Eliahu ben Shaoul Cohen lahir di Mesir (1924) dari orangtua Yahudi kelahiran Aleppo, Suriah, yang kemudian hijrah ke Mesir, sebelum akhirnya menetap di Israel. Ia fasih berbahasa Ibrani, Arab, Inggris, dan Perancis.
Suriah sejak awal -hingga kini- merupakan negara Arab yang paling gigih menentang pendirian Israel di atas tanah Palestina, sementara negara-negara Arab lain memilih berdamai dengan Israel. Eli direkrut Mossad untuk menjadi mata-mata di Suriah. Ia diberi berbagai jenis training, termasuk training bahasa Arab dialek Suriah. ‘Kehebatan’ Eli membuatnya mampu tampil sempurna sebagai Kamal Amin Ta’abet : lahir di Beirut dari orangtua muslim asal Suriah; yang pada tahun 1948, pindah ke Argentina, dan di sana mereka menjelma sebagai pedagang tekstil Suriah yang sangat sukses.
Tahun 1961, Eli dikirim ke Argentina untuk memulai penyamarannya. Dengan cepat dia berhasil mendapat tempat di tengah para imigran Suriah di Argentina dan dikenal sebagai anak bangsa Suriah yang sukses, dermawan, pintar, dan menyenangkan. Eli pun berhasil menjalin kontak erat dengan para diplomat Suriah, termasuk Jenderal Amin Al Hafez, pentolan Partai Sosialis Baath Suriah.
Eli berhasil mengambil hati orang-orang partai ini dan aliran dana besar dari Eli membuatnya dianggap sebagai ‘tokoh masa depan Partai Baath’. Pada tahun 1961, Partai Baath naik ke puncak kekuasaan di Suriah. Eli pun datang ke Damaskus sebagai seorang pengusaha sukses yang ingin mengabdi pada tanah airnya. Uniknya, Eli bisa membuat situasi bahwa dia datang ke Damaskus justru setelah dibujuk dan didesak oleh teman-temannya, orang-orang elit Suriah.
Di Damaskus, dia segera populer sebagai pengusaha kaya yang baik hati dan dekat dengan pejabat. Ketika Amin Al Hafez menjadi Perdana Menteri, Eli bahkan sudah dipertimbangkan untuk diangkat sebagai Deputi Menteri Pertahanan karena pengetahuannya yang luas di bidang militer. Sedemikian besar kepercayaan para pejabat Suriah terhadapnya, sampai-sampai Eli dengan bebas mendatangi kawasan militer yang sangat rahasia di Golan.
Eli adalah orang yang memberi saran kepada militer Suriah agar Dataran Tinggi Golan ditanami pohon-pohon kayu putih, alasannya, agar pohon-pohon itu bisa menjadi tempat berlindung bagi pasukan Suriah. Padahal, sebenarnya tujuan penanaman pohon itu adalah agar tentara Israel tahu di mana letak persembunyian pasukan Suriah.
Posisi strategis yang dimiliki Eli membuat ia mampu mengirim berbagai informasi penting kepada Israel pada rentang waktu 1962-1965. Informasi berupa foto, sketsa denah pertahanan militer, nama-nama tentara, hingga strategi militer Suriah itu kemudian digunakan Israel dalam mengalahkan pasukan Arab dalam Perang Enam Hari (Juni 1967). Akibat perang itu pula, Dataran Tinggi Golan milik Suriah jatuh ke tangan Israel. Israel sejak awal memang mengincar Golan karena selain strategis dari sisi militer, kawasan ini juga amat subur dan kaya sumber air (kini menyuplai 30% air di Israel).
Pada tahun keempat misinya, Eli lupa bahwa Kedutaan India pindah ke dekat apartemennya. Sebagaimana layaknya kedutaan lain, Kedubes India sering mengirim berita dengan kawat. Eli pun, secara teratur mengirim informasi ke Israel dari apartemennya. Orang-orang Kedubes India heran, mengapa pada saat-saat tertentu, selalu saja ada gangguan pengiriman kawat.
Setelah mereka melapor pada pihak keamanan Suriah, barulah terungkap sebuah rahasia besar: anak emas PM Suriah ternyata seorang mata-mata Mossad! Pada tahun 18 Mei 1965, Eli dijatuhi hukuman gantung di pusat kota Damaskus.
Israel pun memuji-muji jasa Eli dan menyebutnya sebagai “Our Man in Damascus”.
---
Foto: tahun 1987, kisah Eli Cohen difilmkan dengan judul “Impossible Spy”
..
Dina Sulaiman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar