Senin, 09 September 2024

RADEN AYU LASMININGRAT : PAHLAWAN WANITA DARI GARUT YANG TERLUPAKAN


RADEN AYU LASMININGRAT : PAHLAWAN WANITA DARI GARUT YANG TERLUPAKAN

Raden Ayu Lasminingrat lahir pada tahun 1843 , beliau adalah putri dari Pasangan Raden Muhammad Musa dan Raden Ayu Ria (Seorang Penghulu Limbangan dan Sastrawan Sunda) yang terkenal di zamannya.

Raden Ayu Lasminingrat mempunyai dua orang adik yaitu Nyi Raden Ratnaningrum dan Nyi Raden Lenggang Kencana. Menurut buku karya Prof. Dr .Nina H. Lubis, M.S yang menceritakan tentang Perjuangan Raden Ayu Lasminingrat dikabarkan Ayahnya yang bernama Raden Muhammad Musa menginginkan putri - putri nya yang berjumlah 17 orang dari beberapa istri tersebut untuk bersekolah di Belanda.

Karena pada saat itu di Kota Garut belum ada sekolah macam semacam itu , maka Raden Mohammad Musa mendirikan sekolah Eropa ( Bijzondere Europeesche School ) dengan menggaji dua orang guru dari Eropa

Di sekolah ini , orang Eropa (Belanda) dapat bersekolah bersama sama dengan anak anak Pribumi dan anak laki laki bercampur dengan anak anak perempuan. Alhasil Raden Ayu Lasminingrat sangat fasih dalam berbahasa Belanda , bahkan seorang Administrator Perkebunan Teh Waspada di Cikajang yang bernama Karel Frederick Holle memujinya.

Pujian itu dinyatakan dalam surat K.F Holle kepada P.J Veth , antara lain menyebutkan "Anak perempuan penghulu yang menikah dengan bupati Garut , menyalin cerita dari negeri dongeng ( Oleg Goeverneur ) kedalam bahasa sunda.

RADEN AYU LASMININGRAT : PAHLAWAN WANITA DARI GARUT YANG TERLUPAKAN

K.F Holle memang sangat dekat dengan anak anak Raden Muhammad Musa , salah satunya dengan Raden Ayu Lasminingrat . Peranan K.F Holle dalam merevitalisasi Bahasa Sunda sangat besar , terbukti dengan menerbitkan buku buku dalam Bahasa Sunda dan K.F Holle juga mendorong Kaum Bangsawan untuk menulis karya - karya mereka dan menerbitkannya. Dalam buku karya Prof.Dr.Nina Lubis diceritakan bahwa Raden Ayu Lasminingrat pernah terlibat dalam penyusunan buku buku Pelajaran Sunda dengan biaya f.1200 oleh Pemerintah Belanda.

Pada tahun 1875 Raden Ayu Lasminingrat berhasil menerjemahkan karya dari Crishtop Von Schimdt dan Hendrik van Eichenfels ke Bahasa Sunda. Selanjutnya pada tahun 1876 Raden Ayu Lasminingrat menulis buku Warnasari atawa Rupa rupa Dongeng yang diterjemahkan dari Karya Marchen von Griim dan J.A.A Goeverneur dan beberapa cerita lainya ditulis dalam Aksara Jawa. Tahun 1903 dan 1907 terbit edisi ke dua dan ketiga . Tahun 1887 menulis Warnasari , jilid ke dua ditulis dalam aksara Latin , selanjutnya dicetak edisi kedua tahun 1909.


Julie D'Aubigny, Ikon Feminis Perancis dari Abad ke-17

 

Perempuan Berdaya: Julie D'Aubigny, Ikon Feminis Perancis dari Abad ke-17
Perempuan Berdaya: Julie D'Aubigny, Ikon Feminis Perancis dari Abad ke-17
Editor: Shintaloka Pradita Sicca

Pada abad ke-17 di Perancis muncul perempuan berdaya, ikon feminis yang memecahkan stereotip gender, bernama Julie D'Aubigny.

Julie adalah seorang biseksual, penyanyi opera, dan petarung, hingga memikat Raja Louis XIV. Hidupnya diwarnai skandal yang menggegerkan Perancis dan tak terlupakan dari masanya.

Julie D'Aubigny adalah nama populer wanita ini, karena tidak ada yang tahu pasti nama aslinya. Ia juga biasa dipanggil "La Maupin".

Julie adalah putri dari Gaston D'Aubigny, sekretaris Louis de Lorraine-Guise, Comte d'Armagnac, Master of the Horse untuk Raja Louis XIV. Diyakini ia lahir sekitar 1673.

Melansir The Rake, Gaston adalah seorang ahli pedang, yang menginginkan putrinya mewarisinya. Ia pun mendandani putrinya layaknya laki-laki. Suatu upaya maskulin untuk putrinya, yang tidak biasa pada zaman itu.

Memasuki masa pubertas, pada usia 14 tahun, Julie menjalin hubungan intim terlarang dengan majikan ayahnya. Setelah bosan, ia melarikan diri dengan master anggar miskin, tetapi berkarisma bernama Serannes.

Namun, ayahnya sempat mengatur pernikahan untuknya dengan Sieur de Maupin. Sayangnya, sehari setelah pernikahan mereka, de Maupin dikirim bertugas untuk mengisi posisi administratif ke Toulouse di Prancis selatan.

Di Marseille, tempat pelarian Julie, ia menarik banyak orang dengan kemampuannya bermain anggar. Dengan kehebatannya itu dan pakaian masulinnya, banyak yang tidak mengira ia adalah seorang wanita.

Seorang pria lawan tandingnya mencela bahwa wanita tidak mungkin berduel sebaik dia. Seketika, ia membuka blusnya, dan pria itu terdiam melihat sosok wanita di baliknya.

Tidak hanya permainan anggarnya, ia menarik banyak perhatian karena suara yang merdu, yang membawanya berkarir di opera.

Dia menjadi penyanyi fenomenal di sana, meski dia tidak dapat membaca notasi musik. Namun, ia mampu menghafal dengan sangat hebat, sehingga ia bisa mengatasinya.

Dikombinasikan dengan kecantikan alami dan bakat aktingnya, dia menjadi hit di Marseille.

Selain dengan pria, Julie memiliki petualangn cinta dengan wanita.

Ia jatuh cinta dengan seorang gadis hingga mengejarnya di biara, tempat keluarga gadis itu berusaha untuk menjauhkan mereka. Namun, wanita maskulin itu tidak mudah dihalangi.

Ia mengikuti gadis itu ke biara di Avignon. Saat ada kesempataan, mereka berencana untuk melarikan diri bersama.

Saat seorang biarawati tua meninggal, kedua wanita itu melihatnya sebagai peluang. Mereka mengambil jasad biarawti tua itu ke tempat tidur gadis itu, lalu membakar gedung dan melarikan diri.

Saat kebenaran dari kebakaran itu terungkap, La Maupin ini dijatuhi hukuman mati dengan api dalam pengadilan in absentia.

Disebutkan dalam catatan sejarah yang dikutip Kompas.com dari Medium, sepanjang persidangan ia diadili sebagai seorang pria.

Ada anggapan bahwa kelurga gadis itu sengaja menutupi identitas aslinya agar tidak malu dengan hubungan gay putrinya. Namun, setelah 3 bulan hubungan mereka berakhir karena bosan.

Surat perintah hukuman mati membayanginya, mendorongnya mendekati sejumlah pria yang dapat membantunya bebas. Dia sangat persuasif, untuk membuat mereka mengajukan petisi kepada Raja Louis XIV agar ia diampuni sepenuhnya.

Dengan kisah-kisah eksploitasinya, sang raja mengabulkan dan ia bebas dari hukuman mati.

Setelah mendapatkan kesempatan hidup lagi, Julie D’Aubigny kembali berpetualang dengan pria maupun wanita, saat ia terjun memainkan banyak peran di Paris Opera.

Salah satu peran yang membuatnya sangat terkenal dan mendapatkan banyak cinta adalah saat menjadi Pallas Athena di pertunjukan Cadmus et Hermione oleh Lully dan Quinault.

Ada momen ia bertengkar dan menantang untuk berkelahi dengan salah satu aktor kurang ajar yang merayunya, tetapi ia tolak mentah-mentah. Perkelahian saat itu dilerai oleh teman opera lainnya.

Julie menanti malam tiba. Di luar teater, ia berhasil menghajar pria itu dengan tongkat, kemudian mencuri arloji dan kotak tembakaunya.

Keesokan harinya, ketika pria itu datang ke teater, dia berdalih telah dirampok oleh sekelompok pria.

Sepengkal kisah lainnya dari petualangan La Maupin terjad di malam pesata dansa yang diadakan oleh saudara laki-laki Raja Louis XIV.

Berpakaian sebagai seorang pria, ia mencium seorang wanita muda di lantai dansa. Seketika ia tantang berduel dengan 3 pria.

La Maupin meladeninya. Di bawah sinar bulan, ia melawan satu demi satu dari ketiga pria itu hingga tewas.

Insiden itu mengejutkan otoritas kerajaan, dan harus mendapatkan hukuman dari raja.

Segera La Maupin melarikan diri ke Brussel.

Untuk kedua kalinya, ia bebas dari hukuman lagi setelah diketahui fakta bahwa ia adalah wanita dan hukum itu hanya berlaku untuk pria, sehingga ia lolos.

Abad ke-17 di Perancis adalah waktu dan tempat yang unik dalam sejarah dan salah satu dari sedikit tempat yang memungkinkan orang menjalin hubungan biseksual dan non-konformis gender secara terbuka, seperti yang dilakukan oleh Julie D'Aubigny.

Sementara, Raja Louis XIV adalah sosok pemimpin yang melindungi tindakan itu untuk melemahkan politik gereja, melalui seni, dan opera menjadi salah satu "medan pertempuran" untuk memberikan patronase kepada seniman.

Louis XIV tidak dapat bertindak keras terhadap kaum gay, karena saudaranya sendiri, Philippe I, Duke of Orleans diketahui adalah seorang gay, seperti yang disebut oleh Medium.


6 Negara yang Ibu Kota-nya Pernah "Angkat Kaki"

 6 Negara yang Ibu Kota-nya Pernah "Angkat Kaki", Menyusul Indonesia



Berbicara kepindahan ibu kota negara, Indonesia sebenarnya pernah berada di Yogyakarta tapi hanya sementara (tidak secara resmi, pada 4 Januari 1946) lalu Batavia berubah nama menjadi Jakarta dan kini Nusantara secara resmi akan menjadi ibu kota Indonesia yang ke dua.

Alasan beberapa ibu kota negara angkat kaki dan pindah tempat menurut saya bisa jadi karena : Perihal kemacetan dan kepadatan penduduk, adanya resiko bencana alam, situasi politik, keamanan, ketimpangan pembangunan, pengurangan beban yang bersifat administratif dan strategi jangka panjang.

Nah, beberapa negara selain Indonesia dibawah ini juga telah melakukan perpindahan ibu kota-nya bahkan lebih dari 3 kali, yaitu:

Beberapa negara yang ibu kota-nya telah pindah lebih dari tiga kali adalah:

Jerman
Sebelum Berlin menjadi ibu kota pasca-Perang Dunia II, ibu kotanya berpindah dari Aachen (pada masa Kekaisaran Romawi Suci), ke Bonn (selama era Jerman Barat), dan kemudian ke Berlin.

Brazil
Ibu kota Brazil berpindah dari Salvador ke Rio de Janeiro, dan akhirnya menetap di BrasĂ­lia, yang dibangun khusus untuk memindahkan ibu kota ke pusat negara.

Nigeria
Ibu kota Nigeria berpindah dari Lagos ke Abuja. Sebelumnya, ibu kotanya adalah Calabar, dan juga pernah di Lagos sebelum akhirnya pindah dan betah di Abuja.

Kongo
Ibu kota Kongo, berpindah dari Boma ke LĂ©opoldville (sekarang disebut Kinshasa), dan kemudian ke Brazzaville tapi kembali lagi ke Kinshasa setelah mereka merdeka.

Kazakhstan
Ibu kota Kazakhstan, pernah berpindah dari Almaty ke Astana (sekarang Nur-Sultan), yang sebelumnya dikenal sebagai Akmolinsk, Tselinograd, dan Nur-Sultan.

Terakhir ada Paris, Perancis (sejak 987 M) yang pindah ke Vichy (1940-1944, selama Perang Dunia II sebagai ibu kota pemerintahan Vichy) dan akhirnya kembali lagi ke Paris (setelah Perang Dunia II). 

 


 

ORANG BAJAU BUKTI HIDUP EVOLUSI MANUSIA MASIH BERLANGSUNG

 


Selama berabad-abad lamanya penggembara laut di Nusantara telah akrab dengan semenanjung, atol, selat, pelabuhan, dan teluk di lautan. Mereka bisa membaca navigasi alam, ke mana angin akan bertiup dan kapan musim berganti. Mereka menyebut diri mereka sebagai orang laut dan menyebut yang lainnya sebagai orang darat.
Salah satu kelompok penggembara laut yang dikenal handal sejak dulu adalah Orang bajau. Ada banyak desa yang tersebar di seluruh Nusantara menjadi tempat tinggal permanen mereka dan salah satunya adalah Pulau Medang di Nusa Tenggara Barat. Penelitian menunjukkan bahwa Orang 
bajau berasal dari pulau-pulau Filipina kemudian mereka tersebar di Kepulauan Indonesia, termasuk di beberapa bagian di Malaysia.

Dahulu mereka hidup bersama dalam kelompok-kelompok kecil di mana kapal laut lebih terlihat seperti rumah bagi mereka. Orang Bajo adalah pelaut, nelayan, pembuat kapal, bahkan sekaligus penyelam yang piawai. Mereka menganggap semua orang sederajat dan karena itu mereka tidak mengenal stratifikasi sosial dalam kehidupan sehari-harinya.
Setengah juta Orang 
bajau tinggal di wilayah Indonesia, Malaysia, dan Filipina. 10.000 jiwa dari mereka terus hidup sebagai penggembara di laut. Di Pulau Medang, orang-orang ini menetap di sebuah desa di pantai timur. Sedangkan di bagian barat pulau, Orang bugis hidup dalam kelompok yang berbeda dalam satu pemukiman.
Pulau Medang dapat dicapai selama beberapa jamber layar dengan perahu ke arah barat dari Pulau Moyo, pulau yang paling terkenal di Sumbawa. Lebar Pulau Medang adalah sekitar 8km, membentang dari barat ke timur. Pulau Moyo adalah tempat di mana Lady Diana pada tahun 90-an menghabiskan liburan di sebuah resor yang disebut Amanwana.
Meskipun resor Amanwana yang terbilang mewah ini berdekatan dengan Pulau Medang namun Pulau Medang sendiri seakan masih tertinggal secara ekonomi. Beberapa orang mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah dan beberapa tidak karena cara hidupnya masih tradisional. Orang tradisional 
bajau percaya bahwa semua kejadian kehidupan beredar di sekitar laut. Beberapa dari mereka telah memutuskan untuk menetap di pedalaman. Mereka bertani dengan memanen rumput laut dan juga berternak. Mereka juga ada yang hidup di pantai perairan dangkal dan tinggal dalam kondisi yang lebih permanen. Pemerintah daerah setempat masih menganggap mereka hidup dalam kemiskinan.
Pemukiman yang paling terkenal di Nusa Tenggara Barat di mana Orang 
bajau membangun kemegahan mereka adalah kota Labuan Bajo. Labuan Bajo sekarang menjadi kota dengan fasilitas wisata yang paling komprehensif. Di sinilah wisatawan biasanya berhenti sebelum pergi ke pedalaman Nusa Tenggara Timur termasuk ke Flores dan tentunya ke Taman Nasional Pulau Komodo.

Orang-orang nomaden maritim ini telah memancing dan menyelam selama ribuan tahun dan selama itu mereka telah mengembangkan limpa yang lebih besar sehingga memungkinkan mereka menyelam lebih lama dibandingkan rata-rata manusia.

Menurut para ilmuwan:
“Limpa yang lebih besar membuat lebih banyak oksigen tersedia dalam darah mereka untuk menyelam. Terletak dekat dengan perut, limpa yang berukuran kepalan tangan menghilangkan sel-sel tua dari darah dan bertindak sebagai tangki scuba biologis selama penyelaman yang lama.”

Orang Bajau bisa menyelam hingga kedalaman lebih dari 200 kaki ( 60 meter) dan menahan napas selama 13 menit. Mereka juga bisa berjalan melintasi dasar laut sambil berburu ikan. Orang-orang ini menjalani sebagian besar hidup mereka di laut dan merupakan manusia pertama yang diketahui secara genetik beradaptasi dengan penyelaman.