat Islam itu tidak cuma bermasalah dengan Perancis. 

Di Eropa secara umum punya masalah. Di Amerika juga punya masalah. Di India juga punya masalah. Di Cina juga punya masalah. Di Indo-China (Asia Tenggara termasuk Phipilina) juga punya masalah. Di Rusia (Chechnya) dulu pernah punya masalah. 

Ini situasi yang amat tidak nyaman buat umat Islam.  Cilakanya justru di Timteng tempat Hostnya umat Islam justru disana pula masalah besar berada. 
 
Berangkat dari itu lah maka Perancis yang Pede dengan tradisi Renaissance dan Aufklärung-nya, akan tetap PeDe mempertahankan itu. 

Feelingku Perancis tidak akan mengubah sikapnya tentang Kebebasan Sekularis. Yang dilakukan Perancis dalam waktu dekat akan meng-ekspos secara terbuka proses pengadilan pada para keluarga atau mereka yang terlibat membantu pemenggalan. 
 
Lalu media-media Perancis dan Barat akan memberitakan secara detail. Di-blejeti secara detail kehidupan value imigran yang notabene muslim dan attitude keagamaan keluarga dan pihak2 yang mendukung si pemenggal, dari sisi dark side. 

Lalu akan terbangun ToMA (Top of Mind Awarness) di seluruh dunia tentang kebarbaran dan kebiadaban itu.  Saat sama Cina misalkan akan gunakan momentum ini untuk memberikan pukulan akhir Uighur untuk dieliminasi. 
 
Bagaimana dengan Turki? Jika Erdogan turun dari jabatan (dan peluang turunnya amat tinggi), lalu yang naik ke pemerintahan misalkan oposisi saat ini, maka Turki akan ke barat. 

Turki dan Eropa akan  ngekek-ngekek berakrab ria. Itu akan sama dengan saat ini Arab ngekek-ngekek dengan Israel. Perancis dan Eropa amat sangat tahu itu. Saat sama mereka amat PeDe dengan value Sekular dan Libertinya. 

Jadi, yah kita nikmati saja mungkin ke depannya akan lebih panas. Buka hati seluas samudera sehingga jenengan tetap tenang terhadap hal ini. Semoga semua akan berakhir baik...
 
#dariTepianLembahSungaiRheinRuhr

Ditulis oleh: Ferizal Ramli