Pada 17 Agustus 2020 yang baru lalu YPKP65 melakukan upacara mengenang 75 tahun Kemerdekaan RI dengan cara mengunjungi lokasi kuburan massal dan menabur bunga untuk mengenang dan mendoakan arwah yang diyakini dieksekusi (dibunuh) secara tidak wajar pada 1965-1966.
Setelah selesai tabur bunga di Hutan Peka'inan Grogolan (lihat postingan FB sebelumnya pada 19/08/2020) para korban/keluarga korban/relawan YPKP65 Pati kemudian mengunjungi hutan Jeglong yang jaraknya kira-kira 2,5 jam perjalanan menggunakan mobil dari Grogolan.
Saat itu cuaca cerah, awal musim kemarau. Hutan jati nyaris tidak selebat pada musim penghujan. Rumput liar dan semak belukar nyaris bersih, hanya daun-daun dan rumput kering berserakan. Para peziarah, korban dan keluarga serta relawan YPKP65 dengan mudah menemukan lubang maut tempat eksekusi di hutan Jeglong, Pati.
Terdapat 3 lubang masing-masing berukuran panjang 3 meter dan lebar 2 meter masih menganga tidak tertutup oleh tanah, dari jumlah semuanya 10 lubang yang dipersiapkan untuk mengubur jenasah orang-orang yang dibunuh pada 1965-1966. Mereka dituduh sebagai anggota dan simpatisan PKI dan pendukung Presiden Sukarno.
Tujuh lubang lainnya telah tertimbun oleh tanah.
Dua orang saksi mata Pak Radimin dan Pak Karmain menuturkan dalam kesaksiannya - sebelum wafat, yaitu pada tahun-tahun 2000 sampai 2017 - kepada YPKP65, BBC, German Solidariteit Internationale, CNN, NHK-TV Jepang, South Korean Truth Foundation, bahkan anggota Komisioner Komnas HAM Kabul Supriyadi.
Malam itu hujan lebat di bulan Desember 1965. Kendaraan truk pengangkut orang-orang yang akan dieksekusi mogok. Tentara pengawal akhirnya minta bantuan penduduk untuk mendorong truk tersebut. Namun masih juga truk tidak bergerak karena roda/ban mobil terperosok dalam pada jalanan berlumpur di tengah hutan. Akhirnya, tentara memaksa penduduk sekitar yang memiliki sapi, agar dikerahkan untuk menarik truk yang mogok tersebut.
Alhasil, truk berhasil ditarik oleh sapi penduduk. Mendekati lubang yang telah dipersiapkan, para tahanan dalam keadaan tangan diikat dan mata ditutup, dibentak agar cepat menuju lubang. disuruh berlari kecil. Sampai di mulut lubang, satu persatu didorong, dijungkalkan ke dalam lubang dan kemudian diberondong dengan senapan.
Pak Radimin menyaksikan dari jarak dekat. Ada salah seorang yang ia kenali yaitu Pak Jais yang secara tak sengaja kain penutup matanya terbuka ketika mencoba lari dari iring-iringan tahanan untuk menghindari eksekusi. Namun, Pak Jais akhirnya ditembak juga. Pak Jais adalah sukarelawan ganyang Malaysia yang sedianya akan diberangkatkan menuju Kalimantan Utara, kata Pak Supardi Ketua YPKP65 Pati yang juga mengenalnya.
Menurut kesaksian Pak Radimin kepada para peneliti YPKP65 ketika itu (Supardi, Bambang Sukotjo, Tarub, Handoyo, Suharno, Eddy Sugianto, Heru Atmodjo, Bedjo Untung dan kawan-kawan):
"Dari 10 lubang yang dipersiapkan, lubang 1, 2, dan 3 masih menganga, belum sempat digunakan untuk mengubur jenasah korban. Sedangkan lubang 4, 5 dan 6 inilah yang sudah diisi dengan jenasah para orang yang dituduh sebagai pengikut Presiden Sukarno. Lubang ke-4 diisi 5 orang, lubang ke-5 diisi 5 orang dan lubang ke-6 diisi 15 orang. Semuanya ada 25 orang yang dikubur, mati dibunuh oleh tentara dibantu pasukan sipil yang dipersenjatai.”
Sedangkan lubang ke 7, 8, 9, dan 10 telah tertimbun tanah.
Sementara itu, kesaksian Pak Karmain- orangnya bertubuh gempal usianya sekitar 60 tahun sebelum meninggal pada 2015. Ia menjadi anggota Gerakan Pemuda Pancasila disingkat “Garsila” sebuah organisasi kepemudaan yang muncul sesudah peristiwa 1965, dibentuk oleh tentara, dilatih kemiliteran, dipersenjatai untuk membantu operasi pembersihan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dituduh komunis.
“…………. di malam menjelang tengah malam di bulan Desember 1965, saya dikejutkan oleh kedatangan tentara yang menggedor rumahku dan diperintahkan untuk menyalakan lampu petromax sebagai lampu penerang untuk dibawa ke tengah hutan. Saya memegangi lampu dan menyaksikan satu per satu orang-orang yang akan dieksekusi di lubang maut……. Namun saya tidak mengenali nama-nama orang yang akan dieksekusi tersebut.”
Pak Radimin dan Pak Karmain merasa lega seolah tidak lagi menyimpan beban terpendam yang selama puluhan tahun disimpan rapat-rapat untuk tidak menceriterakan kisah kelam pembunuhan pada 1965.
Pada upacara mengenang proklamasi kemerdekaan 75 tahun Kemerdekaan RI ini, para korban, keluarga korban dan relawan YPKP 65 Pati menaburkan bunga di atas lubang maut Jeglong sebagai tanda penghormatan kepada putra-putri terbaik yang menjadi korban kekejian rejim jagal pada 1965.
Tenang, damai di peristirahatan terakhir. Namamu, kebaikanmu, darma baktimu akan selalu dikenang abadi sepanjang jaman.
(Bedjo Untung YPKP65, 31/08/2020)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar