Tentunya kita bisa sepakat bahwa tahun 1998 adalah titik gelap bagi
perekonomian Indonesia. bukan hanya Indonesia, banyak sekali negara yang
juga mengalami krisis di kala itu. Jika saat ini Anda sudah was-was
dengan nilai tukar dolar maka Anda harus ingat bahwa di tahun 1998 satu
dolar Amerika pernah mencapai 16.800 rupiah.
Lalu bagaimana caranya Indonesia bisa bangkit dari masa suram tersebut?
Tentunya sebagian besar pujian harus dinobatkan kepada presiden ketiga
RI, Baharudin Jusuf Habibie. Beliau adalah orang yang mengisi kekosongan
kekuasaan setelah Soeharto dilengserkan dan setelah dilantik beliau
langsung bergerak cepat memperkuat rupiah.
Saat itu Indonesia tengah mengalami hiperinflasi, ada terlalu banyak
uang beredar di masyarakat. Untuk menangani hal itu Pak Habibie
memerintahkan untuk menaikkan suku bunga bank dan deposito agar
masyarakat menyimpan uang mereka di bank. Tak tanggung-tanggung,
pemerintah menjamin 100 persen uang simpanan dan bunga deposito naik
hingga 60 persen.
Agar cara ini berhasil pemerintah pun merestrukturisasi sektor perbankan
yang merupakan cikal bakal dari Bank Mandiri yang terbentuk dari
gabungan empat bank. Selain itu pemerintah juga memutuskan untuk
memandirikan Bank Indonesia agar bisa bekerja secara optimal tanpa
adanya tekanan dari pemerintah.
Meski demikian, daya beli masyarakat harus tetap dijaga demi membuat
uang terus berputar. Menyadari hal ini, Pak Habibie dengan berani
menolak saran dari IMF yang mendesak Indonesia menghapus subsidi BBM dan
listrik. Menaikkan harga BBM dan listrik memang bisa membantu
mengurangi jumlah uang beredar dan mengurangi beban negara, tetapi bukan
tidak mungkin juga akan membuat rakyat enggan berbelanja karena
barang-barang akan serba mahal.
Uang harus ditarik dari peredaran tapi masyarakat harus tetap
berbelanja. Ini sebenarnya pertaruhan yang amat berbahaya karena
pemerintah akan menanggung beban yang amat berat, tetapi pemerintahan di
masa itu sukses menghadapinya. Hal ini pun mengembalikan kepercayaan
dari dalam maupun luar negeri hingga para investor kembali menanam uang
mereka.
Pada jaman inilah rupiah pernah mencapai nilai tukar 6500 rupiah per
dolar dan dianggap sebagai titik terkuat sejak jaman orde baru. Jika
dilihat lagi, metodenya sebenarnya cukup sederhana, tetapi apakah
pemerintah saat ini bisa mendapatkan hasil serupa dengan meniru metode
tersebut? Mungkin tidak. Bagaimanapun ada banyak hal yang sudah berubah
sejak tahun 1998, contohnya jumlah hutang negara ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar