Ichsanuddin Noorsy ngoceh soal alat pengukur suhu tubuh yang kata dia adalah sinar laser yang merusak otak. Kemudian dia ngoceh ngelantur soal ketakutan terhadap Covid19.
Hoi, pengukur suhu tubuh itu ngga pakai sinar laser. Itu cuma inframerah. Juga tidak ditembakkan.
Alat itu cuma menangkap sinar inframerah yang dipancarkan tubuh, kemudian dari data itu dihitung suhu tubuh, dengan memakai prinsip radiasi benda hitam (black body radiation). Kalau nggak tahu tuh jangan ngoceh, pakai kepedean pula.
Herannya, yang mewawancara juga tidak membantah. Mungkin sama-sama nggak ngerti juga.
Salah satu masalah media kita adalah wartawan/reporter tidak punya wawasan. Jadi mereka cuma meneruskan ocehan narasumber.
Kalau narasumbernya bodoh, media akhirnya cuma jadi penerus kebodohan.
Sebagai orang yang memposisikan diri menerangkan soal-soal sains, saya merasa lelah melihat kebodohan yang disebar tanpa rasa malu seperti itu.
=======
Soal laser banyak orang salah kaprah. Dia kira laser itu otomatis merusak atau berbahaya. Mungkin kebanyakan nonton film Star Wars.
Secara umum sinar laser itu hanyalah sinar dengan intensitas tinggi, karena ada amplifikasi, atau penguatan. Tapi tidak berbahaya. Hanya ada sebagian kecil laser yang berbahaya, karena destruktif.
Laser yang beredar di pasaran, termasuk yang dipakai sebagai pointer itu, aman saja. Laser yang destruktif tentu saja tidak dengan mudah diedarkan di pasar dan dipakai oleh orang awam.
Yang harus diperhatikan kalau pakai sinar laser, jangan sampai kena mata. Selain itu tidak ada hal khusus.
Laser helium-neon, misalnya, biasa dipakai dalam praktikum anak SMA. Tidak ada precaution khusus, kecuali soal jangan disorotkan ke mata. Saya bertahun-tahun bekerja dengan Ar laser, tidak pernah mengalami gangguan apapun.
(✍️ Kang Hassan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar