Selasa, 26 Juli 2022

ROBOT TRADING DAN AGAMA

 


Banyak persamaan antara Robot Trading dan Agama, diantaranya :
● Jalan Pintas ; ingin mendapatkan hasil besar tanpa bersusah payah kerja keras.
● Sama-sama menjanjikan hadiah yang menggiurkan.
● Membutuhkan banyak makelar untuk menggaet anggota baru.
● Menghalalkan kebohongan demi menimbun keuntungan besar.
● Menjanjikan profit/komisi berjenjang bagi mereka yang bisa merekrut anggota baru.
● Keduanya (Robot Trading dan Agama) sama-sama menawarkan dan menjual halusinasi.
● Bedanya, jika Robot Trading menjanjikan keuntungan dalam bentuk uang ; Agama menjanjikan kenikmatan setelah kematian.
Tidak bisa dipungkiri ; hampir semua orang menginginkan Jalan Pintas untuk mendapatkan impian mereka. Cuma taruh duit pada broker, gak perlu kerja sendiri, gak perlu mikir, tahu-tahu dapat profit besar. Cuma percayakan diri pada agama, surga sudah ada didalam genggaman tangan ??
Banyak selebritis, selebgram, musikus, artis, yang sama sekali tidak memahami ilmu trading, tau-tau tampil didepan publik jadi trader handal, pamer kekayaan, untuk mengiming-imingi masyarakat tentang betapa mudahnya cari duit melalui trading forex.
Persis dengan apa yang terjadi didalam lingkup keagamaan. Dimana artis, selebgram, pesinetron, dan tokoh masyarakat lainnya, tiba-tiba tampil sebagai penceramah agama, padahal sama sekali tidak memahami ilmu agama dengan benar.
Flexing merupakan cara para makelar itu untuk mengiming-imingi calon-calon korbannya, mereka pamer tampilan didepan umum dengan berdandan layaknya orang kaya raya, atau orang suci yang mengenakan atribut-atribut keagamaan disekujur tubuhnya.
Jika pada Robot Trading, orang berbondong-bondong setor uang mereka kepada bandar karena berharap mendapatkan keuntungan besar, sehingga hidupnya bisa seperti para influencer yang mempromosikan produk Robot Trading ; demikian pula dengan para pemburu surga, mereka mematut dirinya bak orang suci, selalu hadir pada acara-acara keagamaan, bicara berapi-api mengutip ayat sambil menghujat orang lain yang beda keyakinan, walaupun sama sekali tidak paham apa yang diikutinya, tapi bisa membuat orang-orang kepincut dan kehilangan akal sehatnya.
Siapa yang gak ngiler .. cuma duduk santai sambil ngemil dan seruput secangkir kopi, tiap hari dapat untung jutaan rupiah ??
Siapa yang gak keblinger .. Cukup modal percaya/iman, cuma pakai busana ala keturunan nabi sambil hapal sedikit bahasa nabi dan ikut melancong ke negeri para nabi, haramkan ini, haramkan itu, dijamin bakal jadi warga surga ??
Namun pada masanya, semua kebohongan itu satu persatu terkuak.
Robot-robot trading ditutup oleh Bappebti, uang mereka tidak bisa ditarik, bukan keuntungan yang mereka peroleh, tapi kehilangan seluruh modal plus keuntungan yang masih nyangkut disana. Masih punya tanggungan nyicil utang pinjaman bank yang dibuat modal pula.
Para penghasut dan nabi-nabi palsu ditangkap aparat hukum karena kasus perkosaan, penggelapan uang, investasi bodong, sampai upaya makar terhadap pemerintah.
Bukti-bukti penipuan dan kebohongan sudah terbuka lebar didepan mata .. masihkah kita belum mau sadar juga ??
Ingat .. trader-trader forex handal yang menghasilkan profit besar dan kaya raya, pasti pernah mengalami jatuh bangun dan babak belur pada awalnya ; melalui pengalaman dan terus belajar ilmu trading, akhirnya mereka bisa sukses.
Demikian pula dengan para Spiritualis yang hidup dijalan sunyi menebarkan ilmu kebajikan dan berbuat berbagai kebajikan didalam sunyi ; pada awalnya mereka juga pernah babak belur terseret arus besar yang bermuara pada kemunafikan, tapi pada akhirnya mereka sadar bahwa semua yang nampaknya luarbiasa, gegap gempita itu, tak lebih daripada ajang kepalsuan penuh kebohongan.


BACA JUGA :

Minggu, 17 Juli 2022

KIAMAT


Melihat foto² alam raya hasil jepretan teleskop James Webb saya jadi kepikiran soal Kiamat.

Saya pernah tanya pada seorang doktor ahli tafsir, lulusan Azhar, apakah kiamat yang sering disebut dalam khazanah agama itu terjadi pada seluruh semesta atau hanya bumi saja. Jawaban beliau, bumi saja. (Tentu maksudnya bisa melibatkan benda langit lainnya, tapi intinya bukan semesta secara keseluruhan)

Saya cari² ayat² yang ada (misal al-Zalzalah, al-Qari'ah, al-Hajj, al-infithar), penggambarannya memang hanya bumi saja,  belum nemu nash yang melibatkan planet lain secara sharih, kecuali yang mengarah ke sana yaitu al-infithar 2-3 yang menggambarkan "kawakib (bintang²?) jatuh berserakan, lautan meluap". Tapi tafsir² tidak menjelaskan maksud kawakib secara astronomis apakah itu bintang dalam makna entitas seperti Matahari, Alfa Centauri, Capella, ataukah benda yang lain seperti meteor, satelit, planet lain. Kalau jatuh berserakan, artinya lebih kecil dari bumi, sementara bintang (dalam makna astronomis) tentu jauh lebih besar dari bumi, sehingga bumilah yang akan jatuh ke dalam bintang.

Matahari dilibatkan dalam al-Insyiqaq. Ini mengindikasikan bahwa proses kehancuran itu terjadi dalam sistem tata surya kita. Sementara "sama'" (langit?) di dalam nash tentang kiamat juga tidak dijelaskan langit yang mana, sementara langit dalam astronomi itu sebenarnya "tidak ada". Apakah ia troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer (ionosfer), dan eksosfer? Atau ruang angkasa. Kalau ruang angkasa, bentuknya seperti apa, batasnya yang mana?

Jadi masuk akal juga jika ada yang menafsirkan bahwa kiamat itu terjadi pada bumi saja, atau kalau melibatkan benda langit lain yang disebut dalam nash, sepertinya ya sebatas tata surya kita.

***
Kini Manusia sudah bisa mengungkap proses kelahiran bintang, tata surya, galaksi serta proses kehancurannya. Kalau demikian, maka bisa jadi kiamat (dalam makna armagedon) itu terjadi tidak hanya sekali di semesta ini tapi merupakan proses yang terus menurus atau berulang-ulang.  Di dalam foto hasil jepreten teleskop James Webb ini tampak bagaimana 5 galaksi sedang berproses melebur. Melebur itu artinya ada yang hancur (kiamat) ada yang lahir. Kalau Bumi dan tata surya ada di dalam salah galaksi itu, artinya akan melebur: hancur dan lahir...  kiamat. Dalam kacamata manusia, proses tadi terjadi ribuan hingga jutaan tahun, tapi ketika kehancuran Bumi itu terjadi di depan hidung kita ya waktunya bres bres bres.. bubar.

***

Tafsir ini membuka peluang pertanyaan dan diskursus berikutnya. Misalnya, kalau kiamat itu terjadi tidak hanya sekali di semesta ini, lalu ujung akhir dari seluruh eksistensi ini kapan? Atau dalam bahasa agama, tiupan terompet Israfil itu kapan? Belum ditiup atau jangan² sudah berlangsung tapi durasi tiupannya jutaan tahun sehingga kita nggak menyaksikan awal dan akhirnya? Atau tiupannya terjadi berulang-ulang sebagaimana kita lihat jejaknya kehancuran bintang dan galaksi secara berulang²?

Apakah model tafsir ini menjadi jembatan bagi penganut kesementaraan dan keabadian alam?
Abadi, berapa lama itu? Bagi kita yang usia wajarnya tidak sampai 100 tahun, 1000 tahun tentu terasa abadi, apalagi jutaan tahun. Tapi karena tidak boleh sama dengan Tuhan, maka harus ada batas akhirnya kan? Itu kalau dalam imaji kita Tuhan itu "terpisah" dengan semesta.

***

Tulisan ini jelas bukan fatwa, sekadar menikmati keasyikan diskursus antara agama, filsafat dan sains sambil menunggu Kiamat tiba, eh menunggu indomie mateng maksudnya.

BACA JUGA :