Rabu, 11 Oktober 2023

Gelas dgn simbol Freemasonry bertulisan : L'Union Frederic Royal peninggalan K.G.P.H.Suryobroto.




 L'Union Frederic Royal adalah nama sebuah loge/loji yg pernah berdiri di kampung Batangan. Kampung itu sekarang secara administratif berada di Kelurahan Kedunglumbu, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Lokasi loge ini berada di sebelah selatan Benteng Vastenburg, atau sebelah timur laut Alun-alun Lor, dibangun pada 25 September 1871 - 28 Oktober 1872.

Gedung loge yg megah ini memiliki gaya arsitektur Indische Empire. Indische Empire Style adalah suatu gaya arsitektur kolonial yg berkembang pada abad ke 18 & 19, sebelum terjadinya “westernisasi” pada kota2 di Hindia Belanda di awal abad ke 20. Gaya ini merupakan hasil percampuran antara teknologi, bahan bangunan & iklim yg ada di Hindia Belanda dgn gaya Empire Style yg sedang berkembang di Perancis. Gaya arsitektur ini dipopulerkan oleh Herman Willem Daendels, mantan serdadu Napoleon Bonaparte yg menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36, yg memerintah antara tahun 1808-1811.
Freemasonry merupakan organisasi ‘rahasia’ yg termasuk dkm gerakan New Age Movement. Organisasi ini didirikan di Inggris pada 1717 & kemudian menyebar ke seluruh dunia sehingga tak sedikit tokoh dunia yg menjadi anggotanya.
Pada 1756 didirikan Loge Agung Nederland sebagai awal terbentuknya Freemasonry di Belanda. Pengaruhnya menyebar hingga ke Hindia Belanda & loge mulai didirikan pada 1767 & 1769. Lodge atau loji sendiri memiliki arti gedung besar, ruangan besar atau tempat perkumpulan.
Begitupun hingga ke daerah pedalaman, loji2 komunitas persaudaraan kemasonan mulai didirkan. Pada periode 1767 hingga 1948, setidaknya 27 loji pernah berdiri di Hindia Belanda, terbentang dari Banda Aceh hingga Makassar a l. :
- La Vertueuse – Batavia (1767)
- Constante et Fidele – Semarang (1801)
- De Vriendschap – Surabaya (1809)
- De Ster in het Oosten – Batavia (1837)
- Mata Hari – Padang (1858)
- Mataram, Yogyakarta (1870)
- Princes Frederik der Nederlanden – Rembang (1871)
- L’Union Frederic Royal – Solo (1872)
- Prins Frederik – Kota Raja atau Banda Aceh (1880)
- Arbeid Adelt – Makassar (1882)
- Veritas – Probolinggo (1882)
- Deli – Medan (1888)
- Excelsior – Buitenzorg (1891)
- Tidar – Magelang (1891)
- Sint Jan – Bandung (1896)
- Fraternitas – Salatiga (1896)
- Humanitas – Tegal (1897)
- Malang – Malang (1901)
- Blitar – Blitar (1906)
- Het Zuiderkruis – Batavia (1918)
- De Dageraad – Kediri (1918)
- De Broederketen – Batavia (1919)
- Palembang – Palebang (1932)
- Serajoedal – Poerwokerto (1933)
- De Hoeksteen – Soekaboemi (1933)
- De Witte Roos – Djakarta (1948)
Freemasonry
Freemasonry adalah sebuah organisasi persaudaraan Internasional “Free & Accepted Masons”– sebutan lain Freemasonry, dimana persaudaraan didasarkan pada ikatan cinta (love), keyakinan (faith) & kedermawanan (charity) & setiap anggotanya dapat saling berkomunikasi melalui berbagai ritual & sistem yg rumit (elaborate ritual & systems) berupa tanda-tanda rahasia (secret signs) & kadangkala memakai simbol2 setan ataupun memakai simbol2 Yahudi, kata sandi tertentu (password), bahkan sampai cara berjabat tangan (handshakes) yg aneh & berbeda.
Di setiap acara, sebelum memulai acara pertemuan khusus para pria ada yg membacakan ayat2 suci al-quran sebagai pembuka acara lalu dilanjutkan dgn nyanyian serta pujian rohani Katholik & ada pula yg membaca sepatah kata berisi do'a dgn menggunakan bahasa Ibrani yg jelas berasal dari bahasa Yahudi. Tarekat Freemason kemudian berkembang menjadi semacam theosifisme di Indonesia karena menggunakan ritus yg juga digunakan oleh kaum Illuminati.
Setelah itu acara2 serta ritual2 aneh yg diselipkan pemujaan terhadap makhluk gaib & cosmos atau alam semesta lalu acara tersebut diisi dgn pidato2 ttg kehidupan yg sarat akan filsafat menambah keanehan "sekte" tersebut hingga tempat Lodji "de Hoeksteen" Soekaboemi serta lodji2 lainnya di Hindia Belanda saat itu dijuluki sebagai "Rumah Setan" karena dianggap menampilkan simbol2 & ritual2 yg campur aduk.



Loge Agung
Suratkabar "de Nederland" mencatat jumlah loge di Hindia Belanda pada masa ‘keemasan’-nya mencapai 25 loge & 1.500 anggota perkumpulan. Freemasonry selain aktif di kota2 besar juga terdapat di wilayah2 kecil seperti Karawang dgb sebutan “De Krawangsche Kring” atau “Vrijmetselaarkring Krawang” yg melakukan berbagai aktifitas sampai pendudukan Jepang serta di Sukabumi yg berdiri pada t4 Maret 1933, Loge Sukabumi yg dikenal dengan Loge Hoeksteen atau Lodji Batu Kunci.
Loge Batu Kunci sebetulnya telah di rencanakan keberadaannya di Sukabumi oleh para anggota yg awalnya tergabung ke dalam Loge Bandung & Batavia sejak tahun 1926 & diprakarsai oleh (kebanyakan) para pemilik perkebunan untuk dapat mendirikan Tarekat Bebas yg berorientasi kepada diskusi dgn tema2 seperti ilmu pengetahuan, okultisme, magis, misterius, supranatural & spiritual.
Loge "De Hoeksteen"rajin melaksanakan pertemuan rutin sejak didirikan sampai diangkat pengurus ‘baru’ yg berhasil mengaktifkan kembali kegiatan organisasi sejak 4 Maret 1933. Berbagai pertemuan rutin tahunan atau bulanan dilaksanakan dengan beberapa tujuan yaitu mengembangkan & mengevaluasi organisasi di satu sisi.
Pertumbuhan kelompok persaudaraan khusus pria itu di Hindia Belanda tak dapat dilepaskan dari peran seorang pendeta bernama Albertus Samuel Carpentier Alting.
Albertus menggagas penerbitan Indische Macconiek Tijdschrift, majalah yg menjadi saluran komunikasi antarasaudara. Ia pulalah yang memainkan peran penting pada kelahiran Loge Agung Provinsial Hindia Belanda.
Perkembangan pesat Freemasonry di Hindia Belanda mengundang respon dari organisasi2 Islam. Karena orang2 Islam & elit pribumi Muslim terutama dari kaum bangsawan menjadi target rekrutmen Freemasonry & banyak yg akhirnya menjadi anggota perkumpulan tersebut.
Kangjeng Gusti Pangeran Hario Suryobroto dgn nama lahir : G.R.M.Sumeh dilahirkan di Surakarta pada 1889 sebagai putra urutan ke-15 Susuhunan Pakubuwono X yg lahir dari garwo ampil/priyantundalem bernama R.Ayu Pandamrukmi I.Beliau bersama pangeran2 putrodalem lainnya sempat bersekolah di ELS (Europeesche Lagere School), Kemudian di HBS & terakhir di Universitas Leiden Belanda & Akademi Militer di Breda, Belanda. Setelah Keluar dari Akmil Breda, Belanda, beliau berkiprah di bidang militer Kasunanan & membuat berbagai jenis pakaian militer ala Belanda untuk prajurit Surakarta & juga membuat berbagai formasi long march baru & strategi perlawanan terhadap penjajah Belanda sehingga akhirnya pemerintah Belanda mencium gerakan ini & membuang K.G.P.H. Suryobroto ke Ambon hingga beberapa tahun & di Ambon beliau tetap aktif berjuang lewat surat2 korespondensi. Setelah dipulangkan dari Ambon, beliau menetap kembali di Ndalem Suryobratan, Gajahan hingga akhir hayatnya pada 26 Oktober 1972 atau 18 Siam 1904 tahun Jawa. Beliau memiliki 2 istri. Istri yg pertama B.R.Ayu Usimah Jayadiningrat Suryobroto (lahir th 1895) yg masih terhitung saudara misanan dgn beliau dinikah pada 1920. B.R.Ayu Usimah Jayadiningrat Suryobroto merupakan putra dari B.P.H. Jayadiningrat II & G.R.Ayu Sutaji Jayadiningrat, sedangkan G.R.Ayu Sutaji Jayadiningrat maupun Susuhunan Pakubuwono X merupakan putrodalem Susuhunan Pakubuwono IX. Pernikahan ini dikaruniai 1 putri yaitu B.R.Ayu Hermin Suryobroto (1928-2009).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar