Senin, 27 November 2023

Cinta Terlarang di Tengah Perang: Kisah Penyair Palestina dan Agen Mossad Israel



Dalam latar belakang konflik Timur Tengah, seorang penyair Palestina dan seorang penari Yahudi-Israel yang bekerja untuk Mossad menjalin hubungan cinta. Sungguh roman percintaan yang penuh bahaya dan pengorbanan, bisa mengancam nyawa mereka dan orang-orang yang mereka cintai. Sang penyair Palestina yang berjuang untuk kemerdekaan tanah airnya itu terjerat rayuan si penari Yahudi yang menyimpan rahasia besar tentang identitas dan pekerjaannya. Dua jiwa yang saling mencintai, tetapi terpisah oleh perang dan takdir. Sang penyair yang menjadi simbol perlawanan bangsanya dan si penari Yahudi-Israel yang menjadi mata-mata itu harus memilih antara cinta dan kesetiaan, antara hidup dan mati.




Darwish dan Tamar


"Di antara Rita dan mataku ada senapan Dan siapa pun yang mengenal Rita Berlutut dan bermain kepada keilahian di mata berwarna madu itu Dan aku mencium Rita ketika dia masih muda Dan aku ingat bagaimana dia mendekat."


Mahmoud Darwis Sang Penyair

Mahmoud Darwish adalah salah satu penyair Palestina paling tersohor di dunia. Darwish lahir pada tahun 1941 di desa Al-Birwa (sekarang sudah tidak ada lagi), dikenal sebagai penyair nasional Palestina. Dia menulis banyak puisi yang menggugah hati dan pikiran tentang tanah airnya, Palestina.





“Sajjil ana Arabi Sajjil ana Arabi Wa ismi Mahmoud Wa abu ya shaheed Wa ummi hiya al-hayat Wa watani hiya al-hurriya Sajjil ana Arabi”


“Write down! I am an Arab And my name is Mahmoud And my father was a martyr And my mother is life And my homeland is freedom Write down! I am an Arab”



“Tuliskan! Saya adalah seorang Arab - Dan nama saya adalah Mahmoud - Dan ayah saya adalah seorang martir - Dan ibu saya adalah kehidupan - Dan tanah air saya adalah kebebasan. Tuliskan! Saya adalah seorang Arab”Itulah salah satu bait dari puisi terkenal Mahmoud Darwish, yang menjadi simbol perlawanan dan identitas bangsa Palestina. Gimana ? Kayak pidato-pidatonya Bung Karno yang membangkitkan rasa nasionalisme kan? Memang selain seorang penulis, Darwish juga aktif dalam pergerakan-pergerakan politik. Dia merasa mengalami diskriminasi dan penindasan sebagai warga negara Israel keturunan Arab, yang dicap sebagai “orang asing yang hadir-tidak hadir”. Dia memutuskan bergabung dengan Partai Komunis Israel. Sebab aktivitasnya dalam pergerakan-pergerakan politiknya itu, Darwis sering ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Israel.
Pada tahun 1970, Darwish pergi ke Uni Soviet untuk kuliah. Tapi dia hanya bertahan setahun di sana lalu pindah ke Mesir dan pindah lagi ke Lebanon. Di sana, dia bergabung dengan PLO (Organisasi Pembebasan Palestina), dan menjadi salah satu penulis Deklarasi Kemerdekaan Palestina pada tahun 1988. Karena itu, dia dilarang masuk ke Israel lagi. Dia juga mengalami pengasingan dan pembuangan selama bertahun-tahun di Beirut, Paris, dan Kairo, sebelum akhirnya kembali ke Ramallah pada tahun 1996.

Sejak muda, Darwish memang sudah suka menulis puisi. Dia menerbitkan buku puisi pertamanya saat berusia 19 tahun. Judulnya adalah “Asafir bila ajniha” yang artinya “Burung-burung Tanpa Sayap”. Dia belajar membaca dari kakeknya, karena ibunya tidak bisa baca tulis. Sepanjang hidupnya, Darwish sudah menulis lebih dari 30 buku puisi dan delapan buku prosa, yang diterjemahkan ke dalam lebih dari 20 bahasa. Dia mendapatkan banyak penghargaan untuk karyanya, seperti Penghargaan Lannan untuk Budaya dan Kebebasan, Penghargaan Lotus untuk Sastra Asia dan Afrika, dan Penghargaan Pangeran Asturias untuk Kesusastraan. Dia juga menjadi editor untuk beberapa majalah sastra di Palestina, seperti Al-Jadid, Al-Karmel, dan Al-Ayyam. Dalam puisi-puisinya, dia menggunakan Palestina sebagai metafora untuk kehilangan Eden, kelahiran dan kebangkitan serta penderitaan pengusiran dan pengasingan.

Hubungan Terlarang dan Rahasia

Oke, sekarang kita bahas hubungan asmara Darwish dan Tamar yang selalu mereka simpan rapat-rapat. Kisah cinta mereka baru terungkap pada tahun 2014, ketika Tamar sendiri muncul dalam sebuah film dokumenter yang dibuat oleh Ibtisam Maraaneh, seorang pembuat film Arab-Israel yang juga memiliki hubungan dengan seorang pria Yahudi-Israel. Film ini berjudul “Sajjil Ana Arabi” (Tulislah: Aku Seorang Arab), yang diambil dari judul puisi Darwish yang terkenal itu. Film dokumenter ini mengungkapkan kisah cinta yang tersembunyi selama empat puluh tahun antara Mahmoud Darwish dan Tamar bin Ami dari semenjak mereka bertemu dan jatuh cinta di Haifa lalu menjalin hubungan yang terlarang secara diam-diam selama bertahun-tahun.

Film besutan Ibtisam Maraaneh ini menampilkan surat-surat cinta yang ditulis oleh Darwish untuk Tamar, serta beberapa foto yang menunjukkan kebersamaan mereka. Film ini juga menampilkan wawancara dengan Tamar, yang baru mengungkapkan identitasnya pada tahun 2014. Tamar bercerita tentang hubungan mereka, mengapa dia harus menyembunyikannya selama ini, dan bagaimana dia masih menghormati dan mengagumi Darwish sebagai seorang penyair dan manusia.





Sepertinya kita harus menelan kekecewaan jika mengharapkan happy ending sama hubungan Mahmoud dan Darwish. Kisah cinta Darwish dan Tamar itu berakhir dengan tragis dan menyedihkan. Mereka akhirnya terpaksa harus berpisah karena tekanan politik dan sosial yang tidak memungkinkan mereka untuk selalu bersama. Tamar yang ternyata bekerja untuk Mossad, dinas rahasia Israel, udah pasti bertentangan sama perjuangan Darwish sebagai aktivis perjuangan Palestina. Apa mau dikata? Masing-masing lebih berat cintanya pada perjuangan demi kepentingan bangsanya. Tidak ada alternatif jalan tengah yang bisa menyelamatkan hubungan mereka.

Akhir Hidup Sang Penyair

Darwish meninggal pada tahun 2008 karena komplikasi setelah menjalani operasi jantung. Dia dimakamkan di Ramallah, dengan upacara pemakaman yang dihadiri oleh ribuan orang. Karya-karyanya tetap hidup dan menginspirasi banyak orang, baik di Palestina maupun di seluruh dunia. Dia dianggap sebagai simbol perjuangan dan harapan bagi rakyat Palestina. Kalau kalian tertarik untuk tahu lebih banyak tentang Darwish, kalian bisa membaca puisi-puisinya yang sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Atau bisa juga membaca biografinya yang berjudul “Memory for Forgetfulness” (Kenangan untuk Melupakan).




Darwish Menjelang AkhirUsia

Mahmoud Darwish adalah seorang penyair yang tidak hanya menulis untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk rakyatnya yang terus berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan. Dia juga adalah seorang penyair yang mencintai dengan sepenuh hati, meskipun cintanya tidak dapat bersatu dengan kekasihnya. Darwis adalah seorang penyair yang menginspirasi jutaan orang di seluruh dunia dan membentuk identitas Palestina. Dia adalah seorang penyair yang pantas dihormati dan diingat sebagai salah satu sastrawan terbesar abad ini.

Coba bayangin kalau kita itu seorang Darwis atau seorang Tamar, mungkin udah stres berat kali ya? Karena akhirnya cuma bisa berandai-andai. Kalau saja tak ada pertikaian di antara kedua suku bangsa: Arab dan Yahudi, tentulah mereka bisa menikah dan berbahagia. Entah sampai kapan perseteruan itu bakal berakhir?

Demikianlah kisah cinta Darwish dan Tamar yang berakhir sad ending, mari kita ambil saja pelajaran atas kisah cinta yang tragis ini. Betapa cinta itu bisa hadir tanpa memperdulikan perbedaan suku, ras ataupun agama. Tetapi perang yang didasarkan atas permusuhan dan kepentingan-kepentingan politik akan selalu menjadi sebuah tembok penghalang. Semoga thread ini bermanfaat, semoga pertikaian di tanah Palestina akan berakhir dan semoga Indonesia selalu berada dalam kedamaian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar