Sabtu, 20 Juli 2024

Solusi BSod atau Blue Screen of Death

 



Kali aja ada user Windows di Indonesia yang kena BSod , atau Blue Screen of Death., atau seperti gambar sebab update-an terkini, ini langkahnya:

1) Boot windows into Safe mode or Windows recovery environment.
2) Go to C:\Windows\System32\drivers\CrowdStrike directory
3) Find the file with the name “C-00000291*.sys" and delete it
4) Boot your windows normally.

Senin, 15 Juli 2024

Harta karun Majapahit

 


Sering kali menjadi subjek legenda dan cerita rakyat di Indonesia. Majapahit adalah salah satu kerajaan terbesar dan paling makmur dalam sejarah Indonesia, yang berdiri dari abad ke-13 hingga abad ke-16. Cerita tentang harta karun Majapahit menggambarkan kekayaan luar biasa yang dimiliki oleh kerajaan ini. Namun, keberadaan harta karun ini sebagai entitas fisik yang masih ada hingga saat ini belum dapat dipastikan dan sering kali berada dalam ranah spekulasi dan mitos.
Faktor yang Mendukung Keberadaan Harta Karun Majapahit
Kemakmuran Kerajaan:
Majapahit dikenal sebagai kerajaan yang sangat makmur dengan pengaruh besar di seluruh Nusantara. Kerajaan ini terlibat dalam perdagangan internasional, sehingga kekayaan kerajaan, termasuk emas, perak, dan barang berharga lainnya, sangat besar.
Artefak dan Temuan Arkeologis:
Banyak peninggalan arkeologis dari era Majapahit yang telah ditemukan, termasuk candi, patung, dan peralatan dari logam mulia. Temuan ini menunjukkan bahwa kerajaan ini memiliki kekayaan material yang signifikan.
Faktor yang Membuat Keberadaan Harta Karun Diragukan
Kurangnya Bukti Fisik:
Hingga saat ini, tidak ada bukti konkret atau penemuan besar yang mengkonfirmasi keberadaan harta karun Majapahit seperti yang digambarkan dalam legenda. Banyak cerita tentang harta karun ini berasal dari tradisi lisan dan kurang didukung oleh bukti arkeologis.
Plundering dan Kehancuran:
Seiring dengan kejatuhan Majapahit, kekayaan kerajaan kemungkinan besar dijarah atau tersebar. Invasi, perang, dan penjarahan bisa menyebabkan harta kerajaan berpindah tangan atau hilang.
Mitos dan Legenda:
Seperti halnya banyak kerajaan kuno lainnya, legenda harta karun sering kali diperbesar oleh cerita rakyat dan mitos. Ini membuat sulit untuk membedakan antara fakta dan fiksi.
Kesimpulan
Harta karun Majapahit, seperti yang sering digambarkan dalam cerita rakyat dan legenda, masih belum ditemukan dan keberadaannya tidak dapat dipastikan. Meskipun Majapahit adalah kerajaan yang sangat kaya, bukti fisik dari harta karun yang besar dan tersembunyi belum ditemukan oleh para arkeolog atau peneliti.
Cerita-cerita ini lebih mungkin menjadi bagian dari warisan budaya yang mencerminkan kekayaan dan kemegahan Majapahit daripada harta yang benar-benar ada yang menunggu untuk ditemukan.



Minggu, 14 Juli 2024

Kecubung Dianggap Lebih Berbahaya daripada Sabu

 
Kuping Kopok! Kecubung Dianggap Lebih Berbahaya daripada Sabu, Ini Faktanya Gansist
Buah Kecubung Dianggap Lebih Berbahaya daripada Sabu dan Jenis Narkoba Lainnya, Ternyata ini Faktanya menurut Dokter!

Kasus terbaru tentang sebanyak 44 orang yang kedapatan mabuk kecubung dan berakhir di rumah sakit jiwa di Banjarmasin sekarang lagi ramai dibicarakan nih gansist, apalagi setelah dua yang lainnya dinyatakan meninggal dunia. Ungkapan-ungkapan narasi di internet pun menyeruak, bahkan ada yang sampai sebut jika kecubung ternyata lebih berbahaya daripada narkoba jenis sabu, kokain dan heroin.

Namun sampai sekarang Indonesia tidak mengategorikan buah-buahan tersebut dalam satu jenis narkoba, dan mengenai soal kecubung lebih berbahaya dari beberapa jenis narkoba, dari pernyataan dr Hari Nugroho dari Institute of Mental Health Addiction and Neuroscience (IMAN), merupakan narasi yang kurang tepat. Sebab semua jenis tanaman memiliki kandungan zat, dan memiliki efek tersendiri, terutama tanaman yang memiliki zat psikoaktif seperti kecubung.

Buah kecubung atau Datura metel merupakan tanaman yang cukup kontroversial karena efek psikoaktif yang dimilikinya. Dalam beberapa kasus, kecubung telah disalahgunakan sebagai zat adiktif dan mengakibatkan dampak yang serius bagi kesehatan. Dikarenakan tanaman ini adalah yang cukup mudah dicari dan untuk disalahgunakan, hampir mirip seperti halnya jamur dari kotoran hewan (sapi).





Kuping Kopok! Kecubung Dianggap Lebih Berbahaya daripada Sabu, Ini Faktanya Gansist
Melihat dampak negatif yang ditimbulkan oleh buah kecubung, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahayanya zat ini. Walaupun yang diungkapkan terbaru dari BNN Kota Banjarmasin menyatakan, buah-buahan tersebut bukan sebagai narkotika, tapi telah mengkategorikannya sebagai salah satu dari 15 tanaman berbahaya yang hampir menyerupai narkotika. Dengan demikian, pemahaman yang benar tentang kecubung dan efek buruknya perlu disosialisasikan agar masyarakat dapat terhindar dari ancaman kesehatan yang ditimbulkan oleh tanaman ini.

Sabtu, 13 Juli 2024

Depresi 1920-21, Roaring Twenties, dan Depresi Besar 1930-an

 


Depresi 1920-21, Roaring Twenties, dan Depresi Besar 1930-an
29 Oktober 1929, 90 tahun silam, sebuah bencana ekonomi yang akan menjadikan 1930-an sebuah dekade penuh nelangsa dan akhirnya membuka jalan menuju Perang Dunia II mencapai klimaksnya. Hasil dari boomingperekonomian selama delapan tahun mencapai titik leburnya. Sejarah kini mencatat peristiwa itu seperti Black Tuesday. Akar dari problem ini dapat ditelusuri hingga sembilan tahun sebelumnya, saat sebuah periode depresi singkat berlangsung.

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Latar Belakang
Depresi 1920-21, Roaring Twenties, dan Depresi Besar 1930-an
Tentara AS yang kembali dari perang di Eropa, 1919. Penambahan 1,5 juta tentara ini ke angkatan kerja sipil membuat persaingan kerja semakin ketat dan menjadi salah satu faktor penyebab Depresi 1920-21.

Setelah Perang Dunia I berakhir, ekonomi AS mengalami transisi dari ekonomi masa perang ke ekonomi masa damai. Permintaan persenjataan, penopang utama peningkatan produksi manufaktur AS dan perekonomian yang bertumbuh selama perang, berhenti.

Penurunan tingkat produksi memiliki konsekuensi pengurangan jumlah tenaga kerja yang terserap dan mengetatkan persaingan untuk mencari kerja.

Persaingan di angkatan kerja pun bertambah ketat dengan masuknya tenaga kerja baru dari veteran Perang Dunia I yang kembali ke kehidupan sipil. Pada 1918, ada 2,9 juta orang yang bertugas di militer AS. Tahun 1919, angka ini menurun ke 1,5 juta dan tahun berikutnya menjadi 380 ribu. Ini berarti, dalam kurun 2 tahun, ada 2,52 juta tentara yang kembali masuk ke angkatan kerja. Pada 1920 saja, ada 1,6 juta tenaga kerja baru ke angkatan kerja AS. Dengan industri yang melesu dan tidak dapat menyerap kelebihan tenaga kerja tersebut, jumlah pengangguran pun meningkat. Serikat buruh juga mengalami pelemahan.

Petani, yang pada masa perang mendapatkan penghasilan besar dari diserapnya produk mereka oleh pemerintah untuk dikirim sebagai konsumsi tentara di garis depan di Eropa, kini harus menghadapi keadaan baru. Pemerintah tak lagi membeli produk mereka dalam jumlah besar karena perang sudah berakhir. Harga produk pertanian menurun, begitu pula penghasilan para petani. Mereka juga terbebani dengan utang yang mereka ambil pada periode booming pertanian untuk membeli mesin terbaru untuk membantu menggenjot produksi guna memenuhi permintaan. Ini pun membuat sektor pertanian mengalami periode suram sepuluh tahun lebih awal dan lebih lama dari sektor ekonomi lainnya di AS.

Masyarakat dan kaum bisnis juga berekspektasi bahwa harga-harga secara umum akan menurun dan ini menjadi faktor penghambat konsumsi dan investasi.

Federal Reserve juga membuat kebijakan yang menyulitkan bisnis dengan menaikkan tingkat suku bunga acuan sebagai respon terhadap inflasi pada periode Perang Dunia I dan tahun-tahun setelahnya. Pada Desember 1919, tingkat suku bunga acuan dinaikkan dari 4,75 persen menjadi 5 persen. Sebulan kemudian, angka ini dinaikkan ke 6 persen dan pada Juni ditingkatkan ke 7 persen. Ini tentu membuat bisnis sulit memperoleh kredit.

Standar Emas yang masih diterapkan AS saat itu juga berpengaruh. Pada masa perang, penciptaan kredit dan uang kertas meningkat drastis. Setelahnya, para nasabah mulai menukar uang kertas mereka ke emas untuk mengamankan nilai aset mereka. Ini pun membuat jumlah uang beredar menurun beriringan dengan turunnya simpanan emas bank sentral.

Kombinasi hal-hal di atas memicu periode resesi selama 18 bulan, berlangsung dari Januari 1920 hingga Juni 1921. Pada periode tersebut, menurut Departemen Perdagangan AS, tingkat produksi menurun 6,9 persen, tingkat harga menurun 18 persen, dan Produk Nasional Bruto menurun 6,9 persen.

Ini berdampak pada popularitas Presiden Woodrow Wilson. Wilson, yang saat itu telah sakit-sakitan dan gagal membuat AS bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa, bereaksi terhadap resesi dengan memotong anggaran belanja sebesar 20 persen dari 1920 ke 1921. Ini pun membuat pemerintah AS mencatat surplus anggaran belanja sebesar 509 juta dolar AS, meski pendapatan pajak menurun 16 persen pada saat yang sama, dan memungkinkan pemerintah AS mulai membayar utang yang dibuat pada masa Perang Dunia I. Kebijakan ini tidak populer di masyarakat karena membuat pertumbuhan ekonomi tetap mandek. Ini pun memungkinkan Warren Harding dari Partai Republik untuk memenangi kursi kepresidenan pada pilpres tahun 1920. Harding pun membuat kebijakan pemotongan tarif pajak untuk menstimulus kembali perekonomian. Tarif pajak untuk golongan berpenghasilan tinggi dipangkas, namun skema tarif pajak progresif dipertahankan. Anggaran belanja juga dipangkas dan ukuran pemerintah federal (jumlah pegawai federal) dikurangi.

Roaring Twenties
Depresi 1920-21, Roaring Twenties, dan Depresi Besar 1930-an
Suasana pesta di Amerika pada era Roaring Twenties. Setelah kegelapan memayungi selama setahun pada masa Perang Dunia I, Amerika menghadapi masa depan yang cerah di era 1920-an, setidaknya sampai 1929.

Periode depresi singkat Ini pun berakhir dan diikuti periode booming ekonomi di AS yang disebut Roaring Twenties. Periode ini berlangsung dari 1921 hingga 1929. Pada periode ini, ekonomi AS bertumbuh pesat. Kekayaan nasional meningkat 2 kali lipat.

Produksi barang konsumsi rumah tangga seperti pesawat radio meningkat pesat dan segera menjadi terjangkau bagi banyak orang di Amerika. Pada akhir 1920-an, 12 juta rumah tangga di AS memiliki perangkat radio sendiri. Kegiatan seperti menonton pertandingan baseball, menonton film, ataupun mendengarkan siaran radio menjadi hal yang umum dilakukan masyarakat perkotaan Amerika untuk mengisi waktu senggang.

Berlibur ke tempat jauh pun menjadi lebih mudah dengan terjangkaunya mobil. Untuk membeli mobil Model T produksi Ford hanya memerlukan 260 dolar AS pada 1924 (setara 3.603,64 dolar AS pada 2019). Ini masih ditambah dengan skema kredit yang membuat mobil semakin mudah diperoleh. Tak heran bila pada 1929, satu dari lima orang di AS memiliki mobil sendiri. Pertumbuhan pengguna mobil pun turut menumbuhkan usaha pendamping, misalnya pom bensin dengan layanan ekstra seperti restoran.

Dari sisi kebudayaan, musik jazz dan gaya bangunan Art Deco mendominasi era ini. Era ini juga kerap disebut sebagai Era Jazz.

Di pasar saham, terjadi euforia terhadap ekonomi yang melaju pesat. Orang-orang melirik saham sebagai bentuk baru tabungan dan investasi. Sebagian difasilitasi oleh keringanan pajak, sebagian oleh kredit perbankan yang murah. Indeks Dow Jones meningkat pesat selama periode ini, dari 63 pada Agustus 1921 menjadi 381 pada September 1929. Kredit yang mengucur deras untuk investasi saham ini nantinya akan menjadi masalah pelik bagi perbankan dan perekonomian AS.

Namun, era ini juga memiliki sisi gelapnya.

Sektor pertanian mengalami stagnasi karena penduduk desa banyak yang melakukan urbanisasi untuk mencari peruntungan yang lebih baik di kota dan karena turunnya harga produk pertanian akibat kelebihan produksi. Mereka juga terbebani oleh utang dan sebagian terpaksa menjadi petani penggarap untuk tuan tanah.

Amendemen ke-18, disahkan pada 1919 dan berlaku efektif per 16 Januari 1920, melarang produksi dan penjualan minuman dengan kadar alkohol melebihi 0,5 persen. Meskipun demikian, amendemen ini tidak melarang orang untuk mengonsumsi minuman keras. Segera, orang pun berusaha menumpuk persediaan minuman keras sebelum amendemen ini berlaku. Yang tidak bisa melakukannya harus berurusan dengan para pengecer minuman keras bawah tanah, yang tentu saja ilegal, ataupun kelompok mafia, yang menyediakan akses ke minuman keras yang tak mungkin didapatkan secara resmi di bar.

Kekerasan dan perilaku diskriminatif terhadap kelompok kulit hitam masih jamak terjadi. Pada 31 Mei hingga 1 Juni 1921, terjadi kerusuhan dan pembantaian di Tulsa, Oklahoma. Sekumpulan orang kulit putih menyerang kawasan pemukiman dan bisnis milik orang kulit hitam di Greenwood, Tulsa, yang dijuluki "Black Wall Street" karena daerah ini dihuni orang kulit hitam yang hidup mapan, tidak seperti kebanyakan orang kulit hitam di AS. Peristiwa ini disebabkan oleh dugaan pelecehan seksual oleh seorang pria kulit hitam pada seorang wanita kulit putih yang bekerja sebagai operator lift. Berita ini dimuat dalam sebuah surat kabar dan segera memancing kemarahan orang-orang kulit putih. Mereka menyerang pemukiman orang kulit hitam. 1.256 rumah rusak dan 215 rumah lainnya dijarah.

Organisasi supremasi kulit putih, Ku Klux Klan, bertumbuh kuat dan melancarkan aksi diskriminasi dan persekusi terhadap etnis minoritas, termasuk orang-orang kulit hitam.

29 Oktober 1929
Depresi 1920-21, Roaring Twenties, dan Depresi Besar 1930-an
Sebuah keluarga sedang beristirahat di depan mobil mereka di California, 1935.

Pada 1929, ekonomi AS sedang berada dalam fase overheating. Spekulasi berlebihan di pasar saham membuat harga saham melambung tinggi. Namun, ini tidak mencerminkan sepenuhnya keadaan ekonomi secara real. Ini pun memicu kondisi gelembung ekonomi, yang suatu saat pasti akan meletus.

Pada 3 September 1929, pasar saham mencapai rekor tertingginya setelah mengalami market bullish selama 8 tahun dengan kenaikan 396 persen sejak mencapai level nadir pada 1921. Pada September, harga saham mulai menurun. Penurunan berlanjut pada Oktober. Kejatuhan dimulai pada 18 Oktober dan mencapai puncaknya pada 24 Oktober 1929 yang dikenal sebagai Black Thursday. 12,8 juta lembar sahan diperdagangkan pada hari itu. Jumlah besar dari saham yang diperdagangkan ini tak lepas dari arus besar investor yang melakukan penjualan saham secara massal karena kekhawatiran bahwa kerugian akibat penurunan harga saham akan mereka alami. Benar saja, harga saham di Wall Street terjun bebas hari itu. Pada pembukaan perdagangan hari itu saja, indeks acuan sudah anjlok 11 persen. Begitu banyaknya saham yang diperdagangkan hingga mesin pencatat perdagangan tak mampu mencatat semuanya secara langsung dan informasi perdagangan yang dimiliki investor terlambat beberapa jam dari yang sedang terjadi menambah kepanikan dan kebingungan investor.

Investor dan bankir investasi besar berusaha mengatasi kepanikan dengan membeli saham dalam jumlah besar. Harga saham memang naik untuk sementara waktu. Namun, mereka kembali turun tajam pada 28 dan 29 Oktober 1929 yang dikenal sebagai Black Monday dan Black Tuesday. Pada 28 Oktober, indeks Dow Jones anjlok 12,8 persen dan pada 29 Oktober kembali merosot 11,7 persen. Upaya untuk meredakan kepanikan pasar oleh investor besar seperti Rockefeller dengan membeli saham dalam jumlah besar tidak berhasil mengembalikan kepercayaan pasar. Dalam 2 hari tersebut, nilai kapitalisasi pasar saham sebesar 30 miliar dolar AS (setara 440,76 miliar dolar AS pada 2019) lenyap. Ini adalah jumlah yang sangat besar kala itu. Sebagai perbandingan, anggaran belanja pemerintah AS tahun 1929 hanya 3,127 miliar dolar AS. Indeks Dow Jones mencapai level nadir pada 8 Juli 1932 dan butuh waktu lebih dari 25 tahun, sampai November 1954, bagi Dow Jones hanya untuk kembali ke posisi tanggal 3 September 1929.

Kemerosotan ekonomi pun melanda AS. Karena banyak investasi sahan gagal, beberapa bank mengalami insolvensi karena kredit macet sebab orang tak bisa memperoleh kembali investasinya bahkan untuk sekadar melunasi utangnya. Beberapa bank tak bisa menyediakan uang tunai bagi nasabahnya yang ingin melakukan penarikan tunai dan menutup kantornya. Apalagi kala itu, belum ada jaminan terhadap simpanan nasabah apabila bank dilikuidasi (penjaminan simpanan baru dimulai pada masa pemerintahan Franklin Delano Roosevelt) sehingga membuat orang ketakutan bahwa simpanannya akan lenyap bersamaan dengan runtuhnya bank.

Karena pasar saham jatuh, banyak orang membeli emas. Karena AS saat itu masih menerapkan Standar Emas, orang pun menukar dolar AS (yang masih menjadi uang komoditas yang dijamin emas sebagian) dengan emas yang harganya meningkat. Karena ini pula, jumlah uang yang bisa dicetak terbatas. Sebelum 1933, berdasarkan The Federal Reserve Act 1913, 40 persen dari jumlah uang yang dicetak The Fed harus disokong emas. Maka, jumlah uang yang dapat dicetak The Fed hanya dapat mencapai maksimal 250 persen dari nilai dolar ekuivalen dari cadangan emas yang dimiliki. Misalnya, The Fed memiliki cadangan emas sebesar 1 miliar ons emas dengan harga emas ditetapkan sebesar 20,67 dolar AS per ons. Maka, dengan cadangan emas senilai 20,67 miliar dolar AS, jumlah uang beredar yang dapat dicetak The Fed adalah sebesar 51,675 miliar dolar AS. Ini pun membatasi kemampuan The Fed menstimulasi ekonomi.

Nilai dolar AS pun menurun dan membuat The Fed mengetatkan kebijakan moneter dan mengurangi suplai uang, memperburuk keadaan dan membuat Depresi Besar berlangsung cukup lama. Karena suplai uang menurun, pabrik mengurangi kapasitas produksi dan mengurangi karyawan. Terjadilah peningkatan jumlah pengangguran di AS. Dari 4 juta pada 1930 menjadi 6 juta pada 1931. Puncaknya, pada 1933, 15 juta orang atau 25 persen dari angkatan kerja menganggur.

Pemerintahan Presiden Herbert Hoover bertindak minim dalam mengatasi pelemahan ekonomi karena ia masih yakin bahwa pasar akan mampu mengoreksi dan menyeimbangkan dirinya sendiri berdasarkan teori ekonomi klasik Adam Smith yang berkeyakinan bahwa "tangan tak terlihat" akan bekerja menyeimbangkan pasar. Namun, Hoover masih berusaha mengatasi pengangguran dengan proyek konstruksi besar seperti pembangunan Bendungan Hoover di perbatasan Nevada dan Arizona. Untuk menjaga anggaran tetap seimbang, Hoover menaikkan tarif pajak. Tarif pajak penghasilan tertinggi meningkat dari 25 persen pada 1929 menjadi 63 persen pada 1932. Namun, defisit anggaran pada 1932 tetap saja tinggi, 4,5 persen dari PDB, disebabkan oleh pendapatan pajak yang menurun dan meningkatnya pengeluaran pemerintah federal, juga karena ekonomi AS menyusut 20 persen antara 1929 dan 1932.

Presiden Hoover mengesahkan Hawley-Smoot Tariff Act pada 17 Juni 1930. UU ini menaikkan tarif bea impor masuk untuk lebih dari 20.000 jenis barang ke AS dan bertujuan melindungi petani dan industri di AS. Meski UU ini sudah dirancang, dibahas, dan disahkan Kongres pada paruh pertama 1929, sebelum Depresi dimulai, dampaknya terhadap Depresi sangat besar. Negara mitra dagang AS juga ikut menaikkan tarif bea impor produk dari AS dan membuat volume perdagangan dunia anjlok 70 persen antara 1929 dan 1932. Ini pun membuat angka pengangguran di AS dan negara Barat lainnya semakin tinggi karena kapasitas industri menurun. Negara-negara yang banyak mengekspor produk pertanian ke AS dan Eropa Barat terkena dampak yang besar karena permintaan produk mereka menurun dan harganya merosot.

Hoover digantikan oleh Franklin Delano Roosevelt yang memenangi pemilihan umum 1932. Roosevelt mengeluarkan kebijakan yang bertujuan mengatasi depresi, salah satunya adalah mengakhiri Standar Emas dan mewajibkan emas yang dimiliki penduduk AS untuk ditukar dengan uang kertas The Fed agar The Fed dapat menambah suplai uang untuk menstimulasi perekonomian pada tahun 1933. Perekonomian AS berangsur pulih, dengan masa resesi singkat pada 1937-38 ketika pemerintah AS mengurangi belanja dan The Fed mengetatkan kebijakan moneternya dan membuat PDB kembali menyusut. Kedatangan Perang Dunia II pada 1939 membuat efek Depresi di Eropa dan AS semakin menyusut dan akhirnya hilang sama sekali setelah perang berakhir.

Dampak Depresi
Depresi 1920-21, Roaring Twenties, dan Depresi Besar 1930-an
Adolf Hitler dalam reli NSDAP di Nuremberg, 1928. NSDAP memanfaatkan kesulitan ekonomi akibat Depresi Besar untuk menarik simpati rakyat Jerman dan akhirnya berkuasa pada 1933.

Dampak Depresi Besar yang paling utama adalah ditinggalkannya Standar Emas dan menguatnya ideologi ekstrem kanan di Eropa.

Negara-negara Eropa mulai meninggalkan Standar Emas pada masa Depresi. Inggris meninggalkan Standar Emas pada Desember 1931, sementara negara seperti Prancis, Belanda, dan Polandia tetap bertahan dengan Standar Emas untuk waktu yang lebih lama dan baru mulai meninggalkan Standar Emas pada 1936.

Depresi Besar 1930-an yang menerjang Eropa juga semakin menguatkan ideologi ekstrem kanan, terutama fasisme dan nazisme, terutama di Eropa Tengah. Di Jerman, Adolf Hitler dan NSDAP meraih peningkatan suara yang besar pada pemilu 1932 dibandingkan perolehan pada 1928. Ekstrem kanan juga menguat di Austria, Hongaria, dan Yunani.

Sakoku, Saat Jepang Menutup Diri dari Dunia Luar

 


Sakoku, Saat Jepang Menutup Diri dari Dunia Luar
Lukisan suasana pelabuhan Jepang saat sakoku.
Gambar: wikipedia.com
---------------


Sakoku(Kanji: 鎖国, "negara tertutup") adalah kebijakan luar negeri Keshogunan Tokugawa untuk menutup diri dari dunia luar. Periode ini berlangsung selama 220 tahun. Hubungan perdagangan Jepang dengan negara lain betul-betul dibatasi. Warga asing dilarang keras masuk ke Jepang, begitu pula warga Jepang sebisa mungkin tak usah melakukan perjalanan ke negara lain.

Sakoku, Saat Jepang Menutup Diri dari Dunia Luar
Tokugawa Iemitsu berkuasa dari tahun 1623 sampai 1651.
Gambar: wikipedia.com
---------------


Kebijakan ini diprakarsai oleh Tokugawa Iemitsu dengan sejumlah dekret dari 1633 sampai 1639. Istilah sakoku sebenarnya berasal dari era setelahnya, Sakoku-ron (Kanji: 鎖国論) sebuah naskah yang ditulis oleh seorang astronom dan penerjemah Jepang bernama Shizuki Tadao pada tahun 1801. Dia menemukan kata itu ketika menerjemahkan karya-karya musafir Jerman abad ke-17, Engelbert Kämpfer yang kebetulah pernah membahas Jepang.

Sakoku sesungguhnya tak sepenuhnya mengisolasi Jepang. Itu hanya sebuah sistem yang memperketat hubungan luar negeri Jepang dengan negara lain. Sebab di pelabuhan Nagasaki, Jepang tetap membuka pintu bagi kapal-kapal Tiongkok. Nagasaki juga menjadi tempat keberadaan pabrik VOC Belanda, tepatnya di Dejima yang menjadi satu-satunya pihak Barat yang ada di Jepang kala itu.

Sakoku, Saat Jepang Menutup Diri dari Dunia Luar
Dejima, Nagasaki yang menjadi lokasi pabrik VOC Belanda.
Gambar: wikipedia.com
---------------


VOC Belanda menjadi pintu pertukaran informasi Jepang dengan dunia luar sampai melahirkan istilah rangaku (Kanji: 蘭學, "pembelajaran Belanda"), kumpulan pengetahuan yang dihimpun dan dikembangkan oleh Jepang melalui Belanda. Kebanyakan berupa teknologi dan ilmu pengobatan Barat. Rangaku menjadi modal masyarakat Jepang belajar banyak aspek yang di masa depan sangat menentukan keberhasilan modernisasi Jepang. Tak heran hanya dalam beberapa tahun setelah menyudahi sakoku, Jepang menjelma menjadi kekuatan baru yang perlahan setara Barat.

Sejak abad ke-16, Jepang memang menjadi salah satu negara Asia yang menarik bagi penjelajah Barat. Pendaratan sekelompok orang Portugis di Pulau Tanegashima pada tahun 1542, menjadi kunjungan pertama orang Eropa ke Jepang. Dalam istilah Jepang periode ini bernama Nanban boeki (Kanji: 南蛮貿易, "perdagangan Nanban").

Berturut-turut bangsa Eropa lainnya juga datang, seperti Spanyol, Belanda, dan Inggris. Portugis yang fokus menyebarkan ajaran Kristen mengirim Franciscus Xaverius pada tahun 1549. Kampanye misionaris berjalan sukses. Pada awal abad ke-17, diperkirakan setengah juta orang Jepang telah memeluk agama Kristen (populasi Jepang saat itu sekitar 11 juta penduduk), termasuk beberapa daimyo (kepala keluarga berpengaruh) di Kyushu.

Fakta ini mulai menggoyang struktur sosial di Jepang, terutama ancaman bahwa Kristen berpotensi mengikis loyalitas para daimyo Kristen (lebih setia kepada gereja) yang sewaktu-waktu mungkin memberontak. Di saat yang sama, kabar buruk tentang penaklukkan Spanyol atas Filipina mulai tersebar. Tabiat orang Eropa yang gemar mendominasi mulai mengkhawatirkan para pejabat Jepang.

Kehadiran pedagang dan misionaris Portugis selama ratusan tahun harus berakhir pada tahun 1630-an saat Tokugawa Iemitsu mengusir semua orang Eropa melalui sejumlah dekret. Kebijakan menjadi sangat serius saat Tokugawa Iemitsu mengeksekusi dua orang utusan Portugis yang hendak bernegosiasi untuk memulihkan hubungan perdagangan luar negeri.

Dekret yang paling terkenal adalah Dekret Sakoku 1635 yang melarang kapal-kapal Jepang bepergian ke luar negeri. Tak main-main hukuman untuk pelanggaran adalah kematian. Dekret Sakoku 1635 juga mengadakan sayembara berupa hadiah mewah bagi siapa saja yang bisa memberikan informasi akurat tentang orang-orang Kristen yang mempraktikkan dan menyebarkan ajarannya di seluruh Jepang.

Sakoku, Saat Jepang Menutup Diri dari Dunia Luar
Dekret Sakoku 1635 melarang praktik dan penyebaran agama Kristen di Jepang.
Gambar: animoapps.com
---------------


Hal ini menyebabkan Pemberontakan Shimabara (1637-1638) yang dilakukan sekitar 40.000 petani yang sebagian besar beragama Kristen. Pemberontakan dipimpin oleh petani Katolik bernama Amakusa Shiro karena ketidakpuasan atas kebijakan Matsukura Katsuie, daimyo Shimabara yang melarang keras ajaran Kristen dan menaikkan pajak untuk pembangunan istana baru.

Perang berakhir dengan kekalahan pihak pemberontak. Amakusa Shiro dan 37.000 pengikutnya dieksekusi dengan pemenggalan kepala, sedangkan orang-orang Portugis yang membantu pemberontak diusir dari Jepang. Sementara itu, Matsukura Katsuie juga dieksekusi pemenggalan kepala atas tuduhan kesalahan kebijakan. Dia menjadi satu-satunya daimyo yang dieksekusi selama Periode Edo.

Pemberontakan Shimabara (1637-1638) juga menjadi konflik sipil terbesar selama Periode Edo. Padahal era Keshogunan Tokugawa relatif damai tanpa kesuruhan serius.

Selama penerapan sakoku, beberapa kali Barat mencoba masuk ke Jepang. Pada tahun 1647, beberapa kapal perang Portugis mencoba masuk ke pelabuhan Nagasaki. Keshogunan Tokugawa sampai harus membentuk barikade dari 900 kapal untuk menghentikan armada Portugis. Lalu pada tahun 1738, Angkatan Laut Rusia mendarat di Honshu, tepatnya di pantai cantik yang saat ini menjadi bagian dari Taman Nasional Rikuchu Kaigan. Para pelaut Rusia disambut baik oleh penduduk setempat karena berlaku sopan.

Sakoku, Saat Jepang Menutup Diri dari Dunia Luar
Komodor Matthew Perry dari Angkatan Laut AS mendarat di Jepang.
Gambar: shopassignment.com
---------------


Silih berganti kapal-kapal Barat singgah, tapi tetap ditolak Jepang. Puncaknya adalah ketika pada tanggal 8 Juli 1853, Komodor Matthew Perry dari Angkatan Laut AS dengan empat kapal perang: Mississippi, Plymouth, Saratoga, dan Susquehanna berlayar ke Teluk Edo, Tokyo. Dia mengancam dengan kekuatan militer dan menuntut Jepang agar membuka diri bagi kurofune (Kanji: 黒船, "kapal hitam" atau kapal-kapal Barat).

Tahun berikutnya, Komodor Perry kembali dengan tujuh kapal dan memaksa Jepang duduk di Konvensi Kanagawa (1854) yang menjadi perjanjian damai pertama antara Keshogunan Tokugawa dengan Amerika Serikat. Diikuti oleh Inggris yang juga memaksa Jepang menandatangani Perjanjian Persahabatan Anglo-Jepang (1854), serta Rusia lewat Perjanjian Shimoda (1855).

Dalam jangka waktu lima tahun, Jepang telah menandatangani beberapa perjanjian serupa dengan negara-negara Barat lainnya. Dengan kata lain era sakoku telah berakhir. Untuk menyesuaikan diri dengan Barat, Keshogunan Tokugawa meneruskan rangaku, namun kali ini langsung ke sumbernya. Beberapa misi dikirim ke luar negeri untuk belajar tentang peradaban Barat. Bukan cuma Belanda, tapi semua negara yang sekiranya bisa memenuhi hasrat Jepang akan ilmu pengetahuan.

Sakoku, Saat Jepang Menutup Diri dari Dunia Luar
Lukisan para perempuan Jepang sedang belajar menjahit dengan mesin.
Gambar: inquiriesjournal.com


Rabu, 10 Juli 2024

PERBEDAAN ORANG JAWA DAN SUNDA, MULAI DARI ASAL USUL HINGGA CIRI KHAS KARAKTER

 


Pulau Jawa merupakan pusat peradaban di Indonesia. Akan tetapi dengan hadirnya Ibu Kota Negara (IKN) baru bisa saja peradaban bangsa Indonesia tidak akan berpusat lagi di Pulau ini.
Namun, ada hal yang menarik bila kita berbicara tentang pulau Jawa. Pasalnya Pulau ini dihuni oleh dua suku bangsa yang sangat besar, yakni suku Jawa dan suku Sunda.
Jika populasi dari kedua suku ini digabungkan maka hasilnya hampir mencapai 60% dari populasi bangsa Indonesia.
Walaupun sama-sama mendiami pulau Jawa, ada beberapa perbedaan dari kedua suku terbesar di Indonesia ini.
Berikut ini akan dibahas mengenai perbedaan antara orang Jawa dan Sunda.
1. ASAL USUL
Nama jawa berasal dari kata "Yava" yang artinya jelai atau tanaman padi-padian. Hal ini mengarah kepada nama pulau yavadwipa yang sekarang disebut pulau Jawa. Pusat peradaban orang Jawa ada di dekat gunung-gunung aktif yang subur.
Sedangkan nama Sunda berasal dari kata "Sund" yang artinya bercahaya. Hal ini mengarah kepada karakter kulit orang Sunda itu sendiri yang lebih putih ketimbang pendatang dari Cola India maupun tetangga mereka yakni orang Jawa.
Hal ini dikarenakan pusat peradaban orang Sunda ada di dataran tinggi dan orang-orang Sunda umumnya memiliki kulit yang lebih terang.
2. STRUKTUR MASYARAKAT
Masyarakat Sunda jauh lebih egaliter daripada masyarakat Jawa yang lebih feodal. Dapat kita nilai dari bahasanya.
Bahasa Sunda yang belum terpengaruh budaya Jawa Mataram seperti Banten tidak memiliki struktur kasar, tengah, dan halus.
Hal ini dikarenakan budaya Keraton dan feodalisme di wilayah timur Jawa sangat kental jika dibandingkan dengan di barat.
3. KARAKTER POSITIF
Orang Jawa terkenal pekerja keras, ambisius, dan cukup serius. Bangsa ini dikenal banyak memiliki pencapaian seperti membangun Candi Borobudur, Candi Prambanan, Kompleks Dieng, dan lain sebagainya.
Selain itu orang Jawa juga tercatat memiliki jejak imperialis dilihat dari Kerajaan Singasari dan Majapahit. Orang Jawa juga terkenal mau hidup susah dan gemar merantau.
Sedangkan orang Sunda terkenal lebih santai dan humoris walau tidak sebanyak orang Jawa, orang Sunda sangat terkenal di bidang Entertainment.
Tentunya ini bukan hanya dikarenakan tampang mereka yang rupawan, namun juga humor mereka yang mengena ke semua kalangan.
4. KARAKTER NEGATIF
Stereotip negatif orang Jawa yang paling umum adalah tidak terus terang dan bermuka dua. Dalam sejarah orang Jawa adalah ahli dalam serangan tiba-tiba dan gerilya.
Mulai dari Perang Diponegoro, Perang Majapahit melawan Mongol, Perang Bubat dann hampir semua perang yang terjadi berawal dari orang Jawa yang menyerang tanpa pernyataan perang.
Selain itu, Nenek Moyang bangsa Jawa juga terkenal dengan siasat politik tusuk menusuknya. Hal itu dapat kita lihat dalam sejarah bahwa orang Jawa sering berperang dengan sesamanya dikenal sebagai bangsa yang ekspansionis.
Sedangkan stereotip negatif orang Sunda yang paling umum adalah malas, kurang ambisius, dan hanya mengandalkan wajah.
Dalam sejarah kerajaan-kerajaan Sunda tidak begitu ekspansionis bahkan walaupun ada wilayahnya yang dicaplok oleh orang Jawa.
Stereotip mereka yang kurang ambisius ini mungkin lahir dari keengganan banyak orang Sunda untuk merantau karena menganggap tanah Pasundan sendiri sudah sangat mencukupi untuk mereka. Ditambah lagi kondisi tanah Pasundan yang jarang perang antar Kadipaten.
Itulah beberapa perbedaan orang Jawa dan orang Sunda. Artikel ini tidak ada maksud untuk meninggikan atau merendahkan salah satu suku dari kedua suku bangsa yang besar ini.
Suku Jawa ataupun suku Sunda sekarang sudah menjadi satu bangsa Indonesia bersama dengan suku-suku lainnya.

Selasa, 09 Juli 2024

KUDA TROYA RAHASIA DI BALIK KUDA RAKSASA

 



Kisah Kuda Troya berasal dari mitologi Yunani, khususnya dalam epik "Iliad" karya Homer dan lebih rinci dalam "Aeneid" karya Virgil. Kuda Troya adalah bagian dari cerita tentang Perang Troya, di mana orang-orang Yunani menggunakan kuda kayu raksasa untuk menyelinap ke dalam kota Troya dan mengalahkan penduduknya.
Sementara kisah ini memiliki elemen mitos yang kuat dan tidak ada bukti arkeologis langsung yang membuktikan keberadaan Kuda Troya, Perang Troya itu sendiri mungkin didasarkan pada konflik nyata antara bangsa-bangsa Yunani dan kota Troya di Anatolia (modern-day Turkey) sekitar abad ke-12 atau 13 SM. Jadi, meskipun elemen Kuda Troya mungkin fiksi atau mitos, itu didasarkan pada peristiwa sejarah yang mungkin terjadi.
LATAR BELAKANG
Perang Troya terjadi karena penculikan Helen, istri raja Sparta Menelaus, oleh Paris, pangeran Troya. Menelaus dan saudaranya Agamemnon memimpin pasukan Yunani untuk menyerbu Troya, dan perang berlangsung selama sepuluh tahun tanpa hasil yang jelas.
KUDA TROYA
Setelah bertahun-tahun perang tanpa kemenangan yang signifikan, orang-orang Yunani memutuskan untuk menggunakan tipu daya. Mereka membangun kuda raksasa dari kayu yang kosong di dalamnya, yang dikenal sebagai Kuda Troya. Kuda ini adalah persembahan untuk dewa Athena, sebagai tanda permohonan agar mereka diberi keselamatan dalam perjalanan pulang.
Pasukan Yunani pura-pura meninggalkan Troya, berpura-pura menyerah, dan meninggalkan kuda kayu besar di luar tembok kota. Orang-orang Troya, yang melihat pasukan Yunani pergi, mengira bahwa mereka telah memenangkan perang dan kuda itu adalah tanda perdamaian atau persembahan kepada para dewa. Mereka membawa kuda itu ke dalam kota sebagai tanda kemenangan.
MALAM PENGKHIANATAN
Pada malam hari, ketika orang-orang Troya sedang tidur setelah merayakan kemenangan, sekelompok prajurit Yunani yang bersembunyi di dalam kuda itu keluar dan membuka gerbang kota bagi pasukan Yunani yang kembali. Pasukan Yunani menyerbu masuk dan menghancurkan kota Troya, membawa kehancuran dan menandai akhir perang.
MAKNA & PENGARUH
Kisah Kuda Troya telah menjadi simbol dari tipu daya dan strategi dalam peperangan. Ungkapan "Kuda Troya" sering digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tampaknya menguntungkan tetapi sebenarnya berbahaya dan digunakan untuk mengelabui.
Legenda ini juga menunjukkan pentingnya kecerdasan dan strategi dalam peperangan, bukan hanya kekuatan fisik. Hingga saat ini, kisah Kuda Troya tetap menjadi bagian penting dari literatur klasik dan sering diadaptasi dalam berbagai bentuk seni dan media.
Sumber referensi
1. **Homer, "Iliad"**: Salah satu sumber utama tentang Perang Troya, meskipun kisah tentang Kuda Troya lebih rinci dalam karya lain.
2. **Virgil, "Aeneid"**: Buku II dari "Aeneid" memberikan gambaran yang lebih rinci tentang Kuda Troya dan kehancuran kota Troya.
3. **Quintus Smyrnaeus, "Posthomerica"**: Menyediakan informasi tambahan tentang peristiwa setelah "Iliad", termasuk kisah Kuda Troya.
4. **Apollodorus, "Library"**: Mengumpulkan berbagai mitos Yunani termasuk kisah Kuda Troya.