Saya bergelar doktor di bidang fisika. Tapi pekerjaan saya sekarang di bidang manajemen. Oleh orang-orang yang memakai jasa saya, saya dianggap pakar dalam bidang manajemen. Bidangnya pun berbagai macam. Mulai dari manajemen produksi, sumber daya manusia, perkebunan, pertambangan, sampai hospitality. Saya juga bekerja membantu pengembangan corporate culture, khususnya dalam soal budaya keselamatan kerja. Minggu lalu saya memberi bimbingan kepada 30 manajer BUMN terkait sistem keselamatan kerja. Eh, dalam obrolan saat menyampaikan desain program, direktur BUMN tersebut juga meminta saya terlibat dalam urusan customer experience.
Itu semua masih ditambah lagi dengan pekerjaan sebagai penulis, penerjemah, dan market survey.
Tidak bekerja di bidang fisika, apakah itu berarti saya tidak kompeten di bidang fisika? Bukan begitu. Saya pernah berkarir di bidang fisika selama 12 tahun, sampai ke jenjang associate professor di Jepang.
Gelar itu hanyalah salah satu tanda kompetensi. Salah satu saja. Artinya, orang bergelar diharapkan, dan seharusnya punya kompetensi. Tapi gelar bukan jaminan. Sebagaimana tidak bergelar juga bukan tanda tidak punya kompetensi. Ada orang bergelar, tapi tidak punya kompetensi. Sebaliknya, seperti saya ini, tidak bergelar dalam bidang manajemen, tapi saya punya kompetensi.
Dari mana kompetensi itu didapat? Dari bekerja, dan terus belajar. Pada dasarnya gelar hanyalah syarat awal untuk masuk kerja. Setelah itu kompetensi kita tidak lagi ditentukan oleh gelar, melainkan oleh berapa banyak hal baru yang kita pelajari. Baik kita bekerja dalam bidang sesuai gelar maupun pindah jalur, sama saja. Kita dituntut untuk belajar terus. Sukses atau tidaknya kita, ditentukan oleh kemauan kita untuk belajar.
Waktu masih bekerja sebagai periset fisika, di suatu masa saya bekerja meneliti DNA. Ini bukan bidang fisika. Saat itu saya banyak menghabiskan waktu di perpustakaan fakultas kedokteran untuk membaca jurnal-jurnal penelitian medis dan biokimia.
Beberapa tahun yang lalu saya berkenalan dengan wakil direktur sebuah perusahaan garmen, orang Jepang. Dia bercerita, di masa awal karirnya dia adalah seorang teknisi las bawah air.
Tuntutan kehidupan sering membuat kita harus memilih. Tahun 2007 saya memilih untuk tidak lagi bekerja di bidang fisika. Itu punya 2 makna, yaitu saya memilih untuk cari makan dengan kopetensi non-fisika, dan saya memilih untuk siap belajar hal-hal di luar fisika. Inilah yang jadi bekal untuk hidup saya sekarang.
Jadi, kompetensi ditentukan oleh 2 hal itu. Pilihan kita untuk bekerja di bidang tertentu, dan kemauan kita untuk terus belajar. Gelar tidak penting. Lebih sering gelar doktor saya tidak saya pakai. Yang menghasilkan uang bukan gelar itu, tapi kontribusi berbasis kompetensi.