Minggu, 11 Februari 2024
Percobaan Senjata Biologi Jepang Kepada Manusia
Shiro Ishii, komandan unit 731
Sebagian besar dari kita mungkin tahu tentang eksperimen mengerikan yang dilakukan kepada manusia oleh dokter Nazi Jerman, Josef Mengele. Tetapi Nazi Jerman bukanlah satu-satunya pelaku yang melakukan eksperimen kejam terhadap manusia. Salah satu kekejaman yang kurang dikenal pada masa perang dunia kedua juga pernah dilakukan oleh Unit militer Angkatan Darat Kekaisaran Jepang yang disebut unit 731
Selama 40 tahun setelah perang dunia kedua berakhir, eksperimen yang dilakukan oleh "Unit 731" tetap menjadi rahasia yang paling ditutup ketat selama Perang Dunia II berlangsung. Baru pada tahun 1984, Jepang mengakui apa yang mereka lakukan selama perang dunia kedua, yaitu melakukan percobaan kejam kepada manusia untuk menciptakan senjata biologis.
Asal mula
Komplek laboratorium unit 731
Unit 731 didirikan pada tahun 1938 di Cina (Manchuria) yang pada saat itu berhasil dikuasai oleh Jepang. Tujuan pembentukan unit 731 adalah untuk mengembangkan senjata biologi.
Unit 731 dan satu lagi unit 100 adalah dua unit yang dibentuk khusus untuk melakukan penelitian, unit itu tetap didirikan walau melanggar Protokol Jenewa yang diinisiasi pada tahun 1925, perjanjian yang secara tegas melarang penggunaan senjata kimia dan biologi. Unit 731 dibentuk untuk melakukan penelitian rahasia yang dilakukan oleh murid sekolah di Shinjuku, Tokyo.
Pemimpinnya adalah Letjend Shiro Ishii. Unit itu juga dimanfaatkan untuk melatih dokter dari universitas dan sekolah kedokteran Jepang untuk memasok para calon dokter dan staf peneliti. Menurut laporan yang sampai saat ini tidak pernah diakui oleh pihak Jepang, unit tersebut menggunakan ribuan warga Tiongkok, warga sipil Asia lainnya, dan tahanan perang sebagai kelinci percobaan untuk menciptakan dan pengembangkan senjata biologis.
Pembedahan langsung
Banyak tahanan yang dibunuh dengan dalih penelitian, metode pembunuhannya diantaranya dengan cara dibedah hidup-hidup tanpa anestesi, tujuannya adalah untuk melihat bagaimana penyakit menyerang organ manusia, dan dengan eksperimen medis lainnya. Ada juga yang terbunuh ketika diikat diluar ruangan saat musim dingin, untuk mengetahui efek dari radang dingin pada tubuh manusia. Untuk eksperimen tentang penyakit, Jepang sengaja memasukan patogen Antraks, Kolera, dan patogen lainnya kepada manusia. Diperkirakan 3.000 tentara musuh dan warga sipil digunakan sebagai kelinci percobaan. Mereka juga memasukan manusia kedalam ruangan bertekanan tinggi untuk melihat seberapa kuat manusia bertahan sebelum mereka tewas mengenaskan. Karena sifatnya yang rahasia, tidak ada catatan lengkap percobaan yang telah dilakukan oleh Unit 731.Kesaksian dari para penelitilah yang menjelaskan beberapa bagian dari eksperimen.
Untuk mengurangi perasaan bersalah dari orang-orang yang terlibat dalam penelitian tersebut, para tahanan disebut bukan manusia atau pasien tetapi sebagai "Maruta", atau batang kayu (logs). Salah seorang mantan asisten medis anonim yang diwawancarai oleh New York Times pada tahun 1995 mengatakan,
“Orang itu (object percobaan) sudah tahu bahwa hidupnya akan segera berakhir, jadi dia tidak memberontak ketika para peneliti membawanya ke kamar dan mengikatnya, ketika saya mengambil pisau bedah dan membedahnya, saat itulah dia mulai berteriak. Aku memotongnya dari dada hingga ke perut, dan dia menjerit keras, wajahnya kesakitan yang luar biasa, dia menjerit dengan suara yang tak terbayangkan, dia berteriak sangat keras hingga akhirnya teriakannya terhenti. Itu semua adalah pekerjaan sehari bagi para ahli bedah, tetapi itu sungguh meninggalkan kesan yang dalam pada diri saya karena itu adalah percobaan pertama kalinya untuk saya."
Kejahatan lainnya
Anggota Unit 731
Karena tentara Jepang menggunakan gas beracun selama perang, salah satu misi Unit 731 adalah mengembangkan gas beracun yang kuat, dan para tahanan lagi-lagi menjadi kelinci percobaan untuk mengetes keefektifisan senjata tersebut.
Pada 1984, seorang mahasiswa pasca-sarjana di Keio Medical University di Tokyo menemukan catatan eksperimen pada manusia di toko buku. Halaman-halaman buku tersebut menjelaskan efek dosis besar vaksin tetanus. Adapula penjelasan yang menggambarkan lamanya waktu yang dibutuhkan korban untuk mati dan juga mencatat efek kejang otot di tubuh mereka.
Paling tidak 3.000 orang, tidak hanya orang Cina tetapi juga orang Rusia, Mongolia, dan Korea yang meninggal karena percobaan yang dilakukan oleh Unit 731 selama tahun 1939 hingga 1945. Tidak ada tahanan yang keluar hidup-hidup dari gerbang bangunan itu.
Fakta lainnya adalah selama perang, tentara Kekaisaran Jepang menggunakan senjata biologis yang dikembangkan dan diproduksi oleh laboratorium dari Unit 731 Harbin di seluruh China, membunuh dan melukai sekitar 300.000 orang.
Hasil percobaan Unit 731
Kesaksian
Yoshio Shinozuka
Yoshio Shinozuka hari ini
Karena semua tahanan Unit 731 terbunuh dan para pelaku unit 731 bersumpah untuk menjaga kerahasiaan eksperimen yang mereka lakukan, kesaksian dari pelaku pertama sangat sulit didapat.
Yoshio Shinozuka tinggal di Kota Yokaichi, Tokyo timur. Saat perang berkecamuk dia adalah seorang kadet di Korps Pemuda Tentara Kekaisaran. Saat itu ia masih berusia 15 tahun. Dia ditugaskan ke Unit 731 di Manchuria pada Mei tahun 1939. Setelah perang usai, ia kabur namun berhasil tertangkap pada tahun 1952 bersama dengan mantan anggota Unit 731 lainnya, mereka ditahan sampai tahun 1956 tanpa dituntut.
Dia mengaku bahwa dia ditugaskan di bagian pengembang biakan kuman dan penyakit di Unit 731 yang sebagian besar bereksperimen dengan tikus, dan juga terlibat dalam penelitian untuk pencegahan epidemi. Berdasarkan pengakuannya, dia berkata
"Ada ruang sel khusus (untuk percobaan manusia) yang memiliki jendela kecil, namun kita tidak bisa melihat ke dalam. Untuk masuk, Anda memerlukan izin khusus, dan waktu masuk dan keluar dicatat. Penjagaannya sangat ketat. Menjelang akhir perang, saya dengan tim saya pernah masuk kedalam ruangan itu dua kali ketika eksperimen kepada "maruta" berlangsung. Kedua orang "maruta" itu tampaknya baru meninggal. Pekerjaan saya adalah mengumpulkan bagian-bagian tubuh yang mengandung bakteri dan memasukkannya ke dalam wajan kaca, dan juga mengonfirmasi seberapa jauh penyakit telah menyebar ke seluruh tubuh korban.
Shinozuka mengatakan bahwa setelah empat tahun pelatihan dengan "cuci otak" oleh unit 731, dia tahu apa yang terjadi di Harbin dan tidak terkejut dengan apa yang dia lihat di sel. Dia bahkan tidak merasa bersalah menjadi bagian unit itu. Setelah perang usai, saat dia berada di tahanan Cina, dia menjadi sadar akan kengerian yang dilakukan oleh Unit 731.
Quote:
“Sebelum perang, kami diberitahu bahwa kami harus berjuang untuk melindungi diri kami, keluarga kami dan orang-orang Jepang. Ketika kami ditahan oleh orang Cina, kami menemukan bahwa pihak berwenang Cina memperlakukan kami secara manusiawi, sedangkan saya melihat perlakuan kami terhadap mereka tidak manusiawi, kami sangat terkejut dan sedih, katanya".
Akhir Perang
Hanya sedikit yang kena hukuman
Ketika mulai terasa Jepang akan kalah dalam perang, tentara Jepang menghancurkan markas Unit 731. 400 tahanan yang tersisa ditembak dan anggota 731 diharuskan bersumpah untuk merahasiakan kegiatan mereka. Tikus yang disimpan di laboratorium kemudian dilepaskan, yang diperkirakan menyebabkan 30.000 orang korban, karena tikus tersebut terinfeksi wabah Bubonic, dan mereka sengaja melepaskannya. Beberapa dari mereka yang terlibat dengan Unit 731 telah mengakui kesalahan mereka. Beberapa ditangkap oleh China pada akhir perang dan ditahan, tetapi hanya segelintir dari mereka yang dituntut karena kejahatan perang.
Di Jepang sendiri, anggota unit 731 tidak ada yang diadili. Dalam kesepakatan rahasia, pemerintahan Amerika pasca-perang memberi mereka kekebalan hukum dengan imbalan rincian dari eksperimen mereka. Pemerintahan China kemudian membangun kembali beberapa bangunan utama dan mulai mendirikan museum untuk mengingat kejadian ini pada tahun 1982.
Sumber
Sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar