Rabu, 27 September 2023

GENOSIDA POLITIK 1965 - 1966 KUDETA DAN PENJARAHAN KEKAYAAN ALAM DAN PENJAJAHAN BARU.


Tanpa mempersoalkan masalah siapa pihak yang benar ataupun salah dalam peristiwa Gerakan 30 September tahun 1965 malam, kenyataan yang terjadi pasca peristiwa tersebut  terjadi Genosida Politik di Indonesia.

Pengertian Genosida adalah penghapusan dan pemusnahan secara paksa suatu faham atau ideologi atau masyarakat atau keyakinan sampai ke akar-akarnya dan menganti dengan yang baru, Hal itu diikuti dengan pembunuhan masal, penghilangan hak sipil dan politik, hak kewarganegaran bahkan hak hidup individu yang menjadi korban Genosida 

Ada 3 tahap Genosida yang dilakukan Orde Baru pasca peristiwa G 30 S PKI ( biasanya disebut juga Gestok atau Gestapu).

Tahap  pertama adalah berupa Pembunuhan Massal dengan alasan peristiwa G 30 S PKI , Tahap ini melakukan politik identitas dan menuduh siapa saja yang pro PKI dan Soekarno bahkan pihak yang menyatakan netralpun harus dihabisi , yang tersisa semua harus Pro Soeharto atau Orde Baru dan memframing bahwa Soeharto satu-satunya Pahlawan yang menyelamatkan Negara dari kegentingan. 

Pembantaian ini sempat diakui pihak amnesty Internasional sebagai pembantaian Genosida terbesar sepanjang  masa setelah pembantaian Holocaust oleh Nazi yang dilakukan oleh Hitler. Ironisnya pembantaian ini dilakukan oleh sesama bangsa. 

Tahap kedua  yaitu penyingkiran Presiden Soekarno dan pembasmian semangat nasionalis kerakyatan dan menghapuskan segala kebijakan Soekarno terutama menghapuskan kebijakan yang berpotensi mengganggu pemerintahan yang baru semua pendukung Soekarno harus segera dihilangkan atau dibungkam termasuk kebijakan luar negri dan dalam negri.

Genosida ini dianggap sebagai  kemenangan Amerika Serikat dan blok Barat pada era Perang dingin dimana politik Imperialisme melibas habis ekonomi kerakyatan yang selalu dikumandangkan Soekarno yang merupakan kekuatan anti imperialisme yang disegani  diseluruh dunia dan dianggap golongan kiri serta dituduh pro komunis.

Padahal Indonesia bukan Negara komunis, baru saja pada Tahun 1963 Indonesia merebut Irian Barat (Papua) yang dibantu melalui diplomasi dan dukungan militer oleh Amerika Serikat hanya setelah meninggalnya John F Kennedy hubungan kedua negara sempat memanas ketika Bung Karno menolak menjadi Negara pro Barat  memilih peran sebagai Negara Non Blok yang menjalin hubungan erat dengan Blok Timur yang dikuasai Uni Soviet dan Republik Rakyat Tiongkok.

Genosida meliputi pembantaian semua pengikut PKI dan Soekarno bahkan menghabisi semua gagasan pro Nasionalis yang Pernah digagas oleh Bung Karno termasuk Doktrin kebangsaan dan Nasionalisme yang menjadi Platform kebangsaan sejak kemerdekaan banyak pejuang kemerdekaan, Pejabat Tinggi Negara, para cendikiawan dan mahasiswa yang mendapatkan beasiswa didalam dan luar negri , guru -guru yang mengikuti program percepatan pendidikan nasional yang terlibat dalam PGRI Vak Central yang langsung diawasi Bung Karno hingga budayawan dan sejarawan walaupun mereka sudah banyak mengabdikan diri  untuk bangsa ini.

Tahap ketiga adalah  Eksploitasi massal atas sumber-sumber daya alam Indonesia oleh perusahaan-perusahaan asing  sejak 1967 hingga saat ini.

Dalam pelaksanaan setiap tahapan berlangsung sangat mulus walaupun terjadi kekejaman yang sangat luar biasa , dari mulai pembantaian para jendral yang dianggap orang dekat Soekarno , perubahan sistim ekonomi dan politik hingga orang - orang yang tampil dalam pucuk pimpinan pemerintahan hingga masyarakat paling bawah, tingkat RT dan desa seluruhnya harus bebas dari faham PKI dan Soekarno, fitnah dan hoax menyebar dimana-mana dan sulit dikonfirmasi karena satu-satunya informasi  hanya dari RRI dan TVRI yang dikuasai Angkatan Darat dan semua media cetak dibawah kontrol Angkatan Darat yang dipimpin Jendral Soeharto. 

Timbul pertanyaan , jangan-jangan sebelum tahun 1965 itu sebenarnya sudah ada pihak-pihak tertentu di luar Indonesia yang mengincar sumber-sumber alam Indonesia?

Oleh karena itu menurut mereka, dengan maksud menguasasi sumber-sumber alam Indonesia khususnya emas, minyak dan dan kekayaan lainnya  Presiden Soekarno dan semangat nasionalis kerakyatan di Indonesia harus dibasmi sampai ke akar-akarnya  Selanjutnya supaya hal itu bisa terjadi, para pendukung presiden Soekarno dan setiap potensi anti-modal asing harus dihabisi. 

Namun demikian, jika kita melihat Tragedi 1965 sebagai bagian dari rancangan internasional yang tujuan utamanya adalah eksploitasi massal (kalau tak mau dikatakan “penjarahan massal”) atas sumber-sumber daya alam Indonesia yang dimulai sejak tahun 1967 dan berlangsung hingga sekarang, maka bisa dikatakan bahwa korban dari Tragedi 1965 sebenarnya adalah kita semua sebagai bangsa. 

Tanpa bermaksud mengajukan teori konspirasi, kekerasan yang terjadi pada tahun 1965 -1966 bisa dipandang sebagai bagian dari tahap-tahap konseptual . 
Dalam kaitan dengan implementasi tahap-tahap tersebut yang patut disesalkan (dan harus dipertanggungjawabkan secara publik) adalah bahwa pada tahun 1965-1966 itu ada sejumlah warga negara Indonesia yang secara sadar atau tak sadar telah bersedia menjadi sarana bagi terlaksananya tahap eksploitasi massal atas sumber-sumber daya alam Indonesia, yang harganya ditukar dengan jutaan kematian manusia Indonesia.

Dengan demikian, apa yang terjadi di Indonesia menjelang, selama dan setelah tahun 1965 memiliki kaitan yang erat antara faktor dalam negeri dan luar negeri pada masa Perang Dingin tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan juga di tempat-tempat lain hingga saat ini.

Menyimak The New Rulers of The World (Teks Indonesia)
John Pigler secara lugas menyatakan “Globalisasi di Asia memiliki sejarah gelap. Pabrik, bank-bank besar dan hotel mewah di Indonesia dibangun berkat pembunuhan masal 1 juta manusia”.

Di bagian film dokumentasi satu konferensi di Swis tahun 1967 yang dihadiri pimpinan perusahaan multinasional terkaya dan perwakilan pemerintah Indonesia yang merencanakan pengambilan alihan – pengkaplingan bisnis/ekonomi di Indonesia sektor demi sektor.

Kesepakatannya adalah bahwa Indonesia di bawah Soeharto akan menawarkan apa yang disebut Richard Nixon sebagai "penimbunan sumber daya alam terkaya, hadiah terbesar di Asia Tenggara ”.  

Pada November 1967 yang terbesar hadiah dibagikan pada konferensi tiga hari yang luar biasa yang disponsori oleh Time-Life Corporation di Jenewa.  Dipimpin oleh David Rockefeller, semua perusahaan raksasa diwakili: perusahaan minyak dan bank besar, General Motors, Imperial Chemical Industries, British American Tobacco, Siemens, US Steel dan banyak lainnya.  

Di seberang meja duduk ekonom Soeharto yang terlatih di AS ( yang lazim disebut sebagai mafia Berkeley, Widjojo Nitisastro cs) yang menyetujui pengambilalihan perusahaan atas negara mereka, sektor demi sektor.  Perusahaan Freeport mendapat gunung emas dan  tembaga di Papua Barat.  Konsorsium AS / Eropa mendapatkan nikel.  Perusahaan raksasa Alcoa mendapatkan bagian terbesar dari bauksit Indonesia.  
Perusahaan Amerika, Jepang dan Prancis mendapatkan hutan tropis Sumatera.  Ketika penjarahan selesai, Presiden Lyndon Johnson mengirimkan ucapan selamatnya atas “kisah luar biasa tentang kesempatan yang terlihat dan janji yang terbangun”.

 Dalam bukunya yang berjudul Model diktator Soeharto  John Pigler mengatakan  :
" Kematian Suharto adalah pengingat dunia barat peran tercela dalam menopang rezim pembunuh."

 Setelah pembantaian anti-komunis, Indonesia menjadi sangat pro-Barat.  Sebelumnya itu adalah pemain aktif dalam gerakan non-Blok.  Modal Barat dan Jepang mengalir ke Indonesia, menggantikan kerjasama ekonomi dengan negara-negara Eropa Timur.

 Penghancuran komunisme di Indonesia menguntungkan negara-negara kapitalis seperti Amerika Serikat dan Jepang.  Jika komunis berkuasa di Indonesia, pasukan AS di Vietnam Selatan akan dikepung oleh negara-negara komunis di Asia Tenggara.

✍🏼 Tito Gatsu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar