Sabtu, 07 Oktober 2023

Sejarah Bangunan Pasar Tanah Abang

 



Pasar Tanah Abang memiliki sejarah yang panjang dan penuh peristiwa tragis. Salah satu peristiwa yang berdampak besar terjadi pada masa Chineezenmoord, di mana Belanda membantai orang-orang China, merampas harta mereka, dan membakar kebun-kebun mereka. Akibat tragedi ini, Pasar Tanah Abang mengalami kerusakan parah dan harus dibangun kembali pada tahun 1881.

Chineezenmoord lebih dikenal dengan Geger Pacinan atau Tragedi Angke yaitu sebuah progrom (upaya pembinasaan suatu kaum dengan kekerasan) oleh pasukan gabungan yang terdiri dari tentara hindia Belanda, berbagai kelompok pribumi dan para budak terhadap keturunan Tionghoa di Batavia dari tanggal 9 sampai 22 Oktober 1740 yang mengakibatkan puluhan ribu orang tewas.

Peristiwa ini bermula akibat dari turunnya harga gula yang menyebabkan keresahan di masyarakat Tionghoa, namun pemimpin VOC kala itu yaitu Gubernur Jenderal Adriaan Valckenier berjanji akan menanggapi setiap kerusuhan dengan kekerasan yang mematikan.


Dari peristiwa kelam inilah dan beberapa tragedi lain yang mengiringi, seperti pembantaian yang merembet hampir ke seluruh penjuru pulau Jawa kemudian akhirnya memicu perang dua tahun antara tentara gabungan Tionghoa dan Jawa melawan pasukan Belanda.

Peristiwa Chineezenmoord ini sendiri tersulut oleh banyak sebab yang menyertainya, seperti gesekan dan sikap saling curiga antara kaum pribumi dengan masyarakat Tionghoa hingga makin membesar dan pemerintah Hindia Belanda menanggapinya dengan mengirimkan orang Tionghoa di Batavia ke pulau Srilanka. Tapi pada kenyataannya hanya orang Tionghoa yang miskinlah yang dikirim ke Srilanka dan yang kaya hanya diperas oleh pemerintah Hindia Belanda.

Dari isu deportasi ke Srilanka yang katanya tak pernah sampai tujuan dan malah orang Tionghoa miskin tersebut dibuang ke laut akhirnya menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat Tionghoa, pun banyak Tionghoa miskin di wilayah sekitar Batavia terutama yang bekerja jadi buruh pabrik gula merasa telah dimanfaatkan oleh pembesar Belanda dan Tionghoa kaya (pemilik pabrik). Hingga bermacam intrik tersebut akhirnya sampai pada kenaikan harga gula yang memicu tragedi itu terjadi.

Kekejian tragedi ini pun sempat digambarkan oleh politikus Belanda anti kolonialis bernama W.R. van Hoevell dengan tulisan:

"Dari wanita hamil dan yang sedang menyusui, anak kecil hingga pria gaek tak luput dari serangan. Mereka dibantai seperti domba."


Setelah tragedi tersebut, Pasar Tanah Abang berangsur pulih dan kembali menjadi pusat perniagaan yang ramai. Pada abad ke-20, banyak saudagar China dan Arab yang bermukim di Tanah Abang, yang kemudian dikembalikan peruntukannya sebagai pasar oleh Belanda. Pasar ini pun kembali hidup dengan perputaran uang yang semakin berkembang.

Arsitektur Pasar Tanah Abang pada awalnya sangat sederhana, terdiri dari dinding bambu dan atap rumbia. Namun, pada akhir abad ke-19, pasar ini mulai mengalami perbaikan. Bagian lantainya dikeraskan dengan pondasi adukan, dan pada tahun 1913, dilakukan renovasi lanjutan. Pada tahun 1926, pemerintah juga melakukan perbaikan lagi.

Perkembangan Pasar Tanah Abang tidak lepas dari peran dan perjuangan etnis Tionghoa. Pasar ini menjadi saksi sejarah perjuangan mereka dalam mengembangkan perniagaan di wilayah tersebut. Meskipun mengalami berbagai tragedi, Pasar Tanah Abang tetap teguh berdiri sebagai warisan dari VOC.

Saat ini, Pasar Tanah Abang telah menjadi tujuan wisata belanja yang terkenal, tidak hanya bagi warga Jakarta, tetapi juga bagi warga dari berbagai daerah. Di pasar ini, pengunjung dapat menemukan beragam produk fashion dengan harga yang bervariasi. Terutama menjelang bulan suci Ramadan, penjualan busana muslim di pasar ini mengalami peningkatan signifikan.

Sejarah Bangunan Pasar Tanah Abang adalah cermin dari perjalanan panjang dan perjuangan yang dilalui. Dari tragedi pembantaian China hingga pemulihan pasar dan pembangunan kembali, Pasar Tanah Abang terus menjadi simbol kehidupan perniagaan yang tak pernah sepi.

Semoga sejarah kelam tersebut tidak pernah terjadi kembali ya gansist karena pertumpahan darah zaman sekarang sudah tidak bisa ditolerir lagi sebab tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan merupakan pelanggaran HAM, serta juga keluhan dari para pedagang di Tanah Abang tersebut bisa diatasi pemerintah dengan baik.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar