Sabtu, 31 Oktober 2020

MENTAL MISKIN BERJIWA PENGEMIS

Yang mampu harus tau diri

Seorang sahabat yang tinggal di Australia bercerita tentang pengalamannya:

Suatu sore, sesudah menikmati secangkir capucino di Gloria Jeans Café yang capucino-nya paling enak menurut saya- kami mampir ke toko roti.

Kami membeli sebatang roti kismis dan minta kepada si mbak penjaga toko untuk dipotongkan, sehingga nanti di rumah gampang, tinggal comot dan makan.

Selesai dipotong dan dibungkus rapi, lalu diserahkan kepada saya. Langsung saya berikan uang lembaran 10 dollar. Tapi ditolak dengan senyum manis, sambil berucap:

”It's free nothing to pay.”

“Are you sure ?” kata saya.

Gadis remaja yang tugas jualan disana, menjelaskan bahwa kalau sudah ditutup, roti tidak boleh lagi dijual. Boleh diberikan kepada siapa yang mau atau diantarkan ke Second Hand shop untuk orang yang membutuhkan.

Agak tercengang juga saya dengar penjelasannya.

Terbayang, kalau di Indonesia, wah bisa bangkrut ini, karena orang bakalan menunggu toko tutup supaya dapat yang gratis.

Belum selesai ngobrol dengan si mbak, tiba-tiba ada suami istri, yang juga mau belanja roti. Rupanya mereka tanpa saya sadari sudah mendengar percakapan kami. Si pria adalah orang Australia, sedangkan istrinya adalah tipe orang Asia. Si wanita juga minta roti di mbak, tapi di cegah oleh suaminya, sambil berkata:
 
"No darling ~ please. We have enough money to buy. Why do we have to pick up a free one? Let’s another people who need it more than us take it."

Wah ... wah, merasa tersindir wajah saya panas...…dalam hati saya bergumam, ”Hmm saya ini jg pengusaha, bkn mau cari gratisan”.

Tapi, syukur cepat sadar diri, gak sampai terucapkan. Karena toh mereka tidak omongin saya langsung.

Hingga menjelang tidur, kata-kata si Suami kepada istrinya masih terngiang-ngiang rasanya.

"We have enough money to buy........why do we have to pick up a free one."

Setelah saya renungkan, saya merasakan bahwa kata-kata ini benar. Kalau semua orang yang punyai duit, ikut antri dan dapatkan roti gratis, yang biasanya diantarkan ke Second Hand Shop untuk dibagi bagikan gratis, berarti orang yang sungguh-sungguh membutuhkan tidak bakalan kebagian lagi roti gratis.

Pelajaran hidup ini tidak mungkin akan saya lupakan.

Kalau kita sanggup beli. Jangan ambil yang gratis. Biarlah orang lain yang lebih membutuhkan mendapatkannya. Sungguh sebuah kepedulian akan sesama yang diterapkan dengan kesungguhan hati.

Kini saya baru tahu, kenapa kalau di club ada kopi gratis, tapi jarang ada yang ambil. Mereka lebih suka membeli. Bukan karena gengsi2an.
Tetapi terlebih karena rasa peduli mereka pada orang lain, yang mungkin lebih membutuhkan.

Tuhan sudah memberikan berkah yang cukup untuk kita. Tidak perlu lagi kita mengambil bagian berkah yang diperuntukkan bagi orang lain.

Ketika kita mendengar ada program pemerintah untuk membantu orang miskin, apa yang ada dalam benak kita?

Apa kita akan ikut bersiasat agar mendapat bagian?

Ataukah kita merekayasa data agar kerabat dan saudara kita dapat bagian juga?

Atau kita sok jadi pahlawan dengan mengajukan diri sebagai pendamping program, tapi dalam pikiran kita tersimpan niat busuk untuk memperkaya diri sendiri?

Sahabat, kemiskinan bukan untuk dipolitisir dan dieksploitasi.

Orang miskin dan kemiskinan adalah ladang amal. Keberadaan orang miskin adalah cara Tuhan untuk menguji sejauh mana kepedulian dan keimanan kita.
Sementara kemiskinan adalah mental yang mesti dirubah dan diberantas.

Mental minta-minta, mental gratisan, mental potong kompas, termasuk mental jualan data orang miskin.

Semua itu adalah Mental Pengemis yang membuat bangsa ini rendah dan terhina. Itulah kemiskinan KULTURAL.

Sudah saatnya kita bangkit dan sadar, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.

Menjaga harga diri lebih baik daripada menjatuhkan kehormatan hanya demi sesuap nasi.

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Copas @Setyo Budi Pulungan

Rabu, 14 Oktober 2020

MENTAL JONGOS, OTAK BUDAK


Gw pernah bangkrut 3x. Miskin abis sampe duit tinggal Rp.500,- perak. Pernah jadi kuli timbang di pasar ikan. Pernah gak bisa makan 3 hari 2 malam. Minum doang. Pernah 2 minggu makan indomie mulu 1x sehari sampe jatuh sakit, saking melaratnya gak punya duit. Bahkan waktu SMA, gw pernah sewa motor teman utk ngojek di Terminal bus & gw digebukin ojek2 disana karena gw.... Cina!!

Tapi gw BANGKIT lagi, lagi, dan lagi.

Gw kerja dari Subuh sampe tengah malem. Nabung dgn Sabar, ngumpulin sedikit demi sedikit buat modal kerja & besarin usaha. Dan kalo skrg gw bisa punya byk assets2 yg bikin gw kaya, loe mau nyalahin gw karena gw....Cina??

Saat gw SMA papa bangkrut, gw hrs muter otak biayai sekolah sendiri, mulai dari jualan Tahu Tempe, kaos Metal, hingga VCD pernah gw jalani supaya bisa sekolah. Lulus SMA gw pernah mandek 1 tahun gak bisa kuliah karena gak ada duit. Cari beasiswa sana sini sampe akhirnya dapet. Gw belajar keras, tak kenal lelah sampe bisa lulus 3 bidang studi berbeda, Ekonomi, Teologi, dan Kedokteran. Apakah itu semua gw dapetin hanya karena gw....Cina???

Aaaaannn nying bgt kan....Loe!! 

Kita sama2 makan nasi putih. Rambut kita sama hitamnya. Gw juga pernah jadi jongos orang karena keadaan. Tapi mental gw bukan jongos & otak gw bukan otak budak.

Gw pegang prinsip 4 hal :

1. Kerja Keras
2. Kerja Cerdas
3. Kerja dgn Hati
4. Kerja dgn Hati-hati

Sejak kecil, mahluk2 sipit (tapi ganteng) kyk gw ini gak bisa banyak maen & kelayapan. Tapi dipaksa & dididik utk menghargai uang, menghitung pembukuan, cara menjaga & mengawasi toko, melayani pembeli, kulak barang, menyusun strategi harga, dan membesarkan bisnis. Sejak kecil !!!

Loe cek sendiri. Jarang ada anak2 Tionghoa yg keluyuran di jalanan. Sampe rumah harus belajar, kalo nggak, ya bantu ortu kerja.


Sedangkan kalian kecilnya bagaimana?? Coba diingat2. Apa
kah kalian juga gak bisa banyak maen & kelayapan? Apakah kalian juga dipaksa & dididik utk menghargai uang, menghitung pembukuan, cara menjaga & mengawasi toko, melayani pembeli, kulak barang, menyusun strategi harga, dan membesarkan bisnis. Sejak kecil !!! Seperti kami??

Tak heran, kalian ada duit dikit langsung beli TV LED, Home theater, Moge Ninja, kredit rumah, beli ini itu, ngutang sana sini bahkan pengen poligami, pdhl beli kondom aja milih yg paling murah. Gak pernah mau mikir investasi yg bener. Mengeluh tiap hari kalo duit kuraaaang terus. Makanyaaaa...NABUNG!!! Bukan Ngutang, Bego!!!

TV di kamar gw aja sampe hari ini cuma TV tabung 21 inch. Motor pribadi gw cuma Yamaha Byson jadul seharga cuman 5 juta, Mobil pribadi gw cuma Mercy C180K lawas umurnya udah ampir 20 tahun, dan Xenia 2017 buat geradakan. Mungkin kalah jauh ama motor2 & mobil2mu yg keluaran terbaru. Tapi gw punya mulai kost2an hingga vila2 di Bali, mobil2 Pajero hingga Porsche, moge2 Ninja ER hingga Harley, dsb. Ya iya lah...Lha wong gw sewa2in & jual beli wkwkwk 😁

#IyaGwPamer
#SoWhat

Gw klo ada teman yg kaya raya, gw ikut seneng. Gw temenin & belajar banyak dari dia. Bukan malah minder lalu sirik & nyinyir utk membangun kepercayaan diri yg semu kayak kalian. Dikit2 SARA, dikit2 SARA. Kalian yg melarat, yg dibakarin kok malah toko2 org Cina. Karena Otak Loe gak dipake. Goblok!!!

Mental Tolol & MissQueen spt kalian yg selalu Suudzon itu akan membuat kalian tetap jadi jongos!! Seumur hidupmu, bahkan hingga anak cucumu akan Melarat, Goblok & Gendheng mangan semir kabeh.

Berubah lah!! Ajari dirimu & anak cucumu utk tidak minder & tidak membenci orang kaya, tapi  bersahabat & belajar dari orang2 yg bermental baja dlm bisnis. Itu dasar yg penting utk Sukses!!

Bukankah Rasulullah berkata : "Allah Swt takkan menolong kaum yg tak mau menolong dirinya sendiri."

Link :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=3377692998946035&id=1011138732268152

✍🏼 Philips joeng

Senin, 12 Oktober 2020

ADAT dan AURAT

(Tulisan Nyai Nisa Alwis)

Sesaat setelah posting foto para ibu semangat berkebaya, muncul sebuah status dengan background merah menyala milik seorang kawan lama. Begini bunyinya: "dulu masih santri berhijab leher tidak kelihatan. Eee sekarang sudah jadi emak2 berhijab pamer leher. Waras antunna?"
Cukup banyak yang me-like juga komen, antara lain ada yang menulis: "santri gadungan". Begitulah bila emosi di depan, si arif ketinggalan. Merdu bukan?!😜

Padahal pesan jilbab itu mulanya, untuk menciptakan keamanan bagi: perempuan keluarga Nabi dan wanita mukmin lain, yang kadang diganggu karena disangka budak oleh para pria iseng (alAhzab:59). Juga, agar tidak memamerkan hal yang membuat para suami cemburu di masa itu (anNur: 31). Manusia terus membangun peradabannya.

Lebih seribu tahun kemudian, hampir semua sepakat konsep hidup ideal adalah yang merdeka, lepas dari penjajahan apalagi perbudakan. Semua manusia memiliki hak asasi. Pria dan wanita dididik untuk sama-sama menjunjung etika. Bila kini ada perempuan menggugah budaya kebanggaan bangsanya malah dihina. Antum kenapa...😂

Apakah antum juga menyalahkan para ibu dan guru dahulu. Yang mungkin semua jadi tidak senonoh bagi antum, karena tak berhijab syar'i ala muslim hijrah jaman now? Sekalian silahkan antum gugat para ulama sepuh yang anak, istri dan santrinya mengajar dan belajar mengaji dengan pakai baju tradisional saja dan lehernya terbiar tanpa khimar.

Ini Indonesia. Nusantara. Hanya di sini Islam punya pewayangan, kisah negara Hastinapura diiring langgam Jawa dan gamelannya. Silahkan menganggap santri gadungan. Bila antum juga menyesalkan adaptasi seni budaya Wali Sembilan. Dahulu Islam diterima karena membawa angin kedamaian, bukan kebekuan ajaran. Pakaian antum boleh syar'i. Tapi hafalan hadits tentang hakikatnya ingat-ingat lagi, bahwa: sesungguhnya Allah tidak melihat tubuh-tubuh kalian, tidak pula melihat gambar diri kalian. Tetapi Allah melihat hati-hati kalian.

Lalu hadir di ingatan saya sosok wanita terpelajar, yang memperoleh anugrah 'medali ilmu pengetahuan' atas disertasinya dari Presiden Mesir Gamal Abdel Naser: Ibu Zakiyah Daradjat. Saya beruntung dapat berguru padanya langsung saat kuliah Psikologi Agama. Beliaulah perempuan pertama yang pernah dipercaya menjadi salah satu ketua Majelis Ulama Indonesia.

Dan sang Guru Besar di UIN Jakarta ini setiap datang mengajar senantiasa berkain dengan baju kurung atau kebaya. Selembar selendang tersampir halus di kepala. Sebagian rambut dan lehernya nampak dan itu biasa saja. Beliau nyaman dengan dirinya, yang di hadapan bersikap hormat padanya. Ibu Zakiyah (almarhum) selalu seperti itu. Membawa serta aura perempuan independen yang berbudi, berseni, dan berilmu.

Sampai di sini cemoohan antum tadi seperti tong kosong saja. Itu baru satu cermin dari Ibu Profesor yang menggali ilmu tinggi di negeri para mufti. Mustahil soal aurat beliau tidak mengerti. Sama mustahilnya bila para Kyai ratusan tahun membiarkan istri, anak dan santrinya berdosa dengan tidak memaksa mereka melilitkan kerudung ke seluruh tubuh. 

Lalu apa yang mereka lakukan? Para ulama teladan itu bersikap cerdas dan bijak. Tak sekedar menelaah teks, tapi juga memahami konteks. Sehingga tidak saklek menghakimi tubuh wanita. Mereka melihat di antara adat dan aurat ada dialog budaya dalam tatakrama. Di antara syariat dan hakikat ada realitas peradaban manusia. Yang disyariatkan di masa perbudakan, tidak untuk dipaksakan di jaman berbeda yang tak lagi mengenal kultur budak belian.

Faktanya barulah di era belakangan ini hijab dan jilbab menjadi ornamen kesolehan baru. Begitu gegap gempitanya inovasi fashion busana muslim. Beriringan dengan kemunculan para ustad/ustadzah seleb yang melengkapi arena pop culture. Banyak yang merasa ini pertanda ghiroh beragama naik. Meski soal disiplin buang sampah masih rendah, dan fenomena korupsi tetap tinggi. 

Jarang yang menyadari, bahwa setiap celah dalam agama telah dibidik industri. Hukum pasar di sana bisa berselancar. Tak heran bisnis syar'i berkelindan. Aneka rupa gamis, tunik, khimar, manset, ciput, bros, hingga kaos kaki, salon perawatan, make up, masker, shampoo, dll dibranding syar'i, gaya hidup islami. Komodifikasi agama, adalah fakta yang tak terbantahkan, berada di garis depan.

Maka, kalem-kalemlah, Breder. Orientasi berpakaianmu seperti apa itu hanya permukaan saja. Cek kedalaman hati dan jiwa. Itu lebih mendasar ketimbang menakar spiritualitas orang lain dengan kacamata kuda. Lelaki auratnya hanya dari pusar dan lutut saja. Tetapi bila telanjang dada ke kantor kelurahan, tentu sudah tak sopan. Itulah konteks. Sama halnya aurat perempuan, jangan kode etikmu secara kaku dipaksakan.

Terakhir, madzhab pemikiran Islam sejak awal sejarahnya tidaklah seragam. Perbedaan telah diyakini sebagai rahmat. Tentang satu hal saja, semua madzhab memiliki hujjah. Sehingga mereka terlepas dari klaim paling benar atau paling salah. Pakaian memang perlu dikenakan aman, nyaman dan sopan. Bila kamu yakin pakaianmu bernilai ibadah, apalah guna ibadah itu bila membuatmu melihat orang yang berbeda: rendah.

#wassalam

Sumber tautan:
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10213323957917955&id=1368243024

- NQ2020

Minggu, 11 Oktober 2020

TOKO SEBELAH


OMNIBUS Law Undang-undang Cipta Kerja hanya akan menguntungkan tenaga kerja Cina. Kata anggota Badan Anggaran DPR-RI, Sukamta dari fraksi PKS.

Meski itu baru asumsi dan belum terbukti, tapi melihat cara kerja WNI keturunan Cina di negeri ini, rasanya masuk di akal. Kenapa?

Contoh kecil (dari banyak contoh yang pernah gue alami) belum lama saat gue mau membuat bingkai skets untuk hadiah purnabakti empat dosen gue, datanglah gue ke toko bingkai milik orang Melayu di bilangan Serpong.

Setelah gue milih-milih dan menemukan bingkai yang cocok, maka gue tanyalah harganya. Setelah di kalkulasi mulai dari bahan, besar ukuran, hingga pilihan kaca, satu bingkai kena 297 ribu. 

Dari pengalaman selama ini, buat gue sebetulnya harga segitu terhitung mahal. Tapi sudahlah, gak masalah, toh waktu gue hubungi panitia acara setuju-setuju aja.

Gue baru keberatan ketika pihak toko dengan segala alasannya butuh tujuh hari untuk menyelesaikan. Karena dalam hitung-hitungan gue, paling lama tiga hari.

Akhirnya gak jadi. Gue carilah toko bingkai lain. Ketemulah toko JV Frame di bilangan Graha Raya Bintaro. Gue langsung ketemu ownernya bernama Romi. Masih muda, ramah, murah senyum, dan pokoknya orangnya asyik. Gue suka. Dan maaf, Romi ini WNI keturunan Cina.

Dengan bahan yang nyaris sama, bahkan menurut gue kualitasnya lebih bagus, gue tanyalah harganya. "Seratus enam puluh ribu, Om!" Katanya. Gue kaget bukan karena dipanggil "om", tapi sama harganya yang kok bisa murah banget.

Lanjut ke pertanyaan berapa lama waktu pengerjaan. Gue lebih kaget lagi. "Cepet kok Om. Om bisa nunggu. Sekalian mau lihat prosesnya juga boleh nanti di ruang sebelah. Cuma empat bingkai gak nyampe satu jamlah." Uedan.

Begitu deal, maka ikutlah gue ke ruang kerjanya. Dan ternyata yang ngerjain si owner itu langsung, dibantu dua karyawan asli Melayu. Keren nih pikir gue.

Betul aja. Dengan peralatan pengukur, pemotong, dan penyambung modern yang sudah sering gue lihat, mereka bekerja sangat cepat dan terukur. Tentu gak lupa gue foto sekalian prosesnya tanpa mereka keberatan. 

Dan taraaa... gak lebih dari satu jam, empat gambar sudah terbingkai dan terbungkus satu-satu dalam karton tebal yang aman dari kerusakan.


Coba bandingkan harga dan kerja toko pertama milik Melayu dengan toko kedua milik WNI keturunan ini. Ya persetan dengan asal muasalmu, ya jelas gue pilih yang kedualah untuk selanjutnya dan berikutnya.

Mau dibilang gue belain pekerja Cina dan meremehkan pekerja Melayu, nanti dulu. Pekerja melayu juga hebat, kalau pekerjanya memiliki skill dan kecepatan seperti dua orang pendamping Romi yang Melayu asli itu. Lagi-lagi ini memang soal mental. Soal etos kerja.

Jadi kenapa takut sama kehadiran pekerja Cina yang memang terkenal sebagai pekerja cepat, tepat, dan akurat. Belum mau makan enak kalau belum keluar keringat. 

Bukan malah demo dan ngancur-ngancurin, trus baru bisa bekerja secepat kilat saat menghitung kerugiannya. Yakin 25 M? 

Belajar dari mantan gubernur hebat dan si pembuat bingkai keturunan Cina, gue sih kagak percaya sebelum ngecek toko sebelah.

#bukanrasis

Ramadhan Syukur

Foto: Romi dan dua pekerja Melayu yang setara etos kerjanya.

Sabtu, 10 Oktober 2020

Pembunuhan Munir


Munir Said Thalib adalah seorang aktivis HAM keturunan Indonesia-Arab. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Eksekutif Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia Imparsial. Saat menjabat Dewan Kontras, namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-orang hilang yang diculik pada masa itu. Saat itu dia membela para aktivis yang menjadi korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus.

Munir lahir di Malang, Jawa Timur pada 8 Desember 1965 dan meninggal di dalam pesawat jurusan menuju Amsterdam, pada 7 September 2004, saat berumur 38 tahun.

.
Kronologi Pembunuhan

Tiga jam setelah pesawat GA-974 lepas landas dari Singapura, awak kabin melaporkan kepada pilot Pantun Matondang bahwa seorang penumpang bernama Munir yang duduk di kursi nomor 40 G menderita sakit. Munir beberapa kali bolak-balik ke toilet. Pilot meminta awak kabin untuk terus memonitor kondisi Munir. Munir pun dipindahkan duduk di sebelah seorang penumpang yang kebetulan berprofesi dokter yang juga berusaha menolongnya pada saat itu. Penerbangan menuju Amsterdam menempuh waktu 12 jam. Namun dua jam sebelum mendarat, Munir telah meninggal dunia.

Pada tanggal 12 November 2004 dikeluarkan kabar bahwa polisi Belanda (Institut Forensik Belanda) menemukan jejak-jejak senyawa arsenikum setelah otopsi. Hal ini juga dikonfirmasi oleh polisi Indonesia. Belum diketahui siapa yang telah meracuni Munir, meskipun ada yang menduga bahwa oknum-oknum tertentu memang ingin menyingkirkannya.

Pada 20 Desember 2005, Pollycarpus Budihari Priyanto dijatuhi vonis 14 tahun hukuman penjara atas pembunuhan terhadap Munir. Hakim menyatakan bahwa Pollycarpus, seorang pilot Garuda yang sedang cuti, menaruh arsenik di makanan Munir karena dia ingin mendiamkan pengkritik pemerintah tersebut. Hakim Cicut Sutiarso menyatakan bahwa sebelum pembunuhan, Pollycarpus menerima beberapa panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Selain itu Presiden SBY juga membentuk tim investigasi independen, namun hasil penyelidikan tim tersebut tidak pernah diterbitkan ke publik.

Jenazahnya dimakamkan di taman makam umum kota Batu. Ia meninggalkan seorang istri bernama Suciwati dan dua orang anak, yaitu Sultan Alif Allende dan Diva. Sejak tahun 2005, tanggal kematian Munir, 7 September, oleh para aktivis HAM dicanangkan sebagai Hari Pembela HAM Indonesia.

Pada 19 Juni 2008, Mayjen Muchdi Purwoprandjono, ditangkap dengan dugaan kuat bahwa dia adalah otak pembunuhan Munir. Beragam bukti kuat dan kesaksian mengarah padanya. Namun pada 31 Desember 2008, Muchdi divonis bebas.

.
Apakah benar bahwa pelakunya adalah Pollycarpus?

Awalnya, disebut-sebut bila racun arsenik tersebut dimasukkan ke dalam jus jeruk. Tetapi, arsenik akan mengendap di dasar gelas jika dicampurkan ke dalam air bersuhu rendah. Atas dasar itu, dakwaan kepada Pollycarpus pun diubah. Pollycarpus dituduh memasukkan arsenik ke dalam mie goreng pesanan Munir. Tetapi anehnya, mie goreng ini tidak ada dalam surat dakwaan.

Selain soal jus jeruk dan mie goreng. Waktu dan lokasi arsenik itu masuk ke dalam tubuh Munir pun masih dipertanyakan. Padahal ketiganya (makanan/minuman, lokasi, dan waktu) merupakan kunci penting yang akan mengarah pada pelaku pembunuhan yang sebenarnya.

Menurut laporan Nederlands Forensisch Instituut (NFI), racun arsenik tersebut masuk ke tubuh Munir 8 jam sebelum ia meninggal. Munir meninggal 2 jam sebelum mendarat. Sementara waktu tempuh dari Changi, Singapura, ke Schiphol, Belanda, adalah 12 jam 25 menit. Berarti, arsenik masuk ke tubuh Munir setelah pesawat Garuda dengan nomor GA-974 yang ditumpanginya terbang dari Singapura menuju Belanda.

Berbeda dari laporan NFI, opini pembanding dari hasil autopsi dari Seatle Amerika Serikat menyatakan racun masuk ke tubuh Munir 9 jam sebelum meninggal. Artinya, tidak jauh berbeda dari laporan NFI. Arsenik masuk ke tubuh Munir setelah take off dari Changi, Singapura.

Dan pada saat itu, Pollycarpus tidak ada dalam pesawat. Pollycarpus turun di Changi untuk selanjutnya kembali ke Jakarta. Dari fakta ini saja mungkin sudah dapat membuktikan jika pembunuh Munir bukan Pollycarpus.

Tetapi, apapun makanan atau minuman yang dikonsumsi Munir, tuduhan tetap mengarah kepada Pollycarpus. Di manapun dan kapanpun arsenik itu masuk ke dalam tubuh Munir, Pollycapus tetap dituduh sebagai pelakunya. Pollycarpus dijadikan tumbal lantaran harus ada yang dipidanakan. Hal ini diungkapkan oleh ahli forensik Abdul Mun'im Idries. Dalam bukunya "Indonesia X-File".

Pollycarpus lalu dibebaskan pada 29 Agustus 2018. Hingga saat ini ia masih membantah keras tuduhan bahwa dialah yang telah membunuh Munir.

.
Bagaimana menurut kalian?

Instagram
https://instagram.com/ifyouknow.id?igshid=n5ijtb91mgwa

Youtube
https://www.youtube.com/channel/UCOkySm3BjU-TfXu1f2OeUeQ?view_as=subs

.
- DARK ICE

Minggu, 04 Oktober 2020

10 LUBANG MAUT di HUTAN JEGLONG PATI


Pada 17 Agustus 2020 yang baru lalu YPKP65 melakukan upacara mengenang 75 tahun Kemerdekaan RI dengan cara mengunjungi lokasi kuburan massal dan menabur bunga untuk mengenang dan mendoakan arwah yang diyakini dieksekusi (dibunuh) secara tidak wajar pada 1965-1966.

Setelah selesai tabur bunga di Hutan Peka'inan Grogolan (lihat postingan FB sebelumnya pada  19/08/2020) para korban/keluarga korban/relawan YPKP65 Pati kemudian mengunjungi hutan Jeglong yang jaraknya kira-kira 2,5 jam perjalanan menggunakan mobil  dari Grogolan.

Saat itu cuaca cerah, awal  musim kemarau.  Hutan jati  nyaris tidak selebat pada musim penghujan. Rumput liar dan semak belukar nyaris bersih, hanya daun-daun  dan rumput kering berserakan. Para peziarah,  korban dan keluarga serta relawan YPKP65 dengan mudah menemukan lubang maut tempat eksekusi di hutan Jeglong, Pati.

Terdapat  3 lubang  masing-masing berukuran  panjang  3 meter dan  lebar 2 meter  masih menganga tidak tertutup oleh tanah, dari jumlah semuanya 10 lubang yang dipersiapkan untuk mengubur jenasah orang-orang yang dibunuh  pada 1965-1966. Mereka dituduh  sebagai anggota dan simpatisan PKI dan pendukung Presiden Sukarno. 

Tujuh lubang lainnya telah tertimbun oleh tanah.

Dua orang saksi mata Pak Radimin  dan Pak Karmain menuturkan dalam kesaksiannya - sebelum wafat,   yaitu pada tahun-tahun 2000 sampai 2017 - kepada YPKP65, BBC, German Solidariteit Internationale,  CNN, NHK-TV Jepang,  South Korean  Truth Foundation, bahkan anggota Komisioner Komnas HAM  Kabul Supriyadi.

Malam itu hujan lebat di bulan Desember 1965. Kendaraan truk pengangkut orang-orang yang akan dieksekusi mogok. Tentara pengawal akhirnya minta bantuan penduduk untuk mendorong truk tersebut. Namun masih juga truk tidak bergerak karena roda/ban mobil terperosok dalam pada jalanan berlumpur di tengah hutan. Akhirnya, tentara memaksa penduduk sekitar yang memiliki sapi, agar dikerahkan untuk menarik truk yang mogok tersebut.
Alhasil, truk berhasil ditarik oleh sapi penduduk. Mendekati lubang yang telah dipersiapkan, para tahanan dalam keadaan tangan diikat dan mata ditutup, dibentak agar cepat menuju lubang. disuruh berlari kecil. Sampai di mulut lubang, satu persatu didorong, dijungkalkan ke dalam lubang dan kemudian diberondong dengan senapan.

Pak Radimin menyaksikan dari jarak dekat. Ada salah seorang yang ia kenali yaitu Pak Jais yang secara tak sengaja kain penutup matanya terbuka ketika mencoba lari dari iring-iringan tahanan untuk menghindari eksekusi. Namun, Pak Jais akhirnya ditembak juga. Pak Jais adalah sukarelawan ganyang Malaysia yang sedianya akan diberangkatkan menuju Kalimantan Utara, kata Pak Supardi  Ketua YPKP65 Pati yang juga mengenalnya.

Menurut kesaksian Pak Radimin kepada para peneliti YPKP65 ketika itu (Supardi, Bambang Sukotjo, Tarub, Handoyo, Suharno, Eddy Sugianto, Heru Atmodjo, Bedjo Untung dan kawan-kawan): 

"Dari 10 lubang yang dipersiapkan, lubang 1, 2, dan 3 masih menganga, belum sempat digunakan untuk mengubur jenasah korban. Sedangkan lubang 4, 5 dan 6 inilah yang sudah diisi dengan jenasah para orang yang dituduh sebagai pengikut Presiden Sukarno. Lubang ke-4 diisi 5 orang, lubang ke-5 diisi 5 orang  dan lubang ke-6 diisi 15 orang. Semuanya  ada 25 orang yang dikubur, mati dibunuh oleh  tentara dibantu pasukan sipil yang dipersenjatai.”
Sedangkan lubang ke 7, 8, 9, dan 10 telah tertimbun tanah.

Sementara itu, kesaksian Pak Karmain- orangnya bertubuh gempal usianya sekitar 60 tahun sebelum meninggal pada 2015. Ia menjadi anggota Gerakan Pemuda Pancasila  disingkat “Garsila” sebuah organisasi kepemudaan yang muncul sesudah peristiwa 1965, dibentuk oleh tentara, dilatih kemiliteran, dipersenjatai untuk membantu operasi pembersihan dan pembunuhan  terhadap orang-orang yang dituduh komunis.

“…………. di malam  menjelang tengah malam di bulan Desember 1965, saya dikejutkan oleh  kedatangan tentara yang menggedor rumahku dan diperintahkan  untuk menyalakan lampu petromax  sebagai lampu penerang untuk dibawa ke tengah hutan. Saya memegangi lampu  dan menyaksikan satu per satu orang-orang yang akan dieksekusi  di lubang maut……. Namun saya tidak mengenali nama-nama orang yang akan dieksekusi tersebut.”

Pak Radimin  dan  Pak Karmain  merasa lega seolah tidak lagi menyimpan  beban terpendam yang selama  puluhan tahun  disimpan rapat-rapat  untuk tidak menceriterakan  kisah kelam  pembunuhan pada 1965.

Pada upacara mengenang proklamasi kemerdekaan 75 tahun Kemerdekaan RI ini, para korban, keluarga korban dan relawan YPKP 65 Pati menaburkan bunga di atas  lubang maut  Jeglong sebagai tanda  penghormatan kepada putra-putri terbaik yang menjadi korban kekejian rejim jagal  pada 1965.

Tenang, damai di peristirahatan terakhir. Namamu, kebaikanmu, darma baktimu akan selalu dikenang abadi sepanjang jaman.

(Bedjo Untung YPKP65, 31/08/2020)

A PREORI ADALAH SIFAT INLANDER!


Taruhan sama saya!!!!.... Sampai sekarang orang kita pasti masih mikir bahwa dulu Deandels membangun jalan raya Pos dari Anyer ke Panarukan dengan "kerja paksa" alias gratis!!!

Saat sejarah sudah menuturkan bahwa ga semua jalan itu di bangun "dengan kerja paksa" masih aja ada yg nulis bahwa itu akibat pemaksaan oleh gubjen yang di kenal sebagai Raden Mas Galak!

Padahal Deandels itu awalnya nya bayar semua pekerja yg mambangun jalan itu ... cuma duit dari Belanda sampe ke penguasa lokal belum tentu sampe ke pekerjanya... Istilah di "tilep" penguasa lokal.... Dan tetep sampe sekarang orang nyalahin Deandels...

Ayo coba Tanya ke orang Inlander....🤣🤣🤣 Meraka akan tetap menulis bahwa jalan Anyer Panarukan adalah hasil kerja paksa dan tetap nyalahin Deandels hahahaha 🤣... 

Ini yg saya maksud "A"priori.... Jangan Kan salah! Bener aja tetep!...SALAH!

Dan itu kebiasaan orang inlander!!!😕 🤔 🤔

Sumber :

https://historia.id/kuno/articles/sepuluh-fakta-di-balik-pembangunan-jalan-daendels-dari-anyer-ke-panarukan-6ae2W

Beny Rusmawan