Ada trend gelap bin horor di Tiongkok, dimana orang orang dari tempat berlainan melakukan janjian online untuk mati bersama di tempat tempat menarik.
Kasus kasus ini belakangan menjadi topik hangat di Tiongkok. Bagaimana dengan di Indonesia (?)
Awal bulan ini ditemukan 4 orang mati bareng terjun bebas di Zhang jiajie Tiongkok.
Zhangjiajie itu lokasi bagus yang menjadi inspirasi bagi shooting film Avatar.
Barangkali bagi mereka yang melakukan mati bersama cara itu: Mati cuma sekali, jadi kalau mau mati lakukan dengan gaya dan cara yang menarik di tempat tempat romantis magis.
Salah satu pemandangan di gunung Tianmen di Tiongkok.
Tempat tempat ini berkabut menciptakan aura mistik magis, mungkin membuat orang orang ingin terjun melakukan perjalanan ke dimensi lain....
Diskusi di sosial media Tiongkok juga banyak menyinggung soal *"Zi Sha Qun čĒæįž¤"*, group online bunuh diri.
Grup grup itu membicarakan soal bunuh diri, bagaimana caranya, sampai membuat persetujuan bunuh diri bareng.
Dalam kasus bunuh diri bareng di Zhangjiajie, 3 pria 1 wanita, usia 22 s/d 33 tahun. Semua meninggalkan ID, & surat yang menyatakan bunuh diri mereka adalah urusan mereka, bukan disebabkan situs Zhangjiajie, tidak juga oleh pihak lain.
Mereka tidak ingin pihak lain susah karena ulah mereka.
Juga dalam diskusi masyarakat disinggung latar belakang korban, semuanya mengalami kesulitan ekonomi.
Jika kesulitanbekonomi yang jadi faktor, kenapa dulu waktu Tiongkok rata rata miskin tidak ada kasus bunuh diri bareng bareng seperti itu ?.
Patut diduga kesulitan hidup cuma salah satu faktor saja. Yang berperan juga adalah faktor berkumpulnya orang orang dalam satu kondisi dalam grup online (yang saling menguatkan niat masing masing), dan menjadikan romantisasi kematian di film film Asia Timur (Korea dan Jepang sama saja).
Kalau orang bunuh diri karena stress, mereka tentunya kemungkinan besar melakukan di rumahnya sendiri atau di tempat kerja (seperti yang misalnya terjadi di pabrik Foxconn yang bikin iPhone).
Bunuh diri group online ini rumit, harus travel jauh ke tempat tujuan, hiking dan memilih tempat yang bagus seperti kematian di film film saja....
E : Banyak orang gak waras belakangan ini akibat gaya hidup. Ingin hidup enak, banyak uang, terobsesi film dan medsos. Jaman dulu warga Tiongkok miskin, tertutup dari dunia luar, skr banyak orang kaya, informasi dan hoax gampang diterima, akibatnya banyak orang jadi gak waras. Di Indonesia banyak orang gak waras gara2 agama dan sinetron.
DG : Setuju. Artis2 Korea jg pada bunuh diri kan? Anak2 muda di New Zealand dll
Di Bhutan negara paling bahagia sejak masuknya TV dan siaran asing mulai muncul keresahan2 dan ketidakpuasan
S: : Film itu alat hipnotis loh
DG : Emang
SPT kemarin ku bilang bahwa konsep mjd perbandingan atau kontras dapat membuat penderitaan. Dikit-dikit tidak berasa tapi menjadikan orang mengejar mengikuti arus. Setelah di tengah jalan mulai bingung stres.
Lagi2 ini. Yg mengorganisir mengajarkan ego itu yg jahat.
------
Gejala runtuhnya society yg dibangun atas ideologi berpondasi egoisme : https://youtu.be/yBC7jKksfXM
------
Gabor Mater (psikolog penulis buku "The Myth of Normal") mengatakan bahwa apa yang diajarkan pada masyarakat itu kontradiktif :
1. menganjurkan menjadi individu yang unik dan berprestasi
2. tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat agar dapat diterima.
Bukankah 2 hal tsb kontradiktif?
Agama samawi mengatakan persoalannya adalah kecemburuan (spite).
Pertanyaannya: bagaimana orang yang belum sampai melampaui egonya bisa tidak spite manakala melihat kejomplangan sosial??? Itu sama saja anjuran untuk mengekang diri / menekan impuls kejiwaan yang sebetulnya natural menjadi tekanan jiwa.
Apakah dengan berdoa2 pada Yesus bisa mengatasi spite pak?
Kalo ego orang itu kuat, berusaha menekan / menyembunyikan impuls tekanan jiwanya ya bisa berubah menjadi penyakit auto-immune. Sementara kalau karena satu hal meledak ya bisa jadi bom sosial.