Selasa, 18 April 2023

KEJAWEN

 



Sampai kini,saya belum menemukan sebuah penggambaran tunggal mengenai K e j a w e n.
Tiap sumber menggambarkannya sedikit berbeda,sesuai awal fikirnya.
Wikipedia Menggambarkan Kejawen Sebagai Berikut ;
“Kejawen atau biasa di panggil Kebatinan adalah sebuah kepercayaan yang terutama di anut di pulau Jawa oleh suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Jawa ".
Kejawen hakikatnya adalah suatu filsafat di mana keberadaanya ada sejak orang Jawa itu ada.
Hal tersebut dapat di lihat dari ajarannya yang universal dan selalu melekat berdampingan dengan agama yang di anut pada zamannya.
Kitab-kitab dan naskah kuno Kejawen tidak menegaskan ajarannya sebagai sebuah agama meskipun memiliki laku.
Kejawen juga tidak dapat di lepaskan dari agama yang di anut karena filsafat Kejawen di landaskankan pada ajaran agama yang di anut oleh filsuf Jawa.
Sejak dulu,orang Jawa mengakui keesaan Tuhan sehingga menjadi inti ajaran Kejawen.
yaitu mengarahkan insan : Sangkan Paraning Dumadhi ( " Dari mana datang dan kembalinya hamba tuhan ") dan membentuk insan se-iya se-kata dengan tuhannya :
Manunggaling Kawula lan Gusthi ( "Bersatunya Hamba dan Tuhan ").
Jadi tidak mengherankan jika ada banyak aliran filsafat kejawen menurut agamanya yang di anut seperti :
.Islam Kejawen
.Hindu Kejawen
.Kristen Kejawen
.Budha Kejawen
.Kejawen Kapitayan ( Kepercayaan ).
Dengan tetap melaksanakan adat dan budayanya yang tidak bertentangan dengan agamanya.
Kata “Kejawen” berasal dari kata "Jawa", yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah " segala sesuatu yang berhubungan dengan adat dan kepercayaan Jawa ( Kejawaan ) ".
Penamaan "kejawen" bersifat umum,biasanya karena bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa ”.
Demikian Menurut Wikipedia
Kalau umat Kejawen memegang tradisi Jawa, seperti tapa brata,sesajen,dll, namun tetap memegang ajaran Islam.
Saya ulangi: “dengan tetap melaksanakan adat dan budayanya yang tidak bertentangan dengan agamanya.”
Sampai berapa jauh ini mungkin ?
Ajaran Islam nenuntut ke khaffah an, yakni pelaksanaan syariat secara utuh.
Dari ibadah 5 waktu sampai ibadah haji.
Ajaran Islam juga menuntut pendalaman iman dalam Kitab suci, dalam bahasa Arab.
Tidak menggunakan bahasa lain, misalnya Jawa.
Pemahaman mengenai Tuhan juga sangat definitive dalam Islam/Tauhid.
Dalam pemahaman kebathinan Jawa,Tuhan dan makhluk menyatu, dan di capai tanpa melalui rasul.
Ada yang Mengatakan :
“ Agama pendatang selalu membuat opini,bahwa Kejawen itu adalah Aliran Kebatinan.
Hal ini dilakukan oleh agama pendatang,agar para penganut Kejawen yang masih muda dan tidak tahu apa-apa merasa malu untuk mengatakan bahwa dirinya adalah Seorang Kejawen.
Sebab jika Kejawen itu benar-benar Ilmu Kebatinan, pernyataan diri sebagai Seorang Kejawen merupakan pernyataan yang setara dengan saya adalah dukun.
Dengan opini tersebut,agama pendatang berhasil membuat orang-orang Jawa yang di kenal sangat mempunyai sifat merendah tersebut enggan menyatakan dirinya sebagai Seorang Kejawen.
Padahal pada kenyataanya,dari penelitian kecil seorang dosen, yang seorang Profesor Doktor, menyatakan bahwa dari 100 responden ( yang paranormal ), tidak ada satupun ( dari paranormal tersebut ) yang membacakan mantra-mantranya dengan bahasa Jawa.
Mereka membacakan mantra-mantranya dengan bahasa dan tulisan Arab.
Kejawen adalah sebutan bagi penganut Agami Jawi,seperti orang Kristen di sebut sebagai Kristiani atau Nasrani,sedang orang Islam di sebut sebagai Muslim,dan lain sebagainya.
Seorang Kejawen adalah orang yang mempunyai niat dari dalam dirinya,untuk melakukan apa-apa yang tidak menyakiti pihak lain ( orang lain,alam, mahluk halus,sesepuh, dsb).
Karena dalam falsafah Agami Jawi adalah berbudi luhur,yang artinya memiliki pikiran dan prilaku yang luhur.
Kebanyakan agama yang ada, sadar atau tidak mereka selalu di ajak kepada struktur dari pemahaman agama itu sendiri.
Bagi sebagian agama,justru ada kursus-kursus atau sekolah ( di luar sekolah formal ) yang memberi pengajaran atau pendalaman.
Tentunya tidak gratis.
Bagi Seorang Kejawen,mereka hanya di sarankan untuk memperdalam Olah Roso yang akan dengan mudah dapat di pelajarinya melalui puasa mutih Senen – Kamis.
Setelah seorang Kejawen dapat merasakan manfaat Olah Roso, ia pasti sudah dapat naik lagi ke tahap selanjutnya.
Bagi beberapa agama menyarankan atau bahkan di haruskan jika mampu,untuk melakukan napak tilas secara fisik,yakni dengan di iming-imingi hadiah ( penghapusan dosa ) bagi yang melakukan hal tersebut.
Dengan logika ini ( penghapusan dosa ),dapat di katakan justru mendiskriditkan Tuhan Yang Maha Esa, yang seolah-olah memiliki pola berbisnis terhadap mahluk ciptaanNya sendiri.
Kasihan ya yang nggak mampu, karena seolah Tuhan Yang Maha Esa membedakan orang kaya dan orang miskin.
Semakin miskin seseorang di dunia,mereka pun tidak mendapatkan kesempatan untuk masuk surga.
Karena tidak memiliki biaya yang besar untuk napak tilas tersebut.
Bagi seorang Kejawen hal itu tidak perlu di khawatirkan.
Karena seorang Kejawen yang telah benar-benar melakoni puasa mutih dan Olah Roso dengan pasrah dan ikhlas, mereka pasti sudah dapat napak tilas secara nonragawi.
Tidak seperti agama-agama lain yang harus melakukan napak tilas secara fisik.
Dalam Kejawen maka peribahasa “ Bersusah-susah dahulu,bersenang-senang kemudian ”
adalah sangat cocok.
Peribahasa di atas menggambarkan,bedanya Agami Jawi dengan agama-agama pendatang lainnya.
Agami Jawi memang tidak memiliki Kitab Suci.
Mengapa ?
Karena dengan Manunggaling Kawulo Gusti,semua sudah terjawab.
Jadi seorang Kejawen,tidak perlu belajar menghafal untuk mengerti semua itu.
Dengan banyaknya ayat yang harus di hafalkan,menjadikan orang banyak alasan untuk dirinya tidak dalam kondisi eling lan waspodo.
Di dalam Kejawen,maka Tuhan Yang Maha Esa tidak pernah menghukum ciptaannya sendiri.
Hal ini di karenakan,bahwa semua agama di dunia meyakini bahwa Tuhan Yang Maha Esa bisa membuat apa saja,dan sempurna.
Begitu juga yang di yakini oleh seorang Kejawen.
Jadi intinya,buat apa Tuhan Yang Maha Esa harus menghukum mahluk ciptaanNya sendiri ?
Karena Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya dapat membuat manusia sempurna.
Selain itu,kita sama-sama yakin bahwa Tuhan Yang Maha Esa tahu apa saja yang akan terjadi, atau yang akan menimpa dunia.
Tetapi mengapa ada malapetaka ?
Malapetaka itu ada karena pola interaksi kita tidak harmonis dengan pihak lain ( orang lain, alam,mahluk halus,sesepuh,Leluhur dsb).
Bagi kebanyakan orang, Kejawen hanya di anggap sebagai kebudayaan,sehingga pada akhirnya pun pengurusan Kejawen di masukan kepada Departemen Kebudayaan.
Hal ini memang merupakan pembusukan yang terstruktur terhadap Agami Jawi itu sendiri.
Agama Jawi merupakan agama yang bertumpu pada Olah Roso,atau dengan kata lain, bertumpu pada pengolahan bathin.
Banyak pembodohan yang di lakukan oleh agama-agama pendatang,karena mereka sangat berkepentingan bagi perluasan agama mereka sendiri.
yang pada akhirnya mereka pun memiliki kepentingan bagi perluasan secara ekonomi.
Istilah batin dan Kebatinan adalah dua hal yang sangat berbeda.
Tetapi dengan kepintaran agama pendatang memelintir itu semua,membuat nasib Kejawen seperti sekarang ini.
Olah batin itu memiliki ruang yang luas,ada yang untuk mengenali diri sendiri yakni Olah Roso,sementara ada juga yang untuk pengobatan seperti Reiki misalnya.
Reiki saja yang jelas-jelas bukan sebuah agama,saya pernah menanyakan kepada beberapa anggota dari komunitas mereka.
Apakah Reiki itu adalah Kebatinan ?
Mereka dengan tegas menyatakan Olah Batin bukanlah Kebatinan,seperti yang sering di katakan oleh orang-orang dari agama import..”
Demikian kata blogger.
Di katakan juga ,bahwa para penganut Kebathinan, termasuk Kejawen,tak memiliki KItab Suci.
Lha kalau Kejawen di anut sambil jalan dengan Islam,Al Quran bagaimana ?
Apakah boleh di sandingkan dengan kitab kitab ( yang katanya bukan suci ) orang Jawa ?
Jawaban ada di hati masing masing..
Rahayu..
Adhie Khumaidi


BACA JUGA :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar